RAWA-RAWA
tujuh warna
tujuh hari
tujuh lapis
perjalanan selintas
menyeberangi rawa
di pinggiran tepi
dan sekedipan mata
kita tinggallah nama
beberapa lembar warna
beberapa helai airmata
padu
dalam
lumpur
rawa
yang
menangkap
kaki
—kaki
kita
kata-kata
kita menjadi
tidak
kemana-mana
subuh
aroma kasturi
semerbak
dibawa burung
dan paruh ayam
mengukir bumi
dengan cakar
yang lihai
mengais rezeki
:
rezeki kita
adalah
melintasi rawa
sekedip mata
:
siapa
yang
menjadi diri!
di rawa
ada tujuh rupa
wajah manusia
wajah pertama
wajah-Mu
memantul
dari langit
kilau
cahaya matahari
—wajah lainnya
wajah
yang sering
dijadikan
wajah-wajahan
kerap dijadikan
jebakan
perangkap
atau tontonan
: tetapi
selintas
sekedipan mata
saja
apa hendak dicari?
kau berhenti
kaki
kita
kata-kata
terjeda—
penebusan
telah
menyematkan
namamu
di persinggahan ini
urat air nadimu
dipantulkan
oleh rawa-rawa
dari celah rimbunan
kilau matahari
dan riak
yang mengalir
dengan tergesa—
jangan tergesa!
kita
tidak
sedang
mengejar
apa-apa— terhenti!
tujuh lapis
terkelupas
dari
lembar-lembar
napas menipis
:
habis
kepulangan
selintas
sekedip mata
menyebrang
pinggiran
tepi rawa—
apa hendak dicari
dalam tujuh hari
dalam tujuh lapis warna?
Muhammad Syahroni
OKU TIMUR, 14 Februari 2022
Muhammad Syahroni merupakan mahasiswa aktif Universitas Lampung yang tengah menempuh Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Kelahiran OKU Timur, 14 Juni 2001, penyuka bunga lily, membaca, dan menulis. Karya-karya Muhammad Syahroni terlah dimuat dalam beberapa buku antologi pribadi, kolaborasi, dan nasional. Selain itu, beberapa karyanya terlah tersiar pada surat kabar dan media onlie lainnya.
cp: 0857 5848 3793 (WA)
Facebook: Muhammad Syahr
Instagram: @ten_land
0 Komentar
Andai bisa klaim Honor untuk karya puisi dan cerpen yang tayang sejak 1 April 2024