Eddy Pranata PNP
MUSAFIR YANG MENCARI ALAMAT
DI PUNGGUNG ORANG-ORANG PAPA
-Kang Ahmad Tohari
ia telah bertahun-tahun, nyaris sepanjang usia-- melangkah
di jalan sunyi dan terjal, jalan yang mendaki tegak,
menurun curam, menikung tajam, tetapi sungguh tak kenal lelah,
tak pernah jenuh pada keringat yang menetes,
ia tatap matahari dan rengkuh rembulan
daun-daun zikir, ilalang merunduk, batu-batu berdegup, angin bukit
menampar-nampar liar, ia; musafir itu-- mengitari desa kecilnya lalu
menerabas keramaian kota hingga jauh, amat jauh mencari alamat
di punggung orang-orang papa, orang-orang miskin yang bertarung
dengan keras hidupnya, orang-orang tertindas dan terpinggirkan
di punggung orang-orang papa itulah, musafir itu selalu takjub,
trenyuh, dan tak jarang hingga tetes air mata-- ia temukan
alamat yang selalu sangat dirindukan; rumah Allah; sejuk bercahaya
ia sujud sedalam-dalamnya, lalu duduk dengan mata berkaca-kaca,
tangannya gemetar mencatat sejarah dan kisah selama bertualang
di jalan sunyi dengan doa-doa panjang
: "aku telah abadi, memilih alamat di punggung orang-orang papa!"
kekasih, sesungguhnya, apakah ini yang dinamakan inti hidup?
setulus-tulusnya terus memungut kata-kata, menyimpulkannya
ke dalam jantung-hati!
Jaspinka, 29 Januari 2022
Eddy Pranata PNP— ketua Jaspinka (Jaringan Sastra Pinggir Kali) Cirebah, Banyumas Barat, Indonesia. Buku kumpulan puisi tunggalnya: Improvisasi Sunyi (1997), Sajak-sajak Perih Berhamburan di Udara (2012), Bila Jasadku Kaumasukkan ke Liang Kubur (2015), Ombak Menjilat Runcing Karang (2016), Abadi dalam Puisi (2017), Jejak Matahari Ombak Cahaya (2019), Tembilang, (2021)
0 Komentar
Andai bisa klaim Honor untuk karya puisi dan cerpen yang tayang sejak 1 April 2024