Puisi Wahyu Toveng

 

BLA, BLA, BLA

Wahyu Toveng, February 11, 2022

Warteg sepagi ini, aku belum menemukan konten. Semua ide tercekat, memohon untuk dibaringkan. Kemarin, hanya memesan kopi untuk sebuah efek penutup video. Efek itu menutup kerutan-kerutan hidup di suatu panggung pembacaan puisi. Aku memesan nasi telur ceplok plus perkedel hari ini, aroma efek kemarin kembali tercium. Tetapi warteg di sini baru terbuka dan belum ingin menutup. Tetapi ide-ide masih terpenjara, belum terbebas dari pembaringan. Lalu konten yang kucari kembali terguyur kopi, meski jaket lusuh telah tersangkut di sebatang paku. Hanya sebatang, sedang sisanya bersarang di kepalaku, membuat kejutan-kejutan nyeri yang tak berpola. Tetapi aku memang selalu tak berpola untuk membidani sebuah ide. Meski puisi-puisi kerap menyebutku sebagai bidan untuk anak-anak mereka. Semua puisi itu hamil setiap saat. Perutnya melendung membuat bengkak kepalaku, belum lagi keluarga paku yang begitu rewel ingin berdiam di tembok sebagai sangkutan jaket. Nasi telur ceplok hampir habis dan menyisakan perkedel. Aku pandangi perkedel itu tetapi ide tetap tidak terbit. Konten pun terlepas dari laci dan tidak kembali ke dalam kepala ini, ia menguap ke jalan raya yang kian ramai. Dilindas truk kontainer, angkot, motor-motor karyawan pabrik dan gerobak pengangkut sampah. Konten itu isi dari bla, bla, bla. Aku pandangi bla, bla, bla itu sekali lagi sambil menghabiskan kopi.

 

Utara Jakarta, 11 Februari 2022

 

 

Wahyu Toveng, lahir di Jakarta 1977 dengan nama Wahyu Priadi. Alumni dari Akademi Teknologi Grafika Indonesia. Seorang penikmat sastra, puisi-puisinya terhimpun dalam berbagai antologi puisi bersama. Pernah aktif menulis untuk Media Seni-Budaya Semesta Seni (Mei 2020 –Nov 2021). Pernah menjadi satu di antara penggerak Komunitas Sastra Semesta (Jan 2020-Des 2021). Pernah berperan sebagai Brojo dalam lakon berjudul PERTJA bersama Pandu Teater untuk FTJP 2021. Email: wahyutoveng@gmail.com, FB: Wahyu Toveng, WA: 089522845867