Riwayat Jala yang
Menangkap Payah
Oleh: Devy Rianita
Hanifah
/1/
Dari sudut pelupuk
kesah, sekala ada pandang yang menangkap riuh sedan di kerut durjanya. Mencelik
muram di antara celah jala pemantik payah. Pun tak jarang jua menanam ribuan
tanya pada padat engapnya ruang kepala; meski nyalar menyapa lingkap terbusung
ombak nasib petaka.
/2/
Pada awalnya, malam
merenggut paksa lelap rebahnya dari atas tapang kepasrahan. Menggalas nasib
purba yang deras mengalir di tiap nadi genetika. Serupa sepuh dahan yang
mematah terganti getah, lantas membanjur tubuh pokok tempat di mana awal meramu
suram.
/3/
Di tanah pesisir,
katanya, batu dan karang adalah ranum harta bumi bahari. Menyumpal pekik tampik
kaum maritim atas segala cerabih tanpa bukti. Sebab saban hari, nyatanya, payah
suah mengait jala, pemantik —getir. Melarung diri, memeluk hampa udara di
antara getah-getah nasib.
/4/
Setiba terik memungkas
perjalanan menanam angan di selasar layar, hari telah meniti pedih. Meraup
sezarah pundi pembelit nyeri murba. Mencipta tanya nan kian menggema di ruang
kepala. Bilamana batu dan karang dapat dengan nyata menjadi harta pemungkas
derita?
Klaten, 4 April 2022
Biodata Narasi:
Devy Rianita Hanifah,
gadis 18 tahun asal Klaten, Jawa Tengah. Siswi kelas akhir yang sesekali aktif
menulis puisi. Beberapa judul puisinya memperoleh gelar juara di berbagai
perlombaan tingkat nasional, antara lain sebagai juara 1 Lomba Biosphere 4 cabang
sastra cipta puisi yang diselenggarakan oleh Fakultas Biologi UGM, juara 1 LCPN
Piala Wakil Gubernur Jawa Tengah event oleh KMNU Universitas Diponegoro dalam
rangka peringatan harlah yang ke-7, dll. Salam kenal dan salam literasi, ya!
0 Komentar
Kirimkan Artikel dan Berita seputar Sastra dan Seni Budaya ke WA 08888710313