JABANG PUISI
Karya: Agus R. Subagyo
Setelah jadi penyaksi kelahiran puisi.
Dari rahim bumi
di antara derit escavator
merobohkan dinding-dinding.
Kelahiran puisi
menyeka peluh jarak dusta dan kebeningan.
Senyum terlintas di tubuh telanjang puisi.
Maknanya khusyuk mengaliri wajah-aneka rupa.
Begitulah puisi.
Lahir meniti takdir.
Membangun istana.
Mimpi-mimpi.
Terlelap ia.
Setelah kelahiran.
Selendang meliuk kelebat membebat tubuh.
Menarilah ia dalam dongeng mimpi.
Tak tega aku.
Bangunkan ia.
Senyumnya tak lekang bersama mimpinya.
Seseorang menghampiri.
Hendak pamit tapi genggam jemariku menggamit.
Menahan ia melarung tanya keberanjakannya.
Aku jelma samudra.
Siap menampung tanya.
Ombakku wujud.
Menjawab tanyanya.
Kuminta ia turut
menggulung menjadi debur hingga tanya melabuh pesisir.
Menyisir malam.
Tangannya melambai
membawa sepinggiran senyum seluruh tubuh.
Menjadi gelap hilang sepandang.
Trotoar dan selasar senyap.
Puisi yang jabang meruah diskusi.
Membeber diri blejeti filosofi.
Hari berganti menuju penjuru.
Menyudut sujud melipat subuh.
Menggambar bujur sangkar lunas mata angin.
Jabang puisi memerdu tangisnya bangunkan matahari.
Meminta mendudah misteri
slide peristiwa dalam mimpi.
Tubuh-tubuh lelah sedulur papat pilar diri.
Menggendong puisi meyusur kota yang sepi.
Melerai tangis sang bayi.
Hari masih pagi.
Matahari pun enggan kabari pergantian hari.
Lengang perjalanan.
Menuju hingar kota yang hilang.
Menjadi bincang pendapa tujuan.
Untuk lanjutkan lelap jabang puisi.
Kupeluk ia agar tetap lelap.
Menuju langit mendadar mimpi bunyi-bunyi di pendapa matahari.
Klampis Anom Surabaya, 22-02-2018/14:00
Pengirim:
Agus R. Subagyo
No WA: 085708321602
FB-IG: Agus R. Subagyo
http://sastra-indonesia.com/2021/02/puisi-puisi-agus-r-subagyo-3/
0 Komentar
Kirimkan Artikel dan Berita seputar Sastra dan Seni Budaya ke WA 08888710313