IKAN-IKAN DI TENGAH SEMBAHYANGNYA
keraguan mengaliri ketiadaan dalam buku-buku yang terbakar, pintu memecah puisi seperti naga yang menyimpan keangkuhan dari ribuan abad, kupeluk kekosongan dan menggelayut selama pengembaraan
tiap-tiap celah sorga telah menggugurkan daun-daun, musim berganti dengan badai seribu pisau yang sengaja dibakar, lembar tiap lembar dadamu menolak menisbikan kegelapan yang tertinggal
dengarlah, dengarlah bisik ikan-ikan di tengah sembahyangnya
gelombang telah menyusuti rasa lapar dari ingatan nelayan yang terengah-engah, terselip di masa penderitaanku yang memuncak, kakiku memutih lalu membeku, menutupi sebagian awan di langit-langit
pepohonan di tengah laut semakin hijau dan air turun-bergulung bercakap diantaranya kekosongan kisah, puncak awan membuka keabadian telah membentuk hamparan lenganku yang kosong, kepedihan melagukan laju lalu meniup siapa saja yang menunggu menabuh kematian dan kesunyian dalam tiap perjalanan
Surabaya, 2022
Adnan Guntur, kelahiran Pandeglang tahun 1999. Telah menyelesaikan studi di Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Airlangga. Aktif berkegiatan di Teater Gapus Surabaya, Bengkel Muda Surabaya, Wara-Wara Project, dan Sanggar Arek. Kumpulan Puisi Tunggalnya ( Tubuh Mati Menyantap Dirinya Sendiri, Skriptorium - Pagan Press, 2022)
0 Komentar
Kirimkan Artikel dan Berita seputar Sastra dan Seni Budaya ke WA 08888710313