SEPUCUK
SURAT CINTA
Air mata menghiasi lorong wajah
Ketika jalan perpisahan harus terpampang di depan
Bagai kuncup yang enggan ditaburi cakrawala pagi
Merunduk dan layu seakan ikut meredam kesunyian ini.
Di rumah yang penuh tawa – kita harus berbagi rasa tentang
kepergian
Untuk menyelami lautan di seberang dengan kisah baru
Bersama keindahan bintang – mawar mewangi untuk mengikat setiap
kata
Bahwa jangan pernah mengucap selamat tinggal
Sebab yang datang dan pergi adalah sebuah kemenangan yang selalu
dirayakan oleh kebersamaan.
Sepucuk surat cinta aku kirimkan
Untuk meyakinkan bahwa kita tetap memandang langit senja yang
sama
Dan sebuah kaki langit yang sama
Sebagai saksi untuk berkilau, menuntun jalan-jalan yang
membahagiakan.
Jangan pernah mengucapkan selamat tinggal
Atau kesedihan untuk diucapkan
Sebab harapan melihat mentari selalu ada
Untuk membuka jalanmu dan memiliki tempat indah untuk mengubah
semuanya
Kebersamaan selalu
terbingkai dengan erat
Semoga tidak
ditinggalkan oleh ruang dan waktu
Sebab kita pernah
merasakan tawa juga tangis
Di tempat ini, tempat
sebuah kerinduan yang mengalir tanpa batas.
SEPILIHAN
SENJA
mataku
baru saja dicumbui senja
dengan
sepilihan rindu yang tak mampu diredupkan malam.
"aku
bagai bunga kaktus, yang tabah pada setiap mata luka, dengan sepucuk doa di
akhir musim."
tubuh
mendengungkan lelah,
yang
dipilih mentari untuk tabah,
tetapi
jiwaku meronta-ronta dalam liukan angin,
bahwa
tiada kisah harus dilupakan dalam air mata.
Maret, 2022
Rina Dwi Rahmawat,
lahir di Kabupaten Ponorogo, yang terkenal dengan kesenian Reyognya.
Karya cerpen dengan tema pendidikan, pernah dimuat dalam majalah MEDIAN LPMP
Jawa Timur. Dan tergabung dalam beberapa antologi puisi
0 Komentar
Kirimkan Artikel dan Berita seputar Sastra dan Seni Budaya ke WA 08888710313