Saya membaca "Bangkit Dalam Cahaya", satu dari sejumlah puisi di dalam Kitab Puisi Negeri Kertas, dan menemukan kilatan-kilatan masa silam petualangan di dalamnya. Juga salah satu subbab "Secangkir Kopi Dingin" adalah jejak petualang yang terlampau sibuk dengan urusan-urusan yang bukan tentang dirinya sendiri. Sekembali dari urusan itu, ia tumpaskan kopinya. Selamat berpuisi, Kawan.
Candra Malik
Sufi
Mengendapkan puisi-puisi Fileski, seperti menyaksikan sajian orkestra dengan sayatan jernih menyenangkan sekaligus menyayat melarakan. Lugas, bernas, lalu memanas. Itu simpul melodi yang bisa saya dengar dan rasakan. Teruslah bentangkan sayap untuk penerbangan-penerbangan kelangit aksara berikutnya.
Badai angin akan semakin melambungkan tinggi terbangmu Fileski. Eagle fly free!
Kirana Kejora
Novelis Best Seller Film Air Mata Terakhir Bunda
Pertemuan saya dengan pengembara ini di Singapura beberapa waktu silam, melahirkan kerinduan di hati saya akan lahir karya-karyanya dari pengembaraan hidupnya. Bagi saya, perjalanan hidup : perih, suka, cinta, dan rindu yang dijalani langsung oleh penyair akan menjadikan puisi-puisinya lebih bernas. Tiba-tiba saya dikejutkan dengan telah lahir antologi puisi pertamanya. Dan benar, saya menemukan pengembaraan hidupnya di puisi itu.
Selamat Fileski.
Asrizal Nur
Penyair - Puisi Multimedia
Puisi dalam kadar tertentu mengutamakan musikalitas, korespondensi, dan intensifikasi. Puisiyang terkoleksi dalam buku ini secara apik memadupadankan potensi Fileski dalam hal olahdiksi yang berkorespondensi dengan musikalitas. Dan secara intensif menguak beragam fenomena yang diabadikan dalam puisi padu-padat dengan harmonisasi internal dan eksternal.
Dimas Arika Mihardja/Prof. Dr. Sudaryono
Dosen-Sastrawan
Jika kehidupan itu kaya oleh fenomena dan peristiwa, Fileski telah berhasil merangkumnya dalam puisi-puisi yang telah ditulisnya. Ia tidak hanya menuliskan apa yang dijumpai, tetapi juga yang dialami dan dirasakan, dan sekaligus menunjukkan sikap kritisnya terhadap fenomena atau peristiwa itu. Dengan untaian bahasa yang lembut, nyaris mirip dengan suara yang ditimbulkan oleh gesekan biola, puisi-puisi Fileski akan sampai ke dalam jiwa pembaca.
Tengsoe Tjahjono
Sastrawan
Fileski, penyair muda yang hebat. Sebab dia langsung menjajal alam Internasional dengan membina nama di Singapura, disamping Indonesia, karena zaman sekarang banyak kemudahan sarana dan fasilitas, sehingga lebih memungkinkan. Dan tampaknya dia mulai berhasil. Disamping beberapa puisinya dimuat di beberapa media massa, berita mengenai kegiatannya sudah masuk Koran RADAR SURABAYA, JAWA POS dan bahkan majalah TEMPO. Sekarang tinggal uji ketahanan, sebab Bung Fileski akan banyak berhadapan dengan berbagai rasa jemu, berbagai ujian kehidupan, bahkan akan menghadapi banyak musuh yang cuma mengandalkan rasa iri hati. Itu semua juga sudah kulalui Bung! Ayo Bung maju terus!
Viddy Ad Daery
Penyair, novelis, budayawan dan pembuat film
Puisi Fileski seperti pengejawantahan suara gesek biola yang ia mainkan dengan penuh dinamika. Puisi Fileski seperti mewakili nada-nada biola lewat kata-kata. Terkadang melengking, menjeritkan tragedi. Tetapi terkadang mendayu mendendangkan merdu cinta nan romantis. Fileski adalah 'dua sosok' yang menjelma jadi satu yaitu: musik yang puitis.
R.Giryadi
Penulis dan Pengelola Majalah Sastra Kalimas
Beberapa kali saya melihat Fileski di panggung membaca sekaligus menyanyikan puisi sambil bermain biola. Dan saya begitu betah menyaksikan keseluruhan pertunjukannya dalam buku puisinya ini. Yang tentu saja berbeda cara penikmatannya dengan ketika dipanggungkan. Saya masih merasakan kebetahan itu meski dengan kadar yang tak sama.
Dadang Ari Murtono
Penyair & Cerpenis
Fileski yang kukenal (melekat sayang di hatiku kerana usianya yang sebaya dengan cucuku). Kami pernah bersama bersusah senang dalam mengharungi kembara untuk menangguk ilham berkisah dengan menaiki bas atau kereta api, adalah anak yang sabar dengan karenah kehidupan. Ia pandai merekam peristiwa dengan kekayaan kata-kata, Komposer yang berbakat dalam Musik Sastera, sangat mahir dengan gesekan biolanya, menghasilkan komposisi musik yang diilhami dari karya puisi, cerpen, dan novel, hingga beliau digelar Poet Musician. Karyanya yang terbit dari hati, di samping banyak mendengar, memandang dan menghayati sendiri secara alami, mencetuskan sentuhan puisi yang memaparkan kasih sayang dan segala perasaan dan semuanya terangkum dalam Kitab Puisi Negeri Kertas.
Anie Din
Novelis & Penyair Singapura
Dalam Kitab Puisi Negeri Kertas ini, Fileski menyelami kerinduan pada yang terkasih, rindu atas negeri, serta rindu pada Sang Pencipta. Tengoklah larik puisi yang memukau ini: Nafas huruf-huruf muram beterbangan/Berjejal mengantri memahatkan diri/Pada salib-salib kegelapan/Pada rindu yang menyisakan malam (Musnah). Juga yang ini: Tubuhmu layaknya kapal karam yang kurengkuh/Dan kembali berlayar (Aku Budakmu). Buku ini sangat cocok bagi mereka yang memiliki romantika pada dirinya.
F Aziz Manna
Penyair
Saya mengenal Fileski seorang pemuda yang bertalenta. Semuanya dia lakukan dengan jiwa, menulis dengan indah. Dengan biolanya, laki-laki ini mengalunkan semua syair-syairnya tentang mimpi, harapan, yang melambung juga tentang perdamaian dengan cinta yang hebat. Fileski selalu menulis dengan hati dan kepekaannya menyoroti masalah-masalah yang terjadi di sekelilingnya begitu menyentuh. Buku ini bisa menginspirasi semua anak muda di negeri ini.
Rini Intama
Penulis, Pendidik
Puisi-puisi Fileski seperti cermin beragam peristiwa. Merefleksikan cerita cinta, terhadap Tuhan, alam, dan sesama. Ada keliaran pikir yang kadang ditahan agar tidak meledak, namun keinginan menuliskannya begitu melesak. Kadang ritme puisinya lembut, kadang menghentak, seperti nada dalam gesekan biola yang sering dimainkannya. Pada beberapa titik, ia perlu juga berhati-hati dengan diksi, agar sajiannya tetap gurih, ibarat masakan, tidak kelebihan atau kekurangan garam.
Ratna Ayu Budhiarti
Penulis
Ketika terbersit nama Fileski di benakku, tak ayal lagi kenangan melompat pada sosok sederhana yang sabar dalam berkarya, berkemauan keras, pantang menyerah dan memiliki batu cadas idealisme dalam berkesenian. Sederhana dalam berpenampilan, sabar dan berkemauan keras seperti ketika harus menyelesaikan karya selama 11 jam tampil nonstop dalam musik puisi, dengan 11 jenis alat musik, serta meletup-letupnya jiwa idealisme sesuai dengan gelora usia mudanya.
Dari kenangan inilah satu demi satu puisi dalam buku ini aku lahap untuk memuaskan dahaga terhadap perwujudan kontemplasi panjang perenungan seorang seniman sastra Fileski. Puisi Negeri Kertas segera menyita perhatianku. Tentang sebuah mimpi yang bisa terwujud bila kita bersama-sama menginginkan dunia bersatu dalam damai. Usia muda dan gejolak dalam jiwa untuk menentukan sikap, disampaikan dengan bahasa yang sederhana namun terukur diksinya, hingga mampu menempatkan kata sesuai makna dan pemahaman pembacanya.
Ananto Sidohutomo
Dokter & Budayawan
Persoalan sastra, persoalan penempatan anak muda dengan bijak. Kiranya begitulah ungkapan untuk menggambarkan kesusastraan dan dunianya. Fileski yang merupakan barisan muda menerbitkan antologi puisi tunggal dengan tema-tema kekinian. Ini penting dicatat dan diingat. Hari ini dan hari mendatang, puisi-puisi yang ia tawarkan semoga memperkaya khazanah kesusastraan Indonesia.
Muhammad Rois Rinaldi
Penyair
Sebuah kumpulan sajak yang setiap katanya nampak mengalun dari hati. Aura romantisme cinta, sosial kemanusiaan, sangat terasa dalam detak langkah yang berirama dan jejak mata pembaca. Serupa gesekan biolanya yang mampu menggetarkan pendengarnya. Puisi Fileski adalah puisi gugahan hati yang mampu bernyanyi pada mereka yang selalu peduli. Merebahkan hati dalam nurani suci penuh kasih. Kumpulan puisi Fileski adalah kumpulan nada dengan suara hati atas cinta, imaji dan realita.
Deny Tri Aryanti
Penyair
Jika ada anak muda yang "ngotot" ingin mengubah dunia dengan puisi, itu adalah Fileski. Berbekal kemampuannya menulis puisi, membuat lagu dan memainkan biola, Fileski pun bergerak di "jalan sunyi" yang amat sedikit anak muda bersedia melalui jalan yang dilintasi seniman asal Surabaya ini. Hasil dari "kengototatannya" itu, Fileski pun beroleh banyak penghargaan, baik berupa apresiasi para peminat sastra di dalam negeri, maupun penghargaan dari luar negeri, di mana dirinya melakukan serangkaian pembacaan dan menyanyikan puisi lintas negara Asia Tenggara. Melalui antologi berjudul Kitab Puisi Negeri Kertas, Fileski ingin menegaskan betapa dia telah memilih jalan susastra bagi dirinya secara bersungguh-sungguh.
Selamat Fileski, selamat bernyanyi dan menulisi langit dengan puisi-puisimu.
Jodhi Yudono
Musisi Puisi – Penulis Kompas.com
Bagi saya menulis puisi adalah sebuah syarat untuk bisa hidup setiap harinya selain makan, tidur, bermain biola, dan membaca. Membaca apa saja, baik itu buku-buku ataupun peristiwa sehari-hari yang mengusik isi kepala mesti saya tulis. Atau kalau tidak, akan meledak dan membuat kepala saya pecah berhamburan. Artinya, begitu penting peran puisi dalam kehidupan saya, bisa disejajarkan dengan kebutuhan bernafas. Apakah saya adalah penyair atau bukan penyair, saya tak ambil pusing, sebab keberadaan puisi jauh lebih penting dari sekedar pengakuan. Siapapun bebas memberikan sebutan pada saya, entah itu penyair, biolis, vocalis, komponis, ataupun apa saja.
Dalam proses penulisan ini, saya hanya ingin menuangkan kegelisahan saya sebagai cara bertanggung jawab atas anugerah kehidupan dengan cara merekam lewat media kata. Sebab hanya dengan puisi saya bisa merekam peristiwa yang terjadi pada diri saya, sebuah catatan yang mampu merekam peristiwa hingga tataran suasana, warna, suhu, kelembaban, emosi jiwa, dan energi yang tak mampu ditangkap oleh alat perekam paling canggih sekalipun. Dengan alat perekam yang begitu dahsyat ini, saya pergunakan untuk mencatat jejak setiap jengkal waktu yang saya lewati sehingga bisa menjadi cermin diri sebagai kajian refleksi dan evaluasi diri.
Bagaikan anak kandung sendiri, setiap puisi yang saya tulis akan saya asuh dengah baik dan takkan saya biarkan terlantar berserakan. Untuk itulah pentingnya keputusan untuk membukukan kumpulan puisi ini menjadi satu dokumen agar tak terberai.
Meski tampak sederhana, saya merasa belum bisa menyelami puisi-puisi ini. Terkadang saya nampak begitu puitis, terkadang nampak begitu garang dan berkobar-kobar. Kerap kali saya terombang ambing oleh puisi yang saya tulis sendiri. Terkadang puisi nampak begitu gamblang dan terkadang begitu remang, dalam, dan penuh misteri yang membuat saya tak pernah usai menyelaminya.
Maka tidak heran, jika dalam kitab puisi ini pembaca akan menemui beragam bentuk puisi yang saya tulis. Jika ada yang menyebut istilah puisi gelap dan puisi terang, ya, saya mungkin menulis keduanya. Sebagian puisi mungkin begitu mudah dipahami, namun sebagian sulit dijelaskan namun bisa dirasakan manis getirnya. Semua mengalir begitu saja, untaian abjad yang mungkin sulit untuk dipahami namun ia mengalir dalam gurat nadi sehingga relung hati mampu mengerti apa yang dimaksudkan dalam arti. Itulah puisi bagi saya, begitu bebas dan merdeka, bahkan saya rasa, tak ada yang lebih merdeka dari puisi.
Dulu, saya rasa biola adalah sesuatu yang paling merdeka, sebab tak ada garis-garis pembatas nada, dan ia mampu mengeluarkan karakter nada tertentu yang tak dapat dijangkau instrument lain. Namun ternyata, dalam fingeringbord sebuah papan mulus tanpa batas nada itu, ternyata ada satu tatanan nada yang mesti dipatuhi.Berwujud garis imajiner dalam teknik penjarian. Ini yang membuat saya berpaling ke puisi, ketika tak menemukan katarsis pada biola. Namun banyak orang berkata, tanpa biola dan puisi maka takkan pernah ada Fileski, maka hingga ujung usia sepertinya saya takkan pernah lepas dari keduanya.
Kitab Puisi Negeri Kertasadalah kumpulan puisi yang terdiri dari puisi-puisi yang pernah saya publikasikan di buku-buku kumpulan puisi karya bersama, tersiar di media masa, dan beberapa pernah saya unggah di media sosial. Negeri Kertas adalah kumpulan kegelisahan saya yang bertumpu pada tema mimpi, harapan, perdamaian dan cinta. Beberapa sudah pernah saya gubah menjadi nyanyian puisi, atau orang biasa menyebutnya musikalisasi puisi. Beberapa puisi ada yang menyinggung tentang sosial politik, dan sebagian besar berbicara tentang kerinduan, baik itu kerinduan kepada kekasih, kepada Tuhan, atau kepada sebuah negeri dalam khayalan yang saya sebut Negeri Kertas.
Kitab Puisi Negeri Kertas adalah buku kumpulan puisi tunggal pertama saya. Ada banyak pihak yang begitu berjasa dalam mewujudkan keinginan yang sudah lama terpendam ini. Pertama, saya ucapkan terima kasih pada Allah SWT dan Rasul-Nya, terimakasih kepada Raditeens Publisher, dan Risky Fitria Harini, kepada kedua orang tua dan adikku tersayang, kepada Ayu Kartika Sandy, kepada Komunitas Musik & Sastra di seluruh nusantara, kepada Pak Tengsoe Tjahjono atas kata pengantar sekaligus restunya, kepada Gus Candra Malik Sang Inspirator, Mbak Kirana Kejora, abangku Asrizal Nur, Pak Dimas Arika Mihardja, Pak Viddy Ad Deary, Cak R.Giryadi atas covernya yang ciamik, Alm. Bapak Johan Budhie Sava, Dadang Ari Murtono, Bunda Anie Din, F.Aziz Manna, Mbak Rini Intama, Pak Ananto Sidohutomo, Muhammad Rois Rinaldi, Deny Tri Aryanti, Mas Jodhi Yudono, Alek Subairi, dan banyak pihak yang tak bisa saya sebutkan semuanya disini, beribu terimakasih untuk semuanya.
Jika ada diantara pembaca yang mungkin akrab dengan puisi saya, tentu karena kerelaan hati untuk mengakrabinya disela-sela padatnya hari yang teramat mampat. Kendatipun ada sebuah manfaat dari apa yang terbaca dari puisi saya, tentu itu diluar kuasa saya dan puisi saya, sebab yang membuat puisi lebih berarti adalah imaji dari pembaca.
Demikian sekelumit kata dari saya, kurang lebihnya saya haturkan beribu maaf.
Delta Casabella, Desember 2014
FILESKI
#PUISI #SASTRA #ANTOLOGI
0 Komentar
Andai bisa klaim Honor untuk karya puisi dan cerpen yang tayang sejak 1 April 2024