NEGERIKERTAS.COM – MADIUN – Ada banyak cara menikmati puisi, salah satunya dalam bentuk sastra pertunjukan. Setali tiga uang dengan penutupan pameran lukisan, para pegiat sastra dan seni rupa di Madiun menggelar malam Seabad Chairil Anwar yang bertepatan dengan bulan Juli 100 tahun yang lalu. Namun perayaan seperti ini masih terbilang langka, para generasi muda masih banyak yang tidak mengenal siapa Chairil Anwar.
Di negeri ini sastra masih belum mendapatkan perhatian luas dari masyarakat jika dibandingkan dengan jenis seni lainnya. Tidak banyak komunitas yang menaruh simpati terhadap karya sastra dan sastrawannya.
Wakil Walikota Madiun, Inda Raya Ayu Miko Saputri didampingi Ketua Panitia, GM Hotel Aston dan Rektor Unipma, menerima lukisan Chairil Anwar karya pelukis Madiun.
Bertempat di Hotel Aston Madiun beberapa komunitas di kota itu menyelenggarakan Peringatan Seabad Chairil Anwar. Acara yang berlangsung Kamis malam, 28 Juli 2022 itu, selain digelar pembacaan puisi oleh para seniman Madiun, juga dilakukan diskusi tentang Chairil dan karyanya. Tampak pula yang membaca puisi tidak hanya seniman Madiun, tetapi ada beberapa seniman yang datang dari luar Madiun. Ada yang dari Magetan, Ponorogo, Malang, bahkan dari Kalimantan dan NTT.
Hadir pula Wakil Walikota Madiun, Inda Raya Ayu Miko Saputri. Mbak Inda, panggilan akrab Wawali ini juga turut membaca puisi karya Chairil Anwar. Dalam sambutannya Wawali mengatakan bahwa jika tahun ini kita mengadakan peringatan 100 tahun kelahiran Chairil Anwar, maka di tahun-tahun mendatang diharapkan di kota ini masih akan muncul peringatan ke 101, 102, dan seterusnya.
Sementara itu Rektor Universitas PGRI Madiun, Dr. H. Supri Wahyudi Utomo, M.Pd. dalam sambutannya menyatakan bahwa pihaknya akan selalu mendukung penuh kegiatan-kegiatan semacam ini. Unipma memiliki perhatian yang serius terhadap pengembangan kebudayaan, terbukti antara lain di kampus ini ada Pusat Studi Mataraman. Adanya pusat studi ini merupakan wujud kepedulian kampus terhadap pengembangan seni budaya di negeri ini, khususnya budaya Mataraman.
Kenyataannya memang Madiun kaya akan seniman, yang tak hanya berkaliber nasional, tapi juga internasional. Sastrawan Jawa ternama di negeri ini juga berasal dari Madiun, yakni Aries Purwanto, Aris Wuryantoro, Doktor Wadji, Dwi Rohman Soleh, Sigit Ricahyono, Agnes Adhani, Dwi Handayani, Dwi Kartika Rahayu, Dadang W.Saputra, Files Ki, Nina Wahyu, Putri Hartini, Sarno Arbara, Shanti Rohmatin, pemandu acara Titus Tri Wibowo, dan Tulus Setiyadi. Tulus malam itu hadir, tidak hanya membaca puisi tapi juga melantunkan geguritan.
Sejumlah akademisi hadir memeriahkan acara ini, tidak hanya dari Universitas PGRI Madiun sebagai pendukung utama acara ini, tetapi ada pula dari Universitas Katolik Widya Mandala Madiun, IAI Al Khoziny Sidoarjo, dan Universitas PGRI Kanjuruhan Malang.
Perhelatan ini sekaligus menandai penutupan pameran seni rupa yang berlangsung beberapa hari di Hotel Aston. Pameran ini menampilkan karya-karya perupa Madiun dan sekitarnya.
Titus sebagai pemandu acara pun mengucapkan terima kasih kepada Trio Dadakan “Mbak Hartini, Mas Dadang & Mas Fileski, terimakasih atas kolaborasi anda bertiga, tanpa anda bertiga acara jadi terasa kurang semarak”. Trio Dadakan adalah sebutan untuk grup ensemble dadakan yang beranggotakan tiga orang yakni Putri Hartini pada biola, Dadang W. Saputra pada piano, dan Fileski pada saxophone. Mengisi acara malam Chairil dengan alunan melodi dan harmoni yang membawa suasana sesuai interpretasi puisi yang dibacakan para penyair secara bergantian di atas pentas. Fileski pun membacakan salah satu karya Chairil Anwar yang berjudul “Karawang Bekasi” dengan penampilan yang sangat memukau.
Dalam sesi diskusi tentang Chairil Anwar, Ketua Umum Perkumpulan Ilmuwan Sosial Humaniora Indonesia PISHI, Dr. Wadji, M.Pd. berharap bahwa Chairil Anwar bisa menjadi ikon budaya Indonesia. Cita-cita Chairil untuk hidup 1000 tahun lagi insya Allah akan terwujud. Hari ini Chairil telah genap 100 tahun, karya-karyanya tetap hidup dan menginspirasi banyak orang. Chairil, kata Wadji, masih tetap menjadi penyair terbesar Indonesia. Selayaknya bangsa Indonesia menaruh penghargaan yang tinggi terhadap beliau, seperti bagaimana orang Jerman menghargai Johann Wolfgang von Goethe, dan orang Belanda memuliakan Desiderius Erasmus Roterodamus.(wan)
0 Komentar
Kirimkan Artikel dan Berita seputar Sastra dan Seni Budaya ke WA 08888710313