MENUNGGU HIJAU
/1/
Kau di Stop titik
merah dan hanya menunggunya berubah warna.
Di balik jendela mobil
yang kusam luarnya,
kaupandangi luar: kaulihat asap-asap
yang berkolaborasi
dengan kepulan awan-kelam menghitam. Juga debu-debu yang berkerumun mencari
celah masuk ke hidung.
Di dalam mobil pengap
yang kotor luarnya: kauputar lagu favorit dengan volume yang memekikkan telinga
sambil mengamati anak panah merah yang berjalan menuntunmu dari layar yang
bersuara perempuan yang seolah hafal segala tujuan.
/2/
Kaupandangi luar
sekali lagi:
_masih merah_.
Roda-roda berbaris tak
satupun mau mengalah, dengan klakson-klakson yang bersahutan dari banyak arah.
Juga anak-anak punk dengan pakaian serba hitam dan rambut menyala bernyanyi
kesana-kemari memetik senar gitar yang hampir putus.
Dari bawah atap mobil:
kau mendongak mencoba mencari atap gedung-gedung yang menjulang mencoba
menandingi awan. Namun tak kautemui.
Kaupun lupa:
sedang menunggu hijau.
TMG,180322
Nahlia Hulwah.
Perempuan kelahiran Temanggung 4 mei 2006. Lima belas tahun tinggal di
Jambi, Sumatra dan
sekarang tinggal di Temanggung, Jawa Tengah. Seorang pelajar yang salah satu
hobinya adalah menulis. Bisa dihubungi melalui akun Instagram: @n_hlwah ,
email: nahliahlwh04@gmail.com.
------------------------------------------
Puisi Nahlia
ANGIN DAN RUMPUT
Ranting kecil itu
:mulai repas
tak kuasa dipijak
serbuk hujan. Burung yang membuat sarang diatasnya, juga kucing yang diusir
majikannya menginap beberapa di atas sana.
Angin bercakap pada
daun yang tinggallah ia di pucuk: bahwa daun itu memilih didekap angin.
Dibawanya menyusur tata surya, atau mengajarinya berenang di samudera.
Duri-duri rumput
menunggunya--ranting dan daun--jatuh, untuk kemudian kesakitan, dan meminta
tolong.
Angin dan rumput
terbahak merasa berhasil memanipulasi.
TMG, 020422
TAK TERSELAMATKAN
Tuan,
masih ingatkah engkau
rangkaian huruf di
atas pasir putih
yang kau toreh dengan
sebatang ranting kering
yang tersesat jauh
dari asalnya
Tuan,
kalimat indah itu
kini termakan ombak
yang gemuruh
huruf-huruf itu tak
lagi tertata rapi:
berserakan, kacau
pun dengan cintamu
yang katanya terpendam lama
kini melebur terseret
ombak
hilang,
tenggelam,
tak terselamatkan
Temanggung,150322
Nahlia Hulwah.
Perempuan kelahiran Temanggung 4 mei 2006. Lima belas tahun tinggal di
Jambi, Sumatra dan
sekarang tinggal di Temanggung, Jawa Tengah. Seorang pelajar yang salah satu
hobinya adalah menulis. Bisa dihubungi melalui akun Instagram: @n_hlwah , email: nahliahlwh04@gmail.com.
0 Komentar
Kirimkan Artikel dan Berita seputar Sastra dan Seni Budaya ke WA 08888710313