“Surat
Kecil Untuk Ayah”
Oleh: Mayang
Adekatari
Ayah, ada salam dariku.
Isinya perihal rindu yang kian menggebu.
Dalam hati kecilku, aku ingin memaki soal takdir
yang berlalu dengan egois.
Takdir merebutmu dengan tragis, merampas
bahagiaku dengan tangis.
Lalu, merubahnya menjadi kesakitan tak terperih.
Ayah....
Aku terdayuh,
sebab atmamu ‘tak lagi di sisiku.
Aku terenyuh,
begitu singkat waktu kita bertemu.
Namun, perlu kau tahu bahwa aku bersyukur
menjadi putrimu.
Ayah...
Engkau adalah sosok yang rela mematikan mimpimu,
untuk membiayai mimpiku.
Engkau sosok yang menyampingkan butuhmu, untuk
rengek inginku.
Engkau yang ‘tak pernah membual soal lelah,
padahal nyatanya kau penuh pilu dan luka.
Engkau adalah sosok kuat, yang bisa membenarkan
segala yang rusak.
Engkau adalah sosok cerdas, yang dapat menjawab
semua tanya.
Ayah....
Terimakasih, untuk semuanya.
Terimakasih, telah memberiku paham konsepsi
cinta pertama.
Aku berharap masih bisa melihatmu, meski hanya
dalam mimpiku.
Di setiap sujudku, kidung doa ku selalu untukmu.
Ayah, maaf bila aku jarang menemuimu di rumah
barumu, di gundukkan tanah dibalik nisan.
Sebab, itu menyayat sembilu dalam jiwaku yang
kerdil ini.
Karena ‘tak bisa lagi ku rasa hangat pelukmu.
Dari aku, putri kecilmu.
Sumbawa, 11 Februari 2022
Biodata Narasi
Mayang Adekatari, biasa dipanggil Mayang. Lahir
pada tanggal 26 Agustus 2004 di Empang Kabupaten Sumbawa, NTB.
Sekarang sedang menempuh pendidikan SMK di SMK
Kesehatan Yahya Bima Kelas XI. Selain sebagai pelajar, saya juga aktif di
beberapa komunitas literasi dan alhamdulillah diberi kepercayaan menjadi
Founder Sajak Senja Nusa Tenggara Barat.
Harapan saya semoga melalui gerakan anak muda,
literas di indonesia bisa lebih berkembang.
0 Komentar
Andai bisa klaim Honor untuk karya puisi dan cerpen yang tayang sejak 1 April 2024