DUKA DI JALUR GAZA LUKA DI DADA
Duka di jalur Gaza luka di dada
Upacara doa-doa menyaksikan luka
Kepada segenap nyawa yang telah tiada
Air mata dan darah mengaliri tanah Palestina
Di hari yang seharusnya fitri
Ingatan luluh lantak dibom bertubi-tubi
Jalur Gaza berduka
Ada keberingasan nyata
Lebih dari sekadar peluru buta
Ujung senapan tidak mengenal cinta
Riuh suara gedung-gedung hancur dan rata
Gaza semoga damai kembali
Agar tak ada lagi tubuh yang mati
Ziarah doa mengamini harap pada Ilahi
Aqso semoga tetap menjadi tempat yang suci
Luka tak bisa dihapus air mata
Untuk menebus darah dan nyawa
Keadaan yang sangat porak poranda
Akan jadi dendam yang tak semestinya
Di sujud yang paling sunyi
Isyarat doa meminta duka pergi
Duka di Jalur Gaza
Adalah luka di dada
Duka tanah Palestina
Adalah luka yang nyata
Ponorogo, 17 Mei 2021
GAZA DAN DARAH DI TUBUH ANAK KECIL
Gaza hari ini tanpa cinta
Anak kecil menghapus airmata
Zionis bangga menodongkan senjata
Ada banyak darah yang mengalir tanpa dosa
Dan orang-orang melihat semua
Akan tubuh yang kehilangan cerita
Namun masih saja benci tetap dibela
Darah di tubuh anak kecil di Gaza
Adalah bentuk kebrutalan tanpa cinta
Riuh saling merasa benar dibaluti dusta
Agar dapat pembenaran dalam segala cara
Hingga tidak ada jalan untuk damai sementara
Duka menjadi pilihan paling nyata
Ibarat harga diri yang tak bisa ditukar harta
Tubuh dan senjata
Ujung peluru dan nyawa
Bagi anak Palestina itu biasa
Usia tak menghalangi jiwa merdeka
Hanya keberanian yang tersisa di dadanya
Anak-anak tak mengenal duka
Namun cinta begitu fatamorgana
Asap hitam pekat menyapa harinya
Kisah mereka tak pernah ditulis dunia
Kita yang jauh tak merasa dosa
Entah sebab nurani telah mati rasa
Cinta menghilang dari dalam isi dada
Ingatan dihapus nafsu dan rayuan dusta
Lupa kepada duka anak-anak di Jalur Gaza
Ponorogo, 2021
SERIBU TAHUN LAGI
Seribu tahun lagi
Engkau akan mengerti
Rahasia dalam risalah puisi
Ingatan tak akan menghapus arti
Bait yang ditulis dengan keutuhan imaji
Usia membaca tiap makna yang tersembunyi
Tak ada yang perlu ditafsiri
Apalagi sampai harus ditangisi
Hidup bukan untuk luka dan benci
Umur serta takdir keniscayaan hakiki
Nafas dan nafsu setubuh meski tak abadi
Lebih seribu tahun lagi
Aku akan tetap dalam puisi
Gairah tak pudar mencumbu diksi
Ibarat pena yang tak lelah menulis mimpi
Ponorogo, 16 Mei 2021
MALAM APABILA MATA TAK TERPEJAM
Malam tak pernah khianat
Apabila mulut tidak melaknat
Lelah tak halangi mata berhikmat
Atas nama tubuh yang meminta sehat
Maka tak ada rerindu yang harus bersyarat
Apabila mata melihat
Pada gelap bayang penat
Ada yang harus selalu diingat
Bukan leluka yang harus dipahat
Inti dari penglihatan ialah pesan ayat
Langit dan malam setia memberi hangat
Apakah pantas mata minta waktu istirahat?
Mata mengerti sangat
Akan rerasa yang tersesat
Tak mengintimi malam hikmat
Angin selalu mengirim semua isyarat
Tak terpejam mata bersemangat
Agar rembulan mengerti tafsir ibarat
Kepada malam yang selalu meminta sifat
Tetap kuat
Erang sekarat
Rasa tanpa sayat
Pedih hilang gelagat
Elok peluk semakin erat
Juga mesra bertambah niat
Adakah mata pantas khianat?
Malam tak akan menuntut syarat
Jember, 2020
0 Komentar
Andai bisa klaim Honor untuk karya puisi dan cerpen yang tayang sejak 1 April 2024