BALADA VIKRI AL BIPOLARI
Vikri Al Bipolari,
Tercatat dalam tambo rakyat nagari Teras Kabau:
Sebagai panglima bersenjata sajak
Konon, tangisannya serupa salju
Memutihkan segala musim
Membekukan segala ketaksaan
Tibalah ia pada sebuah masa,
Di saat ia jatuh cinta pada sebuah kelapa
Sajaknya yang tajam tak mampu
menembus kedalam batok yang kokoh
ia menyerah pada sebuah waktu,
di saat orang-orang kini mulai mengenalnya
sebagai seorang panglima bisu
kini, di setiap malam
pipinya akan memutih,
tubuhnya membeku.
Padang, 4 Desember 2021
KEBANGKITAN VIKRI AL BIPOLARI
Hari itu akhirnya tiba
Vikri Al Bipolari bermandikan air kelapa
Seluruh air mata yang membekukan tubuhnya mencair
Ia mulai terbangun dari hibernasinya yang lelap
Semua rakyat nagari Teras Kabau bersujud
Akan lahirnya kembali seorang panglima nan gagah
Dan akan ada yang berkata: “Akulah Vikri Al Bipolari,
Tunduklah dalam bait-bait puisiku
Niscaya itu ialah sebuah kitab
Yang akan menuntunmu menuju surga”
Hari-hari berlalu
Setiap hembusan nafas waktu selalu terdendang syair-syair
Setiap hembusan nafas waktu pula,
Satu kepala tertebas akibat sajak-sajaknya
Kini, apalagi arti sebuah kelapa?
Vikri mulai mencintai sebuah pisang goreng.
Padang, 4 Desember 2021
KUDA HITAM VIKRI AL BIPOLARI
Tak ada yang tahu sebelumnya,
Panglima sajak itu dulunya berkendaraan
Seekor kuda hitam: surainya ialah sajak cinta,
Ringkikannya ialah sajak rindu, tapalnya ialah sajak patah hati,
Hentakan kakinya ialah sajak kesedihan
Tak ada yang berani dengan Vikri
Sampai kuda hitamnya hilang entah kemana
Tapi, kini ia telah bersama kudanya
Ia siap berperang dengan gagahnya
Demi dapat menikahi pisang goreng.
Padang, 4 Desembar 2021
KISAH CINTA VIKRI AL BIPOLARI
Orang bodoh mana yang mencintai pisang goreng
Selayaknya Rohana yang mencintai Abdul Kudus apa adanya?
Vikri Al Bipolari, jawabnya
Kata-kata menjelma merdu suara azan
Begitulah kiranya Vikri mengagung-agungkan pisang goreng yang ia cinta
Tetapi, tuhan berkata lain,
pisang goreng hanya mencintai kopi hitam
Vikri Al Bipolari yang mengathui itu
Mengutuk keras tuhan, ia bersumpah
Dengan seluruh sajak yang ia punya:
“Aku bersumpah, suatu hari akan datang masanya,
Orang-orang tak akan lagi mengindahkan kata-katamu”
Vikri menangis terisak sambil menunggangi kuda hitamnya
Meninggalkan nagari Teras Kabau
Setiap langkah kudanya menjatuhkan
harapan-harapan kosong terhadap tuhan dan pisang goreng
Dan kini, nagari Teras Kabau putih,
bagai sebuah nagari kapas.
Padang, 4 Desembar 2021
VIKRI AL BIPOLARI MENJEMPUT KEMATIAN
Suara malam
Tak lagi terdengar
Vikri menjelma bulan di langit malam
dengan awan mendung di sekelilingnya
Selepas sholat isya,
Ia meneguk air mata bintang-bintang
yang tercipta akibat hibanya ia pada kisah Vikri Al Bipolari
Teringat Vikri pada kata salah satu teman yang ia temui
Di nagari Bangsat
“Berpuisilah jika kau ingin mati”
Mulailah ia menancapkan sajak yang tajam
Tepat di ulu hatinya
Puisi-puisi kosong berceceran di tanah
Akhirnya, seorang panglima sajak
Terbunuh oleh sajak yang ia punya.
Dan konon, puisi-puisi kosong itu
Tumbuh menjadi sebuah batang pisang.
Padang, 4 Desembar 2021
BIODATA PENULIS
Wais Al Mukhlis, merupakan seorang mahasiswa jurusan Sastra Indonesia di Universitas Andalas. Lahir di Padang, 22 Januari 2001.
Email : waisalmukhlis97@gmail.com
No. Hp : 089618038149
Instagram : wais.3gp
0 Komentar
Andai bisa klaim Honor untuk karya puisi dan cerpen yang tayang sejak 1 April 2024