PUISI-PUISI MOEHAMMAD ABDOE
MAWAR
bila kau menjadi bunga
aku adalah taman
pundak bagimu bersandar
suka maupun duka
namun hendaklah kau jaga
duri luka
Malang, 1 Desember 2020.
SEKAR PUTIH
dingin pun menyetubuhi malam
sedang di kamarku
cermin itu masih mengenang wajahmu
yang telanjang pada katil
mencatat awan noda dan
pulau-pulau kecil
mendaki puncak gairah
asmara
Malang, 3 Desember 2020.
JAMBU METE
:Harut dan Marut
/1/
Hendaklah kau sentuh
Dari binggel ranting
Akar pohon melintang
Mencengkeram alismu
/2/
Selembar daun payung
Matahari tengah curam
Sungai langit mengalir
Tumbuhan sengit menggantung
/3/
Pesona sayap kupu-kupu
Memikat penuh asmara
Bagai telah dimabuk anggur
Tersihir senjata tuan
Malang, 5 Juli 2020.
WAJAH ANGIN
di balik cecaran angin
ada sehelai jari terang rembulan
selimut wajah purba
hening gemintang rasi waluku
tanah air tempat dengkur
persujudan padi
berbinar giok kunang-kunang permata
garis kuku kenangan
Malang, 30 November 2020.
MUHAMMADKU
demi waktu yang selalu bertasbih
aku menyebut namamu sebagaimana ia tabah
memberikan kita ruang kebebasan untuk mencintai
siapa pun dan apa pun
teduh bernaung di bawah pancaran waktu
matahari terbit dan berayun terbenam ke barat daya
namun entah bagaimana mulanya
cintaku tidak sanggup berpaling hati darimu
kekasih
Malang, 3 Desember 2020.
DOA
duhai
adinda sayang
sebab kau debar rahasia
puisiku
tersungginglah senyum
dunia berseri
abadi
memandangmu
selalu
Malang, 2 Desember 2020.
KAWAH
berkatalah kawah gunung itu kepadamu
dengan endapan luka yang meluap
udara panas sebagaimana wujud pelampiasan
berhujan abu misteri ke padang rumput
menyita genangan sungai matamu
seluruh
Malang, 2 Desember 2020.
DUKA
Hujan malam hari
sungguh rimba dadamu
angin lebat
yang menggerus benda langit
wajah bencana
Bertalu waktu
menampung laut jiwa
gunung terjal
Mengenang sumber mata air
air mata
jatuh mengalir menimpa daun
Bunga cadar nestapa
dinding murung
Malang, 28 November 2020.
RIWAYAT SELEMBAR DAUN
selembar daun sore hari
apakah yang kini kau renungkan
selepas angin berdesir
menimbang jatah dalam giliran
riwayat akarmu
hening menangkup malam
merajut jaring sutra di daun fakir
rumah pelipur serangga
ke mana siluet tubuhmu meredah
terdampar sudut bumi
Malang, 1 September 2020.
JATUH CINTA
Entah bagaimana mulanya aku mencintaimu
Laksana daun gugur yang tidak sempat menyentuh tandus
Sebab angin segera membuangnya ke tengah samudra
Kemudian memecah bersama gulungan-gulungan ombak
Lautan asmara
Malang, 21 November 2020.
ADINDA, SAYANGKU
kemarilah, adinda sayangku
mari kita rayakan hari sumpah pemuda ini dengan bercinta. sebab angin malam melulu payah untuk kau renungi sendiri.
kemarilah, adinda sayangku
mari kita rayakan hari sumpah pemuda ini di atas penderitaan sejarah. sebab kemenangan hari ini adalah wajah bencana paling besar untuk mereka yang mencintaimu.
kemarilah, adinda sayangku
mari kita rayakan hari sumpah pemuda ini dengan menulis satu judul puisi. sebab kau adalah ruang putih untuk menyalurkan kegelisahan pada penaku.
Malang, 6 Desember 2020.
Moehammad Abdoe, anggota komunitas Dari Negeri Poci. Pelopor komunitas Pemuda Desa Merdeka (PDM 2015) dengan gerakan yang mengangkat tema-tema sosial dan seni musik jalanan. Karyanya berupa puisi dan cerpen terbit di berbagai media massa Indonesia maupun luar negeri, antara lain: News Sabah Times, Utusan Borneo, Harian Ekspres, Suara Sarawak, Kedaulatan Rakyat, Pikiran Rakyat, Minggu Pagi, Koran Merapi, Suara Merdeka, Rakyat Sultra, Riau Pos, Tanjunpinang Pos. Buku puisinya yang segera terbit Membaca Misteri Wajah Angin. Saat ini, ia masih singgah di sebuah desa kecil di bawah lereng bukit kapur (Kalipare-Malang).
No. Tlp/Whatsapp: 085730551400
Surat elektronik: moehammadabdoe@gmail.com
0 Komentar
Andai bisa klaim Honor untuk karya puisi dan cerpen yang tayang sejak 1 April 2024