“Penebusan"
Maaf
Aku belum bisa
menasehati diri sendiri
Dalam kesanggupan
Aku ingin kembali
-----------------------
Sisipan
"Aku titip"
Cinta seputik bunga
bangkai.
Terkembang dalam
bingkai.
Mengembang setitik
hidup.
Dijasadku yang
meredup.
Memuntir lautan teduh.
Terbang dengan sauh.
Mengitari warna-warna.
Mengelilingi semesta.
Tubuhku renta.
Dunia aku puja.
Aku hina dunia.
Sukmaku menua.
Cinta tiba ditanah.
Kasih menanda nisan.
Aku diam pasrah.
Sayang doaku pesan.
----------------------
"Sebelum sia-sia,
sebelum usia, sekali setelah itu tiada"
Sesekali tidurkan
benderamu, ia butuh istirahat dari perjalanan panjangnya di tanah. Biarkan ia
rebah, biarkan ia lepas semua lelah, sebab ingatannya sudah tidak mampu lagi
menampung tetesan darah yang tumpah.
Sesekali pejamkan
benderamu, ia butuh lelap dari berabad peradaban bangsa. Biarkan ia pulas,
biarkan ia merangkai mimpinya, karena hatinya sudah tidak sanggup lagi menimbun
kedaulatan setelah mati.
Sesekali kita mesti
berganti jaga, kamu ambil siang artinya aku pada malam, atau sebaliknya.
Menemani tidurnya mutlak bukan sebuah pilihan dalam permainan bela bangsa bela
negara. Ini sebenar-benarnya kesanggupan.
Sesekali kita jangan
lengah dari situasi-situasi siang dan malam. Musuh serupa kita, salah setitik
kita tidak akan mampu membangunkannya untuk sekedar ia melihat dan merasakan
mimpinya.
Sesekali waktu sambil
bergantian jaga, ajari anak-anak dan istri kita untuk tidak menangis di rumah.
Mereka penerus dan istri kita pelurus semua doa, surga di bawah telapak kakinya
yang diwarisi berabad-abad dari setiap perempuan turun temurun hingga ke ibu
kita.
Sesekali jangan
berpaling, kebenaran jangan lagi tidak sampai pada kenyataan. Siang sudah
begitu terik, malam telah teramat cekik. Tak perlu takut, tak perlu kecut pada
takdir manusia yang hanya mempunyai rencana dan tujuan, Tuhan yang menentukan
pencapaian. Yakin, Tuhan bersama hamba-hambaNya yang berjuang.
-------------------
Biodata:
Muna Yuki Sastradirja,
lahir di Jakarta, 27 April 1980 di kenal Yuki Sastradirja. Lulusan terakhir SMU
Arena Siswa II, Utan Kayu Jakarta Timur. Mulai menulis dan membacakan puisi
semenjak duduk di bangku sekolah menengah pertama. Selain membacakan puisinya,
sering juga berkolaborasi dengan beberapa seniman tanah air, salah satu
diantaranya; Agoes Jolly dalam Perfomance Art “Seni Rupa Pertunjukan, Joko
Wasis dalam “Live Hipper Exspresionisme”, dan lain-lain. Sekarang tinggal di
Jakarta dan beraktifitas di Planet Senen.
Tahun 2001, puisinya
yang bertema Tikam di gubah menjadi lyrick lagu group band Underground
Passenger asal Jakarta. Masuk kedalam album kompilasi “With Pain We Born”,
bekerjasama dengan peruhasaan rekaman indie lable Never End Record, Bekasi
Timur-Jawa Barat.
Tahun 2010, beberapa
tema puisinya masuk dalam bedah karya “Realita Puitik” di Pusat Kajian Puisi
Planet Senen Jakarta. Antologi bersama bertajuk “Indonesia berkaca”, dengan
Lintas Dunia Maya Penyair Nusantara 2010.
Tahun 2011, Antologi
bersama bertajuk “Negeri Cincin Api”, dengan beberapa Penyair Nusantara.
Penerbit PP LESBUMI.
Tahun 2012, Antologi
Mbeling bersama Suara-suara yang terpinggirkan, Antologi bersama Cerobong besi
0 Komentar
Andai bisa klaim Honor untuk karya puisi dan cerpen yang tayang sejak 1 April 2024