Rumania bersiap-siap, menggunakan dress hijau lalu memadukan dengan jilbab bergambarkan bunga tulip, ia memutar-mutar tubuhnya di depan kaca, memastikan apakah penampilannya sudah pas. lalu menambahkan sedikit lipstik berwarna pink ke bibir. Rumania tersenyum, merasa yakin akan penampilannya. Ditariknya tas selempang yang tergantung di dinding kamar, lalu bergegas pergi.
Hari ini Rumania akan bertemu beberapa sahabat kecilnya saat tinggal di Kota Kepahiang. Kota sejuk diantara bukit barisan. Kota dimana Masa kecilnya dihabiskan, kenangan-kenangan indah tersimpan di ingatan Rumania. Sepulang sekolah Rumania dan teman-temannya pergi ke bukit di dekat kebun Wak Rahmat, mencari kayu untuk dibuat gasing. Walaupun, gasing kayu adalah permainan laki-laki, tapi Rumania dan beberapa teman perempuan ingin mencoba membuatnya. Sering pula Rumania dan teman-temannya pergi ke sungai sempiang untuk mandi atau hanya sekedar bermain. Sungai jernih dengan bebatuan itu menjadi tempat favorit warga Pasar Ujung. Sehabis mandi, Rumanaia dan teman-temannya akan memperlambat langkah sambil menunggu pakaian di badan mereka kering oleh terik matahari, karena apabila ketahuan mereka akan dimarahi. Pernah suatu ketika Ayah tahu bahwa Rumania mandi di sungai, Wak Rondri yang melapor. Kebetulan siang itu Wak Rondri mencuci mobil, tak sengaja melihat Rumania beserta teman-temannya sedang mandi.
“Kamu mandi di sungai sempiang ya?” tanya Ayah penuh selidik.
Rumania hanya tertunduk diam, karena tahu ia salah.
“ Sungai itu deras, kamu tidak bisa berenang, Ayah tau dari Wak Rondri ketika ia akan mencuci mobil di sempiang, ia melihat kamu dan temanmu mandi di sana. Kamu tau, beberapa minggu yang lalu ada orang Permu yang hanyut, jasadnya tidak ditemukan.”
Rumania hanya terdiam, sembari mengangguk pelan mengiyakan perkataan ayahnya. Ini sudah kesekian kalinya Rumania mandi di sempiang, memang beberapa minggu lalu pernah geger, ada orang hanyut di sungai itu. Tetapi berita itu tidak membuat Rumania serta teman-temannya kecut dan takut. Rumania tidak menghiraukan perkataan Ayahnya, keesokan hari Rumania dan teman-temannya bermain dan mandi lagi di sempiang. Kala itu hari sedikit mendung, memasuki musim penghujan di bulan September, arus sungai memang lebih deras. Ketika sedang asik mandi, tiba-tiba Zainab berteriak.
“Budiii.” Pekik Zainab sambil melihat ke arah hilir sungai.
“ Ada apa?” Tanya Reza, seketika teman-teman yang lain menoleh ke arah Zainab.
“ Mana Budi?” tanya Rani.
Sambil menangis Zainab menceritakan apa yang terjadi. “ Tadi Budi tiba-tiba menarik tangan ku, tapi seketika terlepas, aku tidak melihatnya lagi. Aku ingin menolongnya tapi..hik...hik.” Tangisan Zainab makin menjadi. Budi tenggelam, mayatnya ditemukan tiga hari kemudian. Sejak itulah Rumania dan teman-temannya tidak pernah lagi mandi di sungai sempiang.
Rumania masuk ke sebuah kedai kopi di kawasan pantai Tapak Paderi. Kedai ini selalu ramai dipenuhi pengunjung. tempat nongkrong yang asik bagi anak-anak muda zaman sekarang. Di kedai ini tidak hanya menjual beraneka jenis kopi tetapi juga menyediakan menu untuk makan berat seperti nasi goreng, bakso, steak, serta berbagai jenis jus dan minuman.
Seorang laki-laki memakai masker menghampiri Rumania. Laki-laki dengan alis tebal dan tinggi itu sekilas menatap ke wajah Rumania.
“pesan apa Mbak?”
“Sebentar Mas, masih menunggu teman.” Ucap Rumania sambil tersenyum.
Rumania menatap lama punggung lelaki itu ketika ia beranjak ke dapur untuk memberikan nota pesanan.Tak lama Rani dan Zainab tiba di kedai kopi. Sudah tiga belas tahun mereka tak berjumpa. Rani telah bekerja di sebuah bank swasta di Kota Jakarta, setelah menamatkan S1 Jurusan Manajemen, sedangkan Zainab menjadi seorang dokter. Waktu kecil jiwa dokter memang sudah dimiliki Zainab. Ia paling peduli ketika diantara teman-teman ada yang terluka. Pernah suatu ketika tangan Rega terkena kayu dan berdarah, dengan cepat Zainab mengambil betadine yang selalu ia bawa kemana-mana. Zainab tahu manfaat dari setiap jenis daun-daun, bahkan rumput sekalipun. Seperti rumput putih bisa mengobati dan menghentikan pendarahan pada luka katanya. Pernah juga tangan Rumania terkena bambu di jalan, waktu itu Zainab lupa membawa betadine, dengan cepat ia mengambil rumput putih yang memang banyak tumbuh liar di sekitar jalan. Dan ajaibnya keesokan hari tangan Rumania sembuh. Pernah juga Zainab menghentikan darah yang terus menetes pada kaki seorang anak perempuan yang tinggal di Padang Lekat karena terkena pecahan kaca. Dengan menggunakan rumput yang ada di semak-semak pinggir jalan, entah apa nama rumput itu, Seketika darah pada kaki anak itu berhenti menetes. Ini sungguh benar-benar ajaib.
Setelah menghabiskan makanan. Mereka lanjut berbincang-bincang, meluahkan rasa rindu yang terpendam. Tapi luahan itu masih tersisa. Reza, teman yang paling pintar, yang selalu mendapat juara satu bahkan juara umum sudah lama tidak terdengar kabarnya. Ia menjadi primadona di sekolah. Wajah tampan Rega telah menghipnotis banyak anak perempuan. Ia adalah teman paling bijak. Ketika terjadi perselisihan diantara mereka, maka Rezalah yanga akan menjadi penengah dan mampu mendamaikan. Ketika SMP Reza pindah ke kota Palembang, karena Ayahnya pindah tugas. Beberapa tahun lalu terdengar kabar bahwa ia telah menikah dengan orang Palembang.
Mereka melanjutkan kebersamaan yang lama telah tak terjalin, meluahkan rindu yang dipenuhi oleh kenangan-kenangan masa lalu. Perjalanan mereka dilanjutkan ke pantai Tapak Padri hingga ke pantai Panjang. Pantai ini letaknya sekitar 4 km dari pusat kota, memiliki garis pantai mencapai 7 kilometer dan lebar pantai sekitar 500 meter. Menjadi objek wisata favorit di kota Bengkulu.
Rumania dan teman-temannya saling berkerjaran diantara deburan ombak. Terlihat kapal-kapal berlayar mengarungi samudra Hindia. Tak lupa mereka berselfie ria dengan gaya duck faces atau mengerucutkan bibir seperti mulit bebek, tertawa riang diantara hembusan angin pantai. Hari sudah mulai petang, orang-orang semakin ramai berdatangan. Anak-anak berlarian dikejar ombak datang. Di ufuk barat sebuah pemandangan indah sudah mulai terlihat, langit berwarna jingga kemerah-merahan. Ketika warna biru dan ungu terhamburkan, awan masih pada keteguhan.
Seorang laki-laki berdiri di tepi pantai, tak jauh dari Rumania dan teman-temannya menikmati laut. Ia menatap nanar ke arah laut. Pandangannya kosong, begitupun hatinya. Jiwanya telah kelam, semua nyala telah padam, ia tak tau apa yang harus dilakukan. Terbesit untuk melompat saja ke laut, menghadap tuhan, maka semua akan selesai? Siapa yang meyakinkan? Sungguh sebuah fikiran dangkal dan bodoh.
Rumania, dan teman-temannya menikmati es kelapa muda di pondokan yang berada di pinggir pantai. Jika berbicara es kelapa muda, maka mereka akan teringat pada Mang Rozak. Setiap istirahat mereka akan membeli es kelapa muda Mang Rozak yang rasanya spesial dan harganya murah. Mang Rozak tinggal tidak jauh dari sekolah, sekitar 100 meter. Ia merantau dari Tasikmalaya ke kepahiang karena diajak teman untuk berkebun kopi di kepahiang. Mang Rozak pun mencoba berkebun kopi kala itu, namun selalu gagal. Akhirnya ia memutuskan untuk berjualan es kelapa muda.
Rumania, Rani dan Zaninab masih menikmati pantai panjang yang indah. Tak lama orang-orang berlarian dan berteriak, bahwa ada yang tenggelam. Serta merta Rumania dan teman-temannya menghampiri ke kerumunan, beberapa orang laki-laki paruh baya dan remaja-remaja mencoba menyisir di pinggir pantai, mengamati deburan ombak, syukur kalau masih bisa diselamatkan. Hingga tim SAR datang untuk melakukan pencarian.
Hari sudah hampir senja, pencarian belum juga membuahkan hasil. Lebih kurang dua jam, tim SAR memutuskan melanjutkan pencarian besok pagi, tetapi sebuah tas ransel ditemukan mengapung. Didalamnya terdapat kartu identitas bernamakan Reza Ramadhan. Diinformasikan ia bekerja di sebuah kedai kopi di kawasan pantai Tapak Paderi. Rumania ingat pada laki-laki tinggi yang memakai masker tadi, laki-laki itu seperti tak asing baginya, seolah mengenalnya telah lama. Apakah dia Reza? Reza Ramadhan teman masa kecilnya yang ia rindukan.
Mukomuko,2022
Biodata Penulis
Beti Novianti, lahir di Ipuh dan tinggal di Mukomuko provinsi Bengkulu. Lulusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Menulis cerpen, puisi, dan cernak. tulisannya tersebar di berbagai media. Kini menjadi pengajar di sebuah sekolah menengah kejuruan di kota Mukomuko.
Bisa dihubungi ke nomor 082286226011 dan email mubarakrizki11@gmail.com serta instagram @betinovianti.
0 Komentar
Kirimkan Artikel dan Berita seputar Sastra dan Seni Budaya ke WA 08888710313