Puisi-puisi| Eliaser Loinenak |
SUARA
Dari balik malam, dari ruang yang jauh
Kudengar senandung duka
Kidung lara merpati luka
Disayat belati asmara :
“Aku adalah suara masa lalu.
Dari jauh aku memanggil,
Datanglah!
Agar tak lagi darah dan air mata
Mengapa engkau pergi sebelum pagi
Setelah darah dan air mata?
Kemarilah, lama kunanti
Kau tinggalkan aku.
Lihat, luka terlalu parah.”
Suara itu terus mengusik
Di batas malam gelisah
Di bawah selimut kotor
Kutemui diri begitu sombong
Dan suara itu menjadi hantu
Di setiap tapak jejak.
(Begitu dekat jarak antara setia dan lupa)
2005-2022
POTRET MASA DEPAN
Hitam putih
Warna tidur
Masa depan
Mewangi mimpi
Hanya impian
Menenun asa
Merajut benang kusut masai
Di simpang siur
Menelan kepahitan
Di belakang ada perempuan menangis
Menyesal
Menjaga yang takkan dimilikinya
Tak apa tak jadi
Aku Cuma lelaki lembut
Tak ingin tinggalkan hitam di atas putih
2005-2022
MISTERI
Siapa menunggang kuda berdiri di balik malam?
Hadirmu bagai tombak yang merobek-robek dadaku
Mengapa mawar jingga pula yang kau sematkan di dada?
Dan bukan mawar merah muda yang kau lesatkan di hulu jantungku
Agar kita segera menjelma sepasang kekasih
Segera saja menunggang kuda dan berlari ke bukit cinta
2019-2022
FATAMORGANA
Aku terpesona aura cinta terlarang
Gelora asmara yang terpendam
Untaian kata yang kelu
Senandung rindu tanpa nada
Tenggelam dalam genangan kagum
Impian sekedar fatamorgana
Ah, andainya kau pandai membaca isyarat
2019-2022
JUJURLAH
Mengapa kau pasung perasaan cinta itu di hati?
Pun bibirmu setia menjaga rahasia terdalam.
Sedang cermin di wajahmu telah banyak bercerita padaku.
Adakah kau terlalu berhati-hati memilih hati karena banyak hati yang menyakiti hatimu?
2019-2022
WAJAH KITA
Wajah kita adalah wajah yang merona merah melihat yang merah-merah
Wajah kita adalah wajah yang berbinar sumringah melihat yang biru-biru
Wajah kita adalah wajah yang bermuram durja seperti awan gelap selimuti bumantara
bila tak melihat yang merah-merah dan yang biru-biru
Maka mari menanam yang merah-merah dan yang biru-biru di beranda
Agar bila ingin melihat yang merah-merah dan yang biru-biru tinggal memandang
bahkan memetik
Bisa?
2022
KERINDUAN
Ketika duka nestapa menimpamu
Sangat berat untuk kehilangan seseorang yang kita cintai
Seperti sekuntum bunga terbaik yang dipetik oleh Tuhan
Ia tak akan pernah memudar
Kelak kita akan kembali berkumpul
Di Taman Bunga Tuhan,
Firdaus.
2022
Eliaser Loinenak lahir di Puamese, Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur, 2 Mei 1980. Menulis cerpen dan puisi. Cerpennya yang berjudul Teku dan Perjalanan sempat dimuat di Pos Kupang edisi Minggu (2002-2003), cerpen Sekuntum Mawar Merah Jambu untuk Gadis Bergaun Hitam dan Dairy Hitam dimuat di Majalah Cakrawala Pendidikan NTT. Puisi-puisinya termuat di umakaladanews.com, balipolitika.com, Majalah Elipsis ,Media Sastra dan Budaya negerikertas.com, dan faktahukumntt.com. Saat ini mengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri Satu Atap Sunu, Amanatun Selatan, Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur.
0 Komentar
Kirimkan Artikel dan Berita seputar Sastra dan Seni Budaya ke WA 08888710313