Sepotong Pagi Yang Malas Menunggu Mu
| Sajak Irfan Limbong
Orang Pulau
Kini berabad sudah motor laut memikul mereka tiba di kota
Mengais pengetahuan di jejak kaki Ilmuan
Berternak nasib di negeri Jiran, Saudi, hingga Taiwan
Harapan terbuat dari butir manisan
Manisan tersusun dari setumpuk getir kepedihan
Kepedihan lantas meledakan pelabuhan masa depan
Ku damba
Sungai ini bercakap-cakap dengan ku
tentang bunga-bunga air
tentang keong-keong air
tentang butir ayat-ayat air
Di sungai ini aku membasuh telinga yang kehilangan suara
Di sungai ini mereka menyikat kemarau harapan di punggung pikiran
Sungai ini terbuat dari airmata, kata-kata, air rasa dan makna-makna
Mr. X
Tanpamu
Bisu waktu
Bulan terbelah busuk
Terasingkan
Tanpamu
Terpasung diri
Berkalung rantai
Di merah hitam nafas ini
Percakapan
Kini hasrat berkemas melangkah ke sebrang
Merekam persinggahan di batas ruang
Menanam matahari, bulan yang di kerdilkan
Garis bibir mu terlipat rapi di saku pipi
Suara yang mengendap di bawah namamu
Menagih rentetan paragraf baru
Untuk kita baca di sudut jendela kusam
Aku belajar membaca
Akulah laut lenggang
Kau bukit hijau bisu
Dan angin melayarkan segala rasa berlalu
Ditelan makna langit biru
Yang terakhir
Dikamar rindu mu
Aku tercabik pelukan sunyi
Irfan Limbong. Seorang nomaden dari Ende yang jika dilahirkan kembali ingin jadi kutu. Beberapa tulisannya juga dimuat di media online. Belajar ini sampai itu di RTM Mataram.
FB: Irfan Limbong
0 Komentar
Kirimkan Artikel dan Berita seputar Sastra dan Seni Budaya ke WA 08888710313