PUISI USANG
Karya Yin Ude
(1)
Di tebing sungai aku bocah-bocah telanjang
Ceburkan hati ke lubuk keriangan
Terpercik wajah dara belia
Memekik merajuk di balik batu dan keranjang cucian
Pada hulu kerinduan aku kepodang
Hinggapi hati para pencari rotan
Yang parangnya menebas seadanya
Dengan cinta
Dengan doa
Hutan rimbunlah
Menating hidup dan hari depan orang-orang desa
Ini hari rakitku arungi lumpur arungi sampah
Tersangkut bubu dan jaring tua yang ditinggalkan
Tiada ikan hanya tinja
Mengambang bau di pekat aliran sejarah
Sejarah kucatat pula tentang hulu-hulu yang terus dijarah
Kelepak cicit kepodang membentur langit terik
Jatuh diinjak tapak-tapak perambah
Terbawa laju kendaraan ke kota
Penuh kayu penuh rotan
Supirnya cucu pencari rotan
Aku masih hidup dan hanya merenangi puisi
Entah anakku
Tinggal tenggelam
Dalam tumpukan cerita yang akan asing sekali.
Sumbawa, 6 Februari 2021
(2)
Hijaunya sajakku
Menghampar gugusan bukit-ladang jagung
Kembang-kembang liar mekar di hati
Kelopaknya luruh jelma perahu
Bawa kau ke muara rindu
Kilaunya puisiku
Bergantungan bulir padi keemasan
Buah cinta hujan-matahari
Dan bumi subur sarat kasih
Yang selalu kau puji
Merdunya syairku
Merekam riuh lenguh padang gembala
Diiring suling bambu belasan bocah
Mainkan nyanyian damaimu
Ramahnya bait-baitku
Belajar dari sekutu gelatik dan kerbau
Untuk kenyang dan nyaman tanpa sengketa
Kau lihat, dengan orang-orangan sawah saja ia bercanda
Dan itu membuatmu tertawa
Semangatnya rangkai kata-kataku
Oleh derap langkah para petani
Menyusur pematang pagi
Berkubang asin peluh dijerang matahari
Terbayar manis di seduhan kopi sore hari
Sajakku, puisiku, syairku, rangkaian bait dan kata-katanya
Mungkin takkan lagi membawa rindu, tak lagi memuja-muji
Ia tak lagi menampung nyanyian damai dan derai tawa
Ia tak manis lagi
Sejak aku kehilangan bukit dan ladang jagung
Sejak padi tak ditanam lagi
Sejak padang-padang rumput bukan milik gembala lagi
Cicit gelatik
Derap langkah para petani
Tertindih deru kendaraan pengangkut pasir batu
Ke bukit-bukit
Ke ladang-ladang
Ke sawah-sawah
Ke padang-padang
Tempat melata akar industri, pabrik tumbuh menjulang tinggi
Debu-debunya
Kabut asap kelabunya
Segera menjelma sajak, puisi, bait-bait
Dan rangkaian kata-kata kotor.
Sumbawa, Maret 2021
Bionarasi penulis:
Yin Ude, asal Sumbawa Timur, NTB. Menulis sejak tahun 1997. Tulisannya termuat di media cetak dan media online dalam dan luar Sumbawa. Memenangkan beberapa lomba, antara lain Juara 2 Lomba Cipta Puisi Bulan Bahasa Himapbi Universitas Asy’ariah Mandar (2021) dan Anugerah Cerpen Terbaik Negeri Kertas (April 2022). Karya tunggalnya yang telah terbit adalah Buku Sepilihan Puisi dan Cerita “Sajak Merah Putih” dan Novel “Benteng”. Puisinya dapat dibaca pula dalam antologi bersama yakni Antologi Puisi “Seribu Tahun Lagi”, Antologi Puisi “Genta Fajar”, Antologi Puisi Plengkung: Yogyakarta dalam Sajak, Antologi “Hujan Baru Saja Reda”, Antologi “Jejak Puisi Digital”, Antologi Puisi “Para Penyintas Makna”, Antologi Puisi “Pertemuan di Simpang Zaman”, dan Antologi Puisi “Jejak Waktu”. Beberapa buku lainnya dalam proses terbit.
0 Komentar
Andai bisa klaim Honor untuk karya puisi dan cerpen yang tayang sejak 1 April 2024