Cerpen Apa Kabar Ayah?
| Erni Sulistiawati
Jumat, 27 Desember 2020 awan tersenyum melihat matahari kembali menampakkan dirinya. Daun-daun masih basah karena embunnya dan pengantar pos sudah berkeliling dengan sepeda antiknya untuk menyampaikan kabar. Dan tiba-tiba dia berhenti di depan rumahku
”surattt...suratt” teriaknya lantang
Aku bergegas mengambil surat itu dengan penuh tanda tanya,
”Dengan mba Listi?” tanyanya
Aku menjawab ”Iya betul pak saya Listi”
”Ini ada surat mba untuk mba, silahkan diterima dan tandan tangan di sini” katanya
”Apakah bapak tau siapa pengirimnya?” tanyaku penasaran
”waduhh.. saya kurang tau mba, tapi alamatnya berasal dari kalimantan” jelasnya padaku
Dalam hatiku tambah penasaran, karena aku tidak memiliki saudara ataupun teman di kalimantan,
”Baik pak terimakasih..” jawabku dengan kebingungan
”Sama-sama mba, saya lanjutkan perjalanan dulu, marii...” pamitnya
”Iya pak hati-hati di jalan” sahutku
Aku bergegas masuk kedalam rumah untuk membaca surat tersebut, cuaca yang awalnya indah tiba-tiba menjadi berkabut. Aku duduk di bangku taman belakang ditemani oleh bunga-bunga dan rumput yang bergoyang karena tiupan angin.
Betapa terkejutnya aku ketika aku membuka surat itu dan tertulis nama ”Bambang Siswanto”, itu adalah nama ayahku. Aku bergegas membaca surat itu dengan sangat serius sampai air mataku berjatuhan, seakan semua pertanyaanku terjawab oleh sepucuk surat itu.
Aku teringat sejak kecil aku selalu bertanya keberadaan dan kondisi ayahku pada ibuku, namun tak satupun jawab yang pasti. Sampai pada suatu hari aku bertanya pada ibuku
”Bu apakah ayahku sudah meninggal? Jika tidak kemana dia kenapa dia tidak pernah pulang?”
”Apa yang kamu katakan lis,, kamu memiliki ayah, berdoalah agar ayahmu segera pulang” jawabnya dengan berkaca-kaca
Pertanyaan dimana ayah selalu aku ingat sejak aku kecil, saat aku duduk di bangku sekolah, hingga saat ini aku telah mengajar disebuah sekolah dasar. Rasanya marah,kesal,sedih serasa tidak ada lagi kasih sayang dalam hatiku untuk ayahku. Namun rasa itu setika berubah ketika aku membaca surat ini.
”Surat dari siapa lis?” tanya ibuku dengan berjalan menghampiriku dengan segelas susu ditangannya.
”Ayahhh...” jawabku sedih
Seketika gelas yang berada ditangan ibuku terjatuh kelantai. Betapa terkejutnya ibuku mendengar hal itu.
”Apakah itu benar?” tanyanya gugup
”Iya ibu ini ayah, ayah yang selalu aku tanyakan keberadaannya, yang sangat aku rindukan kehadirannya” jawabku dengan air mata yang membasahi pipi
”Apa yang ayahmu tulis lis?” tanya ibuku
”Ayah menceritakan semuanya bu, ayah menulis bahwa dia tidak pernah berniat meninggalkan kita, ayah terkena transmigrasi dan dia dipindahkan ke Kalimantan. Dia tidak bisa mengabari kita karena aksesnya sangat susah dan hidupnya pun sangat memprihatinkan di sana. Ayah tidak memiliki siapa siapa, ayah mengatakan bahwa dia sangat ingin pulang dan dia sangat merindukan kita bu....” jelasku
”Ya Allah, atas kuasamu sekarang semuanya menjadi jelas, betapa besar kuasamu Ya Allah...” kata ibuku
”Alkhamdulillah lis, ini semua adalah jawaban atas doa-doa kita yang tulus dan semua ini adalah jawaban yang diberikan oleh Allah atas semua pertanyaanmu tentang ayahmu” lanjutnya
”Iya bu alkhamdulillahirabbil’alamin, Terimakasih banyak Ya Allah…” jawabku
”Hilangkan semua rasa benci dan marahmu itu pada ayahmu dan sayangi dia sebagaimana dia menyayangimu lis..” serunya
”Iya bu, sekarang hanya ada kasih sayang dalam hatiku untuk ayah, buu aku ingin menjemput ayah dan membawanya kumpul bersama kita lagi bu..” kataku
”Pergilah lis, jika kamu rasa itu yang terbaik maka lakukan itu, bawa ayahmu pulang dan berkumpul bersama kita lagi” jawab ibu
Aku bergegas menghitung uang dalam tabunganku untuk membeli tiket ke kalimantan. Dan akhirnya uangnya cukup untuk membeli tiket ke kalimantan. Namun sebelum aku berangkat ke Kalimantan aku meminta bantuan pada pemerintah yang mengurus transmigrasi untuk dapat mendapatkan alamat lengkap dari ayahnya, dan alkhamdulillah terdapat orang baik yang mau menemaniku mencari ayahku.
Akhirnya keesokan harinya aku ditemani oleh seorang petugas pemerintah berangkat ke Kalimantan. Akhirnya kamipun sampai, kami bergegas meneruskan perjalanan menuju lokasi ayahku, dan akhirnya hari sudah gelap dan kita baru sampai di lokasi ayahku tinggal. Hatiku sudah sangat berdebar, aku akan bertemu ayahku untuk pertama kalinya. Dan tiba-tiba keluarlah seorang laki-laki tua dengan badan yang sangat kurus, tinggi, dan berkumis dari sebuah gubug dan betapa terharunya saat aku tahu bahwa dia adalah ayahkuu, ayah yang sangat aku nantikan kehadirannya.
”Ayahhhh....” panggilku dengan tangis
Aku mencium tangannya kemudian bersimpu di depannya dengan meminta maaf karena selama ini aku marah dan bahkan membencinya,
”Bangunlah putrikuuu, itu bukan salahmu. Aku tahu hatimu baik dan kamu anak yang baik karena ibumu pasti sudah mendidikmu dengan sangat baik meskipun tanpaku. Aku yang minta maaf nak, karena aku tidak pernah ada dalam momen momen pertumbuhanmu, aku tidak mendampingimu dalam perjalananmu sampai sekarang kau sudah sangat cantik” ucapnya dengan haru
Kita berpelukan dengan sangat erat, seakan itu adalah pertemuan terakhir kita.
”Ayo kita pulah yah, ibu sudah menunggu kita. Kita akan hidup bersama-sama sebagai keluarga yang sempurna” ajakku padanya
“Baik nak, aku sudah mengharapkan hal ini sejak lama dan sekarang kau mewujudkannya” jawabnya
Akhirnya kamipun meninggalkan Kalimantan dan kembali ke Semarang (rumah kami).
”Assalamu’alaikum...” ucapku dan ayah
”Wa’alaikumsalam.. ayahh” jawab ibuku terkejut
Kamipun berpelukan. Aku sangat senang keluargaku terasa sudah sempurna dengan kembalinya ayah ke rumah. Dan semoga Allah selalu menjaga keluargaku selamanya, Aamiin...
***
Biografi: Penulis bernama Erni Sulistiawati. Lahir di Banyumas, 27 Desember 2002. Dia adalah Mahasiswi Universitas Islam Negeri Kiai Haji Saifuddin Zuhri Purwokerto. Dia sangat suka membaca buku dan menulis berbagai jenis sastra. Motto hidupnya yaitu “jangan pernah menyerah dan jangan pernah merasa paling lelah”. Peulis juga dapat dihubungi di 082138926204. Akun media lainnya yaitu @Erni12279.
0 Komentar
Andai bisa klaim Honor untuk karya puisi dan cerpen yang tayang sejak 1 April 2024