Pada kata-kata yang tercipta
menguarlah deritanya
Ia menuliskan tak sekedar
hanya menuliskan saja
Dari dalam relung renungan,
terbentang kenyataan
Ia tak bisa menjadi raja,
meski hanya fantasi belaka
Impian-impiannya telah
terjepit berlipat kenyataan pahit
Tak seperti orang lain yang
begitu sangat gampangnya
Berlomba jadi raja, juga
idola-idola yang dilombakan
Pada kata-kata yang tercipta
menguarlah gelisahnya
Ia memaparkan tak sekedar
hanya memaparkan saja
Dari permukaan lamunan,
terpampang harapan
Ia tak bisa apa-apa, selain
hanya mendekap kesunyian
Pada kata-kata yang
tercipta, ya ia hanya bisa berkata-kata
Sementara kenyataan hidup
sudah jauh melebihi kata-kata
Gambaran dan tayangan sudah
begitu banyak bertebaran
Dari mata bathinnya,
terpancarlah kesadaran yang hampir karam
Ia tak berharap apa-apa,
selain diri selamat dari pesona fatamorgana
Pengadegan, Pancoran,
Jakarta Selatan, 2022
Akhmad Sekhu lahir
27 Mei 1971 di desa Jatibogor, Suradadi, Tegal, Jawa Tengah. Puisinya telah
tersebar di berbagai buku antologi bersama. Buku puisi tunggalnya;
Penyeberangan ke Masa Depan (1997), Cakrawala Menjelang (2000), Memo
Kemanusiaan (manuskrip). Novelnya: Jejak Gelisah (2005), Chemistry (2018),
Pocinta (2021). Kumpulan cerpennya “Semangat Orang-Orang Jempolan” (siap
terbit).
0 Komentar
Andai bisa klaim Honor untuk karya puisi dan cerpen yang tayang sejak 1 April 2024