PENERIMA ANUGERAH SASTRA KAMARDHIKAN DARI NEGERI KERTAS
JATUH HATI
Oleh : Dyah Kurniawati
Pict : https://images.app.goo.gl/BZFp6s48vhbHfnMx8
Dua minggu ini setiap tengah malam terdengar alunan biola dari rumah sebelah. Menjelang dini hari kala mulai lelap, tersihir gesekannya bersenandung “Jatuh Hati” dari album Fileski. Entah begitu merdu alunan biola atau karena lagunya terfavorit , aku pun ikut berdendang. Sejenak terhanyut merelaksasi jiwa.
Asli senang dapat hiburan kala kerjaan menggunung. Masalahnya bukan suara biola, namun karena rumah sebelah sudah setengah tahun ini dibiarkan kosong. Dari cerita pak RT pemiliknya bernama pak Rudi. Meninggal bersama istrinya karena kecelakaan. Dan aku baru pindah ke sini setelah rumah itu kosong.
Mengingat itu bulu-bulu halus berdiri di tengkukku . Angin dingin menerobos celah jendela. Malam makin mencekam. Seperti biasa aku terjaga sampai suara biola itu terhenti ketika azan subuh berkumandang.
Minggu pagi cuaca cerah. Kala mentari sedikit mengintip semesta, kusempatkan berlari kecil melemaskan otot di bawah jendela kamar. Baru pemanasan, terkesiap tatkala terlihat sesosok duduk di bawah pohon sawo rumah sebelah. Berkerudung abu-abu membelakangiku.
Semakin terhenyak nampak biola di sebelah kirinya. Sementara dia serius menarikan jemari lentiknya di atas keyboard laptop. Kukumpulkan segala kejadian beberapa hari kemarin. Jadi suara biola itu nyata bukan suara makluk dunia lain.
Sejenak terdiam dalam keterpanaan. Melihat punggungnya saja sudah jatuh hati. Aneh ya aku ini. Ada rasa yang membuncah dalam dada. Serasa menemukan pencarian yang selama ini dinanti. Bagai kembali bersua cinta pertama yang tertelan dalamnya samudra kerinduan. Detik berganti menit, menit melaju ke jam. Matahari mulai merangkak naik, hangat menjalar. Dan perempuan itu tetap di posisi semula. Sampai aku masuk kembali ke rumah tanpa berani bersapa.
*****
Sepulang kerja melirik bangku di bawah pohon sawo. Berharap menemukan sosoknya. Lengang berasa ada yang hilang. Selesai bebersih diri sengaja menyantaikan raga di teras depan rumah. Kuambil novel yang baru aku beli online karya penulis idola, Sekar Kinasih. Kuhirup kepulan asap kopi di cangkir dan meneguknya pelan. Sesekali melirik pohon sawo rumah sebelah. Namun tetap tak nampak perempuan biola seperti kemarin.
Kubuka biodata penulis sebelum aku memulai membaca. Tertulis Sekar Kinasih adalah istri dari Prabaswara seorang pelukis kondang negri ini . Kebetulan judulnya sesuai dengan rasa saat ini, Jatuh Hati. Kulahap lembar demi lembar teriring album Fileski dari headset di telinga kanan kiri.
Terhanyut dalam cerita, tanpa sadar di bawah pohon sawo telah duduk sosok idaman memainkan biola.Kali ini berkerudung ungu. Kucopot headset yang menyumpal telinga. Berdegup jantung, dia menghadap ke arahku. Sayang masker menutupi wajah ayunya. Mata indah terlindung kacamata oval, menambah rasa di dada tak terkendali.
Terpana, terpaku, terdiam, melesat ke awan biru. Melalang buana mengarungi samudra rasa. Bergetar tubuh ini, dia menghentikan gesekan biola dan mengangguk ke arahku. Oh....
Niat hati melangkah menujunya. Kaku kaki ini, berat bagaikan terpatri lantai. Aku tetap berdiri mematung. Tak sanggup bergerak. Diam di tempat. Perempuan biola menatap padaku. Tangannya mangatup di dada dan mengangguk sebelum berjalan masuk rumah. Ah....betapa bodohnya. Sedahsyat ini kah jatuh hati. Sampai melumpuhkan segala yang ada di diri.
Sejak melihat pemandangan indah di bawah pohon sawo hidupku menjadi hidup. Datang secercah harap. Gesekan biola kembali mengalun setiap malam seperti sebelumnya. Dan ini entah malam ke berapa. Aku selalu merindunya.
*****
Malam semakin larut. Kulihat jam di tembok menunjuk angka satu. Gelisah, gundah, gulana, resah menggelayuti kalbu. Kuambil air wudu dan menggelar sajadah. Memohon yang terbaik kepada-Nya. Dada terasa lebih tenang. Kumantapkan hati besok pagi bertandang ke rumah sebelah dengan niat suci. Kalau memang ini yang terbaik, yakin akan ada petunjuk dari pencipta segala-Nya.
Berakhir zikir ketika gesekan biola mulai terdengar merdu. Tetap lagu yang sama dan selalu sama setiap malam. Mengantarku terlelap menjemput mimpi indah.
rindu bukan perkara jarak
bukan soal bertemu atau tidak
kamu adalah cahaya
nampak tapi berjuta jarak
*****
Pagi menjelang, kubuka jendela menyedot udara segar masuk. Bersamaan dengan terbukanya daun jendela, brio merah keluar dari gerbang rumah sebelah. Membawa perempuan biola tertelan kabut pagi. Pertanda gagal bertandang pagi ini. Terduduk di ranjang dan kurebahkan kembali tubuhku.
aku tak sanggup untuk katakan sayang
meski dalam hati kuingin kau tau
mungkinkah aku sanggup menghadapimu
untuk mengaku aku jatuh hati
Hari liburku tak produktif. Seharian bolak-balik tengok ke rumah sebelah. Menunggu kembalinya brio merah. Berniat menuntaskan kegundahan yang menghantui setiap malam. Gundah bermula suara biola dari rumah sebelah yang menina bobokkan tidur malamku.
Entah berapa lama aku tertidur di kursi teras. Terbangun kala terdengar salam. Kubelalakkan mata dan kuucek kasar.
“Assalamualaikum....maaf mengganggu waktunya, Mas.”
Aku masih terdiam, antara percaya dan tidak. Kucubit lengan.
“Auw...,” sakit.
“Assalamualaikum....,” dia mengulangi salamnya dan mengangguk lembut.
“Wa...waalaikumsalam...eh...em..anu....,” mendadak gagap lidah kelu.
“Boleh saya duduk?” ujarnya seraya menuju kursi depanku.
“Oh..iya silahkan...”
“Perkenalkan, saya putri almarhum Pak Rudi rumah sebelah. ”
“Oh...iya.?” jawabku masih belum bisa menguasai keadaan.
“Niat saya ke sini mau silaturahmi. Dan mohon maaf bila malam-malam Mas terusik suara biola..heheee...”
“Enggak kok, justru saya menikmatinya.” Aku sudah beradaptasi dan lancar menjawab.
“Oh begitu,syukurlah kalau suka. Ehm..., saya mau pamitan dan nitip kunci rumah. Karena pak RT lagi keluar kota maka saya diarahkan nitip kunci ke sini. Nanti beliau yang mengambilnya .”
Perempuan itu meletakkan seombyok kunci di meja depan kami berdua. Kucoba tersenyum menyembunyikan desiran dada.
“ Jadi gini, selama sebulan saya sengaja menepi di sini untuk menyelesaikan deadline novel. Sekali lagi maaf bila berisik tiap malam. Karena inspirasi menulis seringnya muncul setelah bermain biola. He..heeee”
“Wow..jadi Mbak penulis?”
Dia mengangguk dan tersenyum di balik masker. Mata dibalik kaca ovalnya begitu menggoda.
Setelah basa-basi lalu berpamitan. Langkahnya terhenti melirik novel di genggamanku.
“Eh..Mas suka baca novel ya? Jarang hlo cowok yang suka baca fiksi.”
Aku pun tertawa malu.
“Hehe...ini penulis idola saya.” jawabku seraya menunjukkan novel kepadanya.
Sejenak setelah menatap novel yang kupegang, tangannya membuka tas dan mengeluarkan dua buah buku.
“Ini untuk Mas, karya terbaru saya masih hangat dari percetakan tadi pagi.”
“Oh... terima kasih..”
Kuterima sambil bergetar. Kubaca judulnya sekilas “Malam Cahaya” dan “Kristal Suci”. Belum hilang kagetku ketika mengeja penulisnya,
“Se-kar Ki-na-sih.”
Dia kembali mengangguk dan menjauh dari rumahku. Tangannya melambai dan aku tetap kaku membisu. Terngiang kembali gesekan lembut biola tengah malam.
JATUH HATI
rindu bukan perkara jarak
bukan soal bertemu atau tidak
kamu adalah cahaya
nampak tapi berjuta jarak
dalam gelap aku diam
mengintip kau yang bersinar disana
aku selalu rindu kamu
meski kau tak pernah menganggapku
aku tak sanggup untuk katakan sayang
meski dalam hati ku ingin kau tau
mungkinkah aku sanggup menghadapimu
untuk mengaku aku jatuh hati
*****
Madiun, 12 Agustus 2022
# teks Jatuh Hati adalah lirik dan lagu karya Fileski.
Dyah Kurniawati lahir dan bermukim di Madiun. Menggilai fiksi sejak berseragam putih merah. Lulusan Pend. Bahasa dan Sastra Jawa ini mencoba selingkuh ke sastra Indonesia, tapi tak kuasa lepas dari hangat pelukan sastra Jawa. Menulis geguritan, cerkak, esai, cerita lucu juga menulis puisi dan cerpen. Bisa disapa di https://www.facebook.com/dyah.kurniawati.948.
0 Komentar
Kirimkan Artikel dan Berita seputar Sastra dan Seni Budaya ke WA 08888710313