MATAMU | Puisi Arnita
Lewat matamu
Aku menemukan keindahan yang tidak dimiliki siapapun
Keteduhannya begitu meluluhkan
Kau menggenggam tanganku dengan erat
Sementara langkah kita begitu perih
Berkali-kali aku terjatuh dan nyaris menyerah
Namun matamu adalah warna pelangi
Yang membebaskanku dari belenggu sepi
“Kita adalah pengembara yang berjalan tanpa tujuan, hanya mengikuti arah mata angin”
Katamu disela isak tangis
Aku hanya tertegun menahan sesak di dada
Di ruang biru kau kerap melemparkanku pada kegelisahan
lantas kau mengecup senja dan membiarkannya berlalu
“Tenanglah, Sayang, masih ada degup jantung yang masih berdetak dan cintaku tidak akan mati”
Dan kau tahu bahwa mata itu adalah mata yang memberiku sinar.
Bandung, 24 Oktober 2022.
KAU, AKU MENJADI KITA
Aku kesepian di ruang tanpa dinding dan plafon
Tak kuhiraukan hujaman yang terus mendera
Aku hanya meyakini bahwa taman akan tetap terjaga
Tempat di mana pertemuan mengekalkan ingatan
Jika malam meninggalkan kelam
Atau pagi yang menyisakan hawa dingin
Itu hanya tentang lajunya waktu
Aku biarkan musim berganti warna
Sampai aku, kau menjadi kita
Dengarlah sayang, malam akan semakin hampa
Karena hujan terus mengguyur dan menciptakan ruang semakin mencekam
Lalu kita hanya meyakini pada debar masing- masing
Menciptakan dimensi yang tersulut oleh amarah, rasa dan cemas
Selucu ini semesta mempermainkan kita
Jangan pergi karena luka
Sebelum menjadi kita dalam doa yang sakral
Bandung, 24 Oktober 2022.
KERINDUAN
Hei…aku rindu!
Suara lembut di ujung sana
Memecahkan kesunyian
Melahirkan kesakitan yang hebat
Sedang mata itu tak pernah mampu mengakhiri kerinduan
Pada layar pertama saling mendekap bayang-bayang
Dan terseret pada pikiran ganjil
Benamkan sampai ke dasar hati
Sebelum mata itu tertutup
Bandung, 24 Oktober 2022.
Arnita lahir di Bandung penulis novelet dan tulisan artikel telah dimuat di media cetak dan elektronik.
0 Komentar
Kirimkan Artikel dan Berita seputar Sastra dan Seni Budaya ke WA 08888710313