Sejarah Hujan
Keharuan ini, tanah, udara
aspal bahkan matahari tidak membakar lagi
di manapun hujan turun
burung berteduh di bawah daun basah
dan kita mengenang hari yang sejuk
dengan gelisah.
Awan kelabu terlalu lama menunggu
satu kata yang tak pernah tercipta
ketika butir itu jatuh , kau meragukan
air mataku
karena aku laki-laki
dan tak pernah mengerti arti hujan.
Akhirnya kita berjalan
di atas harum tanah basah
walau tak pernah berbeda arah
kau selalu memetik bunga
untuk menaburi luka sejarah cinta
dan menyembunyikan warna
di balik lipatan hati yang membeku .
"Biarkan aku belajar
untuk sekadar mengerti arti hujan"
Sahadewa
November 2015
SAHADEWA
Lahir di Denpasar Bali Indonesia 23 februari 1969
Menetap di Kota Kupang Nusa Tenggara Timur ,lama vakum,
Tahun 2014 produktif Kembali menulis sajak . Sajaknya tersebar di Bali pos, pos kupang dan jurnal sastra Santarang.
Turut dalam 3 antologi puisi bersama penyair Nusantara . Satu antologi bersama sastrawan NTT , satu antologi bersama sastrawan MPU. Satu antologi bersama penyair ASEAN .
Menghasilkan 1 antologi puisi sendiri
Berjudul " 69 Puisi di Rumah Dedari"
Tergabung dalam komunitas sastra dusun Flobamora Kupang.
0 Komentar
Andai bisa klaim Honor untuk karya puisi dan cerpen yang tayang sejak 1 April 2024