Menuju Jalan Filsuf
tulang rusuk ini, tempat mengisah luka
di malam yang pecahkan keberanian dorong-mendorong
angin hempaskan tangan menggoncang balok penjagalan lalu ucapkan: pertemuan kematian
karat besi hanya meniru lapuknya kayu dimana air mata tuntaskan perihnya raga dan tulang memutih
sebening salju, kaku tinggalkan aib
menusuk buih-buih sajak kehidupan
: mari lantunkan kata-kata abadi
kereta jalan mengikuti arah pikiran disitu, malaikat pernah menaruh galaksi
berisi tentang pecahnya saturnus dan jupiter hingga langit berkubang duka
langit, di atas segalanya ribuan sinar tersisa memberangus kesesatan
menuju bukit-bukit untuk duduk bertafakur seperti Isa Almasih mendaki bukit golgota diiringi lonceng-lonceng
mengalunkan simphoni dari kastil engkau masih saja bertanya,
: itukah jalan kebenaran
kita singkap kembali luka
untuk menerangkan puisi Khalil Gibran tersimpan rapi di perapian cinta
saat kubabat rumput ilalang
di musim hujan bermandikan salju
riak tangis bayi-bayi kecil ditinggal ibunya mencari kitab kebenaran
di sepenggal catatan perang, masa tirani raja-raja bertangan besi
petaka angin kembali menggoncang di bumi, yang tinggal sepertiga zaman binatang-binatang tak lagi buas
adalah socrates, aristoteles telah kehilangan filosofi
biarkan puisi ini terbaring menuju pemakaman angin karena filosofi tidak selalu benar di zaman ini
di peradaban baru
Malang, 2021
VITO PRASETYO, dilahirkan di Makassar, 24 Februari 1964 -- Agama: Islam -- Bertempat tinggal di Kab. Malang – Pernah kuliah di IKIP Makassar
Bergiat di penulisan sastra sejak 1983, dan peminat budaya
Naskah Opini dan Sastra (Cerpen, Puisi, Esai, Resensi), Artikel Pendidikan & Bahasa telah dimuat media cetak lokal, nasional, dan Malaysia. Karya-karyanya termaktub dalam beberapa Buku Antologi.
0 Komentar
Andai bisa klaim Honor untuk karya puisi dan cerpen yang tayang sejak 1 April 2024