PEREMPUAN
PEMELUK HUJAN
LARA SANTRI
JUNIARTI, Angkasa berjubah abu-abu, pekat memayungi
semesta
Mega menghamburkan muatannya menjamah lorong
yang tiada daya ditangkap netra.
Perempuan itu terpaku pada jendela kayu rumah
bambu,
mengatur haluan matanya pada laksa yojana yang
terjelma dalam ruang imaji. Menembus lapisan dimensi, "Nak, baca ini biar
pintar. Biar jadi sukses di masa depan".
Pipinya menghangat, air hujan dari genteng yang
bocor melahirkan sungai mungil melintasi wajah lalu mati pada sapuan tangan
gelembur miliknya. Ia tak kuasa (lagi).
Genap ribuan purnama dibilangnya biji kurma
pada sebekas kaleng Khong Guan di atas nakas tua saban adzan memanggilnya
melepas dahaga.
"Lebaran aku pulang, Bu." janji itu
menggema, mengusik koklea.
Hujan kian tumpah, belum ada tandanya akan
mereda. Langit masih gelita. Tangan keriputnya tak sudi lagi membendung ego
yang berontak ingin segera bebas.
Sungai-sungai marak tercipta. Perempuan itu
(lagi-lagi) pasrah.
Imani ikrar ke sekian putranya sama dengan
menggarami luka yang masih basah. Apa lagi yang bisa dibuatnya: pura-pura
percaya.
"Ajarkan juga dia mengaji, Bu. Jangan hanya
buana yang kau jejali di kepalanya", pujaan hati yang Ia kasihi berujar
sebelum nisan merampas namanya dari kefanaan dunia.
Wanita itu menunduk.
Tak lagi sanggup menjejak jalan yang dituju oleh
dua bola mungilnya yang sayu.
Lekas merapikan surai putih yang tertancap di
kepalanya,
menggelar segi empat panjang mendekap buyungnya
lewat kanal bernama doa-doa, supaya terketuk atmanya menenteng sebotol sirup
berwarna merah untuk menjamu tetamu pada idul fitri Jumat mula bulan depan di
gubuk mereka.
Hujan telah sirna, perempuan renta itu masih
menggigil di atas sajadahnya memeluk hujannya yang tak jua binasa.
Lara Santri Juniarti lahir di sebuah desa kecil
di ujung timur Kabupaten Sumbawa, NTB. Ia menyukai sastra tapi belum memiliki
keberanian mengirim karyanya. Puisi ini adalah puisi perdananya setelah vacum
beberapa tahun dari puisi. Sajak ini adalah puisi pertama yang 'nekat' Ia kirim
untuk dilombakan.
0 Komentar
Andai bisa klaim Honor untuk karya puisi dan cerpen yang tayang sejak 1 April 2024