Penulisan buku ini didasarkan pada sejumlah asumsi berikut ini. Pertama, puisi selain merupakan bentuk karya sastra tertua, merupa¬kan teks yang di dalamnya penuh dengan misteri. Kemisterian itu antara lain tampak ketika dilakukan pemba-caan puisi, sering terjadi, pembaca mengalami kesulitan dalam mema¬hami keseluruhan makna puisi, sebab dalam realitasnya penyair sering menggunakan cara pengungkapan yang unik. Cara pengungkapan yang unik tersebut antara lain melalui konsepsi estetis tertentu oleh penyair tertentu. Oleh karena itu, konsepsi atau wawasan estetik teks puisi Indonesia perlu dipaparkan dan diberi penjelasan secukupnya sehingga pembaca puisi Indonesia memperoleh informasi yang diperlukan dalam memahami ‘kemisterian puisi’ .
Kedua, di dalam teks puisi terdapat cara ekspresi atau strategi komunikasi yang bercorak “unik”, mengandung unsur permainan, ekspresi yang ‘menunjukkan’ tanpa kata-kata, berisi kias, lambang, dan lain-lain. Fenomena “keunikan” tersebut berkaitan dengan pemakaian bahasa kias dan lambang serta strategi komuni¬kasi yang dipilih oleh penyair dalam fung¬sinya untuk mengkomunikasikan ide-idenya.
Ketiga, teks puisi yang terekspresikan melalui “keunikan” itu mengandung nilai-nilai budaya, yakni nilai edukatif, nilai religius, nilai filosofis, ni¬lai etis, dan nilai estetis. Nilai edukatif berhubungan dengan adanya ajaran, pesan, atau amanat yang terungkapkan melalui “keunikan puisi”. Nilai religius berhubungan dengan keteri-katan manusia kepada kekudusan dan kesucian Tuhan Yang Maha Esa. Nilai filosofis berhubungan dengan keterikatan manusia kepada kebenaran dan ketepatan. Nilai etis berhubungan dengan persoalan kebaikan dan kesusilaan. Nilai estetika berhubungan dengan per¬soalan keindahan dan keelokan fenomena estetis. Beragam nilai budaya itu perlu dipaparkan dan dijelaskan sehingga dapat menambah kekayaan rohani pembaca terhadap khazanah budaya bangsanya.
Keempat, realitas yang disebut puisi merupakan ‘gejala komunikasi khas berupa bahasa yang diabdikan pada fungsi estetis’ (Aminuddin, 1990 :61). Puisi mengandung unsur-unsur yang yang hadir secara simultan, yaitu paparan bahasa, struktur isi, dan aspek keindahan. Berdasarkan ciri hubungan, ciri kehadiran, dan tingkatan hubungan antarunsur dalam membangun totalitas puisi dapat diketahui bahwa unsur pembangun itu dapat bersifat internal, yaitu unsur yang hadir secara simultan, mengandung pasangan langsung, dan saling berinterdependensi, dan unsur yang bersifat eksternal, yakni unsur yang apabila ditinjau dari perspektif entitas puisi merupakan unsur-unsur yang memiliki hubungan kausal dan fungsional. Penjelasan dan pemaparan aspek intrinsik dan ekstrinsik teks puisi akan menambah khazanah wawasan pembaca dalam upaya merebut maknanya.
Kelima, secara teoretis-metodologis dapat dikemukakan bahwa (1) “keunikan puisi” merupakan salah satu unsur gejala komunikasi bahasa yang secara objektif terwujud dalam unit struktur tertentu, (2) “keunikan puisi” merupakan unit struktur yang dapat disegmentasikan tanpa melepaskan dari ciri relasi dalam totalitas teksnya, (3) pemberian makna dan penjelasan setiap segmentasi “keunikan puisi” tidak dapat dilepaskan dari ciri relasi struktur dalam totalitas teksnya, dan (4) antara pembaca dengan teks yang dibaca, atau antara apa yang diketahui oleh pembaca dengan pemberian penjelasan tidak dapat dilepaskan.
Kedua, di dalam teks puisi terdapat cara ekspresi atau strategi komunikasi yang bercorak “unik”, mengandung unsur permainan, ekspresi yang ‘menunjukkan’ tanpa kata-kata, berisi kias, lambang, dan lain-lain. Fenomena “keunikan” tersebut berkaitan dengan pemakaian bahasa kias dan lambang serta strategi komuni¬kasi yang dipilih oleh penyair dalam fung¬sinya untuk mengkomunikasikan ide-idenya.
Ketiga, teks puisi yang terekspresikan melalui “keunikan” itu mengandung nilai-nilai budaya, yakni nilai edukatif, nilai religius, nilai filosofis, ni¬lai etis, dan nilai estetis. Nilai edukatif berhubungan dengan adanya ajaran, pesan, atau amanat yang terungkapkan melalui “keunikan puisi”. Nilai religius berhubungan dengan keteri-katan manusia kepada kekudusan dan kesucian Tuhan Yang Maha Esa. Nilai filosofis berhubungan dengan keterikatan manusia kepada kebenaran dan ketepatan. Nilai etis berhubungan dengan persoalan kebaikan dan kesusilaan. Nilai estetika berhubungan dengan per¬soalan keindahan dan keelokan fenomena estetis. Beragam nilai budaya itu perlu dipaparkan dan dijelaskan sehingga dapat menambah kekayaan rohani pembaca terhadap khazanah budaya bangsanya.
Keempat, realitas yang disebut puisi merupakan ‘gejala komunikasi khas berupa bahasa yang diabdikan pada fungsi estetis’ (Aminuddin, 1990 :61). Puisi mengandung unsur-unsur yang yang hadir secara simultan, yaitu paparan bahasa, struktur isi, dan aspek keindahan. Berdasarkan ciri hubungan, ciri kehadiran, dan tingkatan hubungan antarunsur dalam membangun totalitas puisi dapat diketahui bahwa unsur pembangun itu dapat bersifat internal, yaitu unsur yang hadir secara simultan, mengandung pasangan langsung, dan saling berinterdependensi, dan unsur yang bersifat eksternal, yakni unsur yang apabila ditinjau dari perspektif entitas puisi merupakan unsur-unsur yang memiliki hubungan kausal dan fungsional. Penjelasan dan pemaparan aspek intrinsik dan ekstrinsik teks puisi akan menambah khazanah wawasan pembaca dalam upaya merebut maknanya.
Kelima, secara teoretis-metodologis dapat dikemukakan bahwa (1) “keunikan puisi” merupakan salah satu unsur gejala komunikasi bahasa yang secara objektif terwujud dalam unit struktur tertentu, (2) “keunikan puisi” merupakan unit struktur yang dapat disegmentasikan tanpa melepaskan dari ciri relasi dalam totalitas teksnya, (3) pemberian makna dan penjelasan setiap segmentasi “keunikan puisi” tidak dapat dilepaskan dari ciri relasi struktur dalam totalitas teksnya, dan (4) antara pembaca dengan teks yang dibaca, atau antara apa yang diketahui oleh pembaca dengan pemberian penjelasan tidak dapat dilepaskan.
Buku ini memuat tulisan lepas Dimas Arika Mihardja beruoa makalah, esai, resensi,pengantar buku, dan memuat pula karya pemenang dan nominasi lomba resensi buku "Rendezvous"karya DAM dan kawan-kawan.