PANGGUNG GONG
: Wan Orlet
Kau kian beralih panggung; kolosal
Tak terhitung penjuru dan cahayanya
Terang benderang menyorot punggungmu
Yang sedari tadi menggenggam naskah
Kau tukar dengan waktu dan air mata
Kini gedungmu sangat agung
Tak lagi pengap dan gelap
Semua plot itu milikmu:
Kau adalah sutradara
Menjelma penata cahaya
Aktor sekalipun, tetap kau
Panggungmu kini punya segalanya
Taman bunga, gunung menjulang
Juga suara yang merdu di telinga
Simpan naskah itu lemari hatimu
Teguk sepuasnya air firdaus
2022
SEPERTI HARI YANG TELAH PERGI
Senja menyudahi tugasnya
Sementara kau mulai bergegas
Seperti pada hari yang telah pergi
Bajumu tetap Jawa religi
Saban persimpangan adalah
Pengabdianmu Pada Tuhan
Ditambah ibadah-ibadah lainnya
Kau lempar senyum pada pendeta
Pun pada saku yang kosong
Pada kemeja lusuh
Pada ban becak kempes
Keikhlasanmu dirasakan apa saja
2022
BAIT-BAIT ARTI
Kita memburu arti
Kerutan wajah dan kurus tubuh
Senyumannya membangunkan mentari
Dari pagi yang murung dan sepi
Kita menjadi seutuhnya manusia
Saat mendengar lontaran kata tingkat dewa
Dari mulut hitam dan kering
Mulut yang sekali dalam sehari memakan nasi
Kita lebur menjadi lelehan nafsu
Dingin sejenak dari panasnya jiwa
Melihat kekhusyuan sujudnya tubuh itu
Memanunggalkan diri dengan yang akbar
Kita memburu arti
Hari-harinya dianggap tak berarti
Oleh sesungguhnya orang tak punya arti
2022
BIODATA PENULIS
Cevi Whiesa Manunggaling Hurip lahir dan tinggal di Kota Tasikmalaya. Menulis puisi dan cerpen dalam bahasa Indonesia dan Sunda. Puisinya banyak dimuat di berbagai media online. Buku antologi puisinya berjudul ”Setia Ialah Farhatun” dan antologi bersamanya ”Dari Kisah Odysseus Tidak Ada Perahu Nuh”. Ia juga seorang dalang wayang golek dan aktif dalam bidang kebudayaan. Kesehariannya aktif mengajar kesenian di beberapa sekolah dan sanggar seni dan bekerja di radio LPPL, Dishubkominfo, Kabupaten Tasikmalaya.
0 Komentar
Andai bisa klaim Honor untuk karya puisi dan cerpen yang tayang sejak 1 April 2024