Dahulu kala, Bumi masih berupa bola batu yang tak berpenghuni, tidak ada air, tanaman, bahkan angin tidak berhembus kala itu. hanya hamparan pasir luas yang membosankan. Diatas hamparan dunia yang tidak memiliki peradaban. turunlah delapan dewa dari atas langit, bertugas untuk menjadikan bumi tempat yang layak untuk memulai kehidupan. Setiap dewa tersebut mewakili satu elemen pembangun bumi, diantaranya; dewa angin, dewa tanah, dewa air, dewa tumbuhan, dewa es, dewa petir, dewa api, dan dewa garam.
Dewa air adalah yang terkuat diantara mereka, Sedangkan, Dewa garam adalah yang terlemah. walaupun begitu, dewa air selalu bersikap rendah hati, dia selalu membantu dewa garam sebagai dewa yang terlemah, dengan tidak membiarkannya direndahkan oleh enam dewa yang lain. Justru yang memiliki sifat paling sombong adalah dewa tanah, dia selalu beranggapan bahwa tanah adalah penopang kehidupan yang sebenarnya. dialah yang selalu merendahkan dewa garam sebagai dewa terlemah, dia mengganggap dewa garam tidak memiliki andil dalam membuat kehidupan. Namun, walau mereka memiliki perbedaan seperti itu, mereka tidak pernah bertengkar sampai hari ini tiba.
"Hei, hei, garam." panggil dewa tanah dengan nada sombongnya.
"Apa yang mau kau lakukan disini? di planet sebelumnya kau tidak melakukan apapun kecuali menjadi bumbu masakan! ahahaha!"
Dewa garam diam saja. mendengar ejekan dewa tanah sudah menjadi musik basi di telinganya. "Cukup tanah, kita kesini untuk menyelesaikan tugas kita, bukan untuk mendengar ocehanmu." Dewa air menyela. "kau bahkan tidak berkontribusi besar di planet sebelumnya, wilayah airku masih lebih luas dari daratanmu."
Wajah dewa tanah menjadi merah karena marah, sebelum dia mendekat untuk memukul dewa air, dewa petir menghentikannya."Kau selalu seperti ini tanah, " katanya, "kau memang kuat, tapi kau tidak ada apa-apanya di bandingkan air."
"oh ya?!" dewa tanah berteriak. "aku sudah muak! benda kecil tidak berguna bernama garam itu bahkan tidak layak menyebut dirinya dewa! dan air selalu membelanya seperti anak kecil!"
Sekejap mata, dewa tanah memukul dewa petir kuat sekali hingga dewa petir terpental ke langit. dewa angin yang mencoba menghentikan amukan dewa tanah juga terpukul ke langit. "Sudah cukup!" dewa api menembakkan api yang sangat panas kearah dewa tanah. sebagian tubuh dewa tanah meleleh dan jatuh ke bumi. berusaha melawan, dewa tanah berhasil menjebak dewa api jatuh ke dalam jurang tak berhujung yang dia buat.
"HAHA, SIAPA SELANJUTNYA?" merasa diatas segalanya, dewa tanah menantang dewa lain yang tersisa. dewa tumbuhan yang penakut bersembunyi dibelakang dewa air bersama dewa garam. "Tidak apa-apa, garam, tumbuhan, aku akan menjaga kalian." ujar dewa air mencoba menenangkan kedua dewa yang ketakutan dengan amarah dewa tanah.
Tiba-tiba sekali, dari belakang dewa air, dewa tumbuhan memasukan tangannya ke tubuh dewa air dan menyerap sebagian tubuhnya, membuat dewa tumbuhan menjadi kuat dan subur. ternyata selama ini dia tidak ketakutan, dia hanya menunggu kesempatan untuk menyerap dewa air. Perlahan, dewa tumbuhan yang bertambah kuat menatap keji ke arah dewa air yang sudah melemah dan berjalan ke sisi dewa tanah. "Tumbuhan memang memerlukan air untuk hidup." kata dewa tumbuhan, "tapi aku tidak suka dengan sikapmu yang selalu membela benda lemah itu. air, jadi tidak masalah kan jika aku mengambil sebagian air mu?, dengan begitu kami tidak memerlukanmu lagi. pergilah bersama dewa lain."
"HAHA keputusan yang bagus tumbuhan!" dewa tanah kelihatan senang sekali. "dengan begini kita tidak memerlukan mereka semua untuk membuat kehidupan!, kita berdua saja sudah cukup!"
Dewa garam marah sekali, tidak hanya karena dewa tanah menyakiti dewa lain, namun pengkhianatan tumbuhan membuatnya sangat mengutuk dewa itu, padahal dewa air sudah membantunya selama ini. Bertempurlah dewa garam melawan dewa tanah dan dewa tumbuhan dengan amarah. tidak bertahan lama, walau akhir pertempuran itu sudah jelas hasilnya. Dewa garam, sebagai dewa terlemah, tidak memiliki kesempatan melawan dua dewa sekaligus. diapun mati di tangan dewa tanah. mayatnya dia lempar dihadapan dewa air yang tidak bisa melakukan apa-apa.
Melihat tubuh dewa garam tidak bernyawa di hadapannya, perasaan dewa air bercampur aduk antara sedih, marah, benci dan murka. dia mengutuk dua dewa yang tertawa di hadapannya.
"Kalian...." suara dewa air bergetar karena amarahnya "KALIAN SUDAH KELEWATAN!"
Perlahan, dewa air menyerap tubuh dewa garam yang ada didepannya. percampuran antara air murni dan garam membuatnya mendapat kekuatan baru, air yang asin, berjumlah sangat banyak. kekuatan samudra.
"KALIAN BERDUA!" dewa air yang kekuatannya bangkit menatap tajam kearah dewa tanah dan tumbuhan. "HADAPI AKU!" Terjadilah pertempuran maha dasyat yang mengguncang bumi, daratan, dengan segala tumbuhannya, dan lautan dengan air asinnya. hingga hari ini mereka masih bertempur memperebutkan kekuasaan di bumi. keunggulan dipegang dewa air yang tiap tahunnya selalu berhasil mengurangi luas daratan di bumi.
Tidak hanya itu, dewa angin dan petir yang terjebak di langit juga ikut menyerang daratan. angin membuat batu-batu di daratan terkikis, sedangkan petir menyambar pohon-pohon dihutan dan menyebabkan kebakaran.
Dewa api yang terjebak di dalam tanah tidak bisa melihat apa yang terjadi diatas dan hanya mengamuk dibawah sana, tidak jarang apinya mampu mencapai daratan dan laut dalam bentuk letusan gunung berapi.
Lalu apa yang terjadi dengan dewa es?
Dewa es adalah dewa yang paling dingin sifatnya, setelah melihat para dewa lain mulai bertengkar, dia tidak mencoba memisahkan mereka dan hanya berjalan menjauh tanpa melihat kembali ke belakang. Dia berjalan sangat jauh hingga berhenti di kedua ujung bumi, membuat kutub utara dan selatan.
Nama: Idharul Huda
Alamat: Cilongok, Banyumas, Jawa Tengah
Email : idharulhuda14@gmail.com
No. WA : 082145086957
0 Komentar
Kirimkan Artikel / Cerpen / Puisi / Esai ke WA 08888710313 dan tawarkan harga tulisan anda untuk bisa tayang di negerikertas.com