"Kekuatan puisinya pada gayanya yang prosais, gaya ini sepertinya menjadi semacam alternatif hierarki antara Puisi dan Prosa. Gaya ini dapat menjadi "trend" sastra Abad 22 yang ingin mengembalikan puisi pada wacana bercerita - narasi bercerita yang dimiliki nenek moyang kita. Warna lokal kuat dalam puisi ini. Itu menjadi kekuatan makna puisi ini. Diksi laut dan kehidupan sosial mewakili situasi sosiologis kehidupan manusia-manusia laut Bugis." Menurut Dr. Panji Kuncoro Hadi
DIJODOHKAN DENGAN LAUT
Kini gemerencing jalaku sudah terlelap, malam sungguh
memainkan ciuman-ciuman dari sisa badai di bibir ombak
kerumunan ikan sekarat di tengah geladak menyandera bau amis
langit bersikeras memilih kehilangan kecemasan dari kilatan cahaya
dengan mata mendung aku masih setia berjaga memandang laut
Sejak usia belasan, Ambo1telah mengajari mengayuh perahu
berwaktu-waktu hingga kecemasan berlimpah sepanjang malam
sambil belajar menghitung musim dengan langitmu
betapa hidup diselubungi ketakpastian demi memberi nama
untuk kebahagiaan yang hendak dijanjikan nasib pada pantai
Begitulah, laut telah memberi legam pada pasang surut
serupa cinta pada perkawinan malam berpunca kesumat
meski sudah mendengar gemuruh ombak dengan jelas
burung-burung yang melintas terdekat menjawab dengan kepaknya
tak surut perahu memecah gelombang dengan layar ragaku
Bertahun musim telah menjodohkanku dengan laut
perahu, dayung, jangkar dan selembar kain layar
terwariskan serupa seperangkat hantaran rupa mahar
kecemasan mengambil nasib di tiap jengkal ombak
menemukan diri di batas malam yang hilang.
1. Ambo (Bhs.Bugis) : Bapak
Parepare, 02-2022
Tri Astoto Kodarie, lahir di Jakarta, 29 Maret, besar di Purbalingga, pernah sekolah di Yogya dan kini menetap di Parepare, Sulawesi Selatan. Buku puisi yang telah terbit: Nyanyian Ibunda (Artist, 1992) Sukma Yang Berlayar (KSA, 1995), Hujan Meminang Badai (Akar Indonesia Yogyakarta, 2007), Merajut Waktu Menuai Harapan (Frame Publishing Yogyakarta, 2008), Sekumpulan Pantun,: Aku, Kau dan Rembulan (De La Macca, Makassar 2015), Merangkai Kata Menjadi Api (Akar Indonesia Yogyakarta, 2017), Kitab Laut (YBUM Publishing Parepare, 2018), Tarian Pembawa Angin (YBUM Publishing Parepare, 2020) Tembang Nelayan Dini Hari (Satria Publisher Banyumas, 2021), Tak Ada Kabar Dari Kotamu (Satria Publisher Banyumas, 2021) serta puluhan antologi puisi bersama
0 Komentar
Andai bisa klaim Honor untuk karya puisi dan cerpen yang tayang sejak 1 April 2024