PUISI-PUISI KARYA YIN UDE
Ombak Dada Para Nelayan
Ombak dalam dada para nelayan
Terus bergemuruh
Dan petang ini
Seperti sudah-sudah, menggerakkan perahu ringkih
Ada serpihan bara dari tungku
–yang sedang ditiupi isteri dalam gubuk dinginnya-
Melekati langit gulita, mengerdip timbul tenggelam
Menuntun laju
Sebentar ombak itu pun membentur malam
Yang pekak karena ledakan bom-bom ikan, sampai tak lagi mendengar jeritan para nelayan
Yang esok subuh pulang dengan luka hati menganga:
menimbang mimpi berisi sisa-sisa
Lalu tak usai pula ombak itu bergulung-gulung
Dalam putaran jaring pukat kapal-kapal asing
Yang geladaknya dipenuhi gelepar segar masa depan lautan
Para nelayan itu, dari sekarang
Mulai menjala kenangan
Terus gemuruh
Terus membentur-bentur
Terus bergulung-gulung
Ombak di dada para nelayan membanjiri juga kepalaku
Hingga aku terseret seperti bermasa-masa
Tapi lagi-lagi
Hanya bisa kudapati diriku terdampar tak berdaya
Bersama mereka, bersama anak isterinya
Pantai Panjang Labuhan Jambu, 1 April 2022
Sore yang Biru
Langit biru laut biru, mungkin angin pun rupanya biru
Hembusi tubuh-tubuh legam
Yang kepala dan rongga dadanya kutahu dipenuhi warna apa
Begitu birunya sore ini
Memandang anak-anak bermain di pantai, yang sedang digendong di punggung-punggung legam itu
Mereka ikut mengamini doa yang mendayung ke suatu tempat
Di tempat itu
Sang Pembuat Warna menimang-nimang butiran riak atau percik gelombang yang melekat di dayung dan dinding perahu
Ia tahu akan berbuat apa
Serta kutunggu dengan selembar kertas biru pula
Buat menulis puisi esok hari, tentang senyum nelayan memanggul tangkapan berlimpah
Kalaupun tiba berita badai, angin dingin yang menampar ternyata rupanya kelabu
Jasad yang tak diketahui kuburannya itu telah kukafani
Dengan pujian paling biru
Dengan kenangan paling biru
Pantai Panjang Labuhan Jambu, 1 April 2022
0 Komentar
Kirimkan Artikel dan Berita seputar Sastra dan Seni Budaya ke WA 08888710313