GELAR APRESIASI PUISI TAK LAGI SUNYI
Geliat literasi di kota pahlawan kembali
terlihat. Hal tersebut ditandai dengan digelarnya pertunjukan sastra pada hari Rabu,
(7/10), di Cafe Gelas (Gelaran Apresiasi) Jalan Kayun 16-18 Surabaya. Di tempat
yang satu lokasi dengan Museum Kanker Indonesia tersebut, hadir para penikmat
puisi dan para penyair muda yang urun tampil membawakan karya orisinal
masing-masing. Mereka yang tampil antara lain Denting Kemuning, Yusril Ihza,
Ayu Kartika Sandy, Auliya Ulfa, Uul Hasanah, Yusuf Nur Rohman, Eva Putri
Salamah, Rizki Kimpul, dan Agik Nur Efendi.
Menariknya, muda-mudi yang tampil di acara
yang dimulai pukul 20.00 WIB itu, tak hanya yang menggeluti bidang sastra di
kampusnya. Ada beberapa penampil dari luar bidang sastra. Seperti Auliya Ulfa
misalnya. Ia adalah mahasiswi Universitas Airlangga jurusan Manajemen, namun
mampu membuat sajak indah tentang kerinduan saat maju ke atas panggung. Tak
kalah menarik ada Eva Putri Salamah. Mahasiswi jurusan Teknik Informatika itu
memukau penonton ketika membawakan puisinya yang unik, karena ia kombinasikan
dengan lagu. Tepuk tangan dan apresiasi pun datang melihat kreativitas
perempuan berhijab tersebut.
Lalu siapa sosok di balik acara yang mampu
membuat peminat sastra di Surabaya yang tadinya sepi, kini mulai bergeliat kembali
itu? Adalah Fileski, seorang penyair-musisi yang namanya tak asing lagi di
jagat literasi. Acara yang bertajuk “In Honour Of Fileski” itu didukung oleh
Dr. Ananto Sidohutomo, ketua Dewan Pembina Museum Kanker Indonesia, juga Cak
Bokir, seniman Surabaya yang mengelola Cafe Gelas.
Di pertengahan acara, Ananto memberikan
apresiasi kepada Fileski, dengan berbicara langsung di atas
panggung. Menurutnya, perjalanan karier berpuisi Fileski, mampu menggerakan
massa untuk produktif dalam menghasilkan karya dan percaya diri terhadap karya
sendiri.
“Seorang Fileski dalam proses berkeseniannya
semakin dewasa. Di sela-sela apresiasi terhadap karyanya, ia mampu menahan diri
dan memberikan kesempatan kepada para penyair muda untuk unjuk kebolehan
membawakan puisi karya mereka masing-masing,” kata Ananato.
Sosok Fileski yang pernah mendapatkan berbagai
penghargaan bidang musik puisi dari negara-negara Asia Tenggara itu, bukan tak
punya maksud dalam mengadakan acara inspiratif dan inovatif tersebut.
“Saya ingin mengumpulkan teman-teman pecinta
puisi di Surabaya agar semakin guyub. Harapannya, acara sastra di Surabaya
semakin semarak dan rutin,” ungkapnya.
Fileski memandang sastra bisa membangun
karakter bangsa. Sebabnya, dalam ajaran sastra terkandung nilai-nilai
luhur. Fileski memandang, generasi sekarang mulai tercerabut dari
karakter bangsa, ia khawatir generasi muda Indonesia akan seperti para generasi
muda di negara-negara tetangga, yang
merasa keren menggunakan bahasa asing daripada menggunakan bahasa ibu. Hal
tersebut membuat gaya hidup generasi muda menjadi kebarat-baratan, jauh dari
budaya ketimuran.
“Dalam ajaran sastra, Indonesia khususnya,
terkandung nilai moral, etika, filsafat, bahkan ajaran leluhur yang lebih
mendalam. Saat ini sastra Indonesia (Melayu), di negara-negara rumpun melayu
menjadi minoritas, sehingga perlahan bisa saja tersisih hilang di telan zaman.
Generasi muda mulai lebih banyak menyukai bahasa asing daripada bahasa bangsanya
sendiri, hingga lifestyle mereka menjadi kebarat-baratan,”
ujarnya saat ditemui di sela-sela acara.
Perjuangan Fileski untuk membuat generasi muda
mencintai sastra tak berhenti di sini. Ke depannya ia akan terus membuat
acara-acara sastra makin semarak, hingga mampu membuat generasi penerus
tertarik melirik sastra, dan menghayati nilai-nilai di dalamnya.
Di penghujung acara, Fileski membawakan
komposisi musik yang spektakuler. Memadukan gesekan biola yang menyayat dengan
lirik penyemangat. Lirik tersebut mengandung pesan untuk terus semangat
berkarya, dan jangan cepat puas atas pencapaian yang telah diraih. Komposisi
yang berjudul “Ujung Langit” tersebut, mampu menutup acara dengan klimaks.