Tribute to gusmiati suid
Koreografer : Hartati
Oleh : Iqbal Rahmatull Haqqi
Hening ku dalam kesunyian, suara-suarang menari-nari dalam kegelapan, dalam mencari sebuah kebebasan
Festival Budaya Matrilineal Alek Mandeh 2022. Festival ini digelar untuk mengedukasi masyarakat mengenai perkembangan praktik sistem kekerabatan dari ibu (matrilineal) yang berkembang di Sumatera Barat. Festival Matrilineal Alek Mandeh 2022 dengan mengusung tema “Dialektika Perempuan Minangkabau dalam Khasanah Budaya Matrilineal Masa Kini”.
Malam puncak festival alek mandeh yang diselenggarakan oleh perkampungan adat tepatnya di Nagari Sijunjung dimana salah satu koreografer Indonesia merupakan salah satu putri Minangkabau ikut bagian dalam memeriahkan acara tersebut dengan menampilkan karyanya yang berjudul jarum dalam jerami.
Ketika pertunjukan dimulai Penglihatan terarah salah satu pohon yang disinari dengan lampu putih, diiringi dengan suara jangkrik melengkapi keheningan malam dalam kegelapan kesendirian, tak beberapa lama lampu depan menyoroti panggung yang beralasan kayu beratapan langit.
Terlihat seorang penari yang melakukan gerakan memukul lantai dengan menggambarkan aktivitas menongkang padi, Pandangan teralihkan dengan masuknya penari lainya dari beberapa arah dengan membawa karung, yang di pikulnya karung itu berisikan jerami yang dikumpulkan dalam satu tempat, tujuh penari mengelilingi tumpukan jerami, salah satu penari perempuan menaiki jerami tersebut dan melakukan gerakan memirik padi menggunakan kakinya, dari gerakan yang dilakukan di respon dengan penari yang lain dengan gerakan memutar di tempat bagaikan mesin yang sedang memisahkan padi dengan jeraminya, semua penari melakukan gerakan menyebarkan jerami dengan kakinya ke semua arah yang terlihat seperti membuang jerami tersebut, dari aktivitas tersebut begitu jelas bagaimana aktivitas suasana di persawahan bumi mandeh sako.
Pada bagian ini seluruh penari berdiri dan melakukan gerakan bersama dan diiringi oleh musik yang bernuansa minang, penari bergerak bersama menggambarkan pergerakan atau sebuah aksi, ada pula penari bergerak memecah gerak variasi gerak bersama yang dilakukan berkelompok secara bergantian dan saling saut-sautan dalam menari yang mana penari melakukan komunikasi dalam pertunjukan. Komunikasi yang dihadirkan oleh penari ini melihat bagaimana proses sebuah kegelisahan yang akan disampaikan salah satu penari perempuan yang berlari kesana kemari dan di sambut oleh penari laki-laki dan diangkat bersama-sama oleh penari laki-laki yang terlihat bagaimana penari perempuan yang ingin akan kebebasan.
Selanjutnya seluruh penari laki-laki berlarian keluar tinggallah sekelompok penari perempuan yang berjalan secara perlahan dengan kedamaian, setelah itu masuklah tiga penari laki-laki yang membawa properti yang digunakan untuk mengumpulkan jerami dan terlihat gerakannya menggambarkan bagaimana aktivitas sehari-hari masyarakat di persawahan. Jerami yang dikumpulkan secara tidak langsung sebagai pembatas di tengah-tengah panggung dan menjadikan panggung menjadi dua ruang yang memisahkan penari. Masuk salah satu penari laki-laki yang bergerak dengan menggunakan teknik-teknik baru dan masuk lagi penari perempuan di sudut bagian belakang dan mengikuti penari laki-laki dan diiringi oleh penari lain
Ruang yang dipisahkan jerami tersebut terjadi konflik kepada diri penari dimana terjadi kebimbangan penari melakukan pergerakan antara masuk ke ruang satu atau tidak. Seterusnya penari mengumpulkan lagi semua jerami di bagian sudut belakang masuklah sekelompok penari perempuan yang kembali mencari sesuatu yang ada di dalam jerami apakah itu barang atau kebebasan
Dalam karya jarum dalam jerami ini saya melihat bagaimana seorang koreografer ingin menyuarakan kebebasan perempuan, dimana melihat dari awal penampilan sudah jelas terlihat bagaimana koreografer menyampaikan pesan melalui kostum penari. Kostum penari laki-laki dan perempuan sama tidak ada perbedaan.
Koreografi juga menyinggung bagaimana kesetaran gender, dari itu ditetapkan berdasarkan perilaku, peran sosial dan ukuran lain selain jenis kelamin. Dalam karya ini bagaimana koreografer ingin memperlihatkan ukuran sosial dilihat dari gerakan yang di hadirkan seorang perempuan yang memikul hasil panen, perempuan bisa melakukan apa yang dilakukan oleh laki-laki, selain itu penari juga mendobrak pembatas ruang-ruang yang mengekang perempuan dalam menyampaikan suara, dari hasil pendobrakan ruang ini terlihat jelas perempuan juga bisa melakukan apa yang dilakukan oleh laki-laki.
Para penari menggunakan kostum serba warna merah dan penutup kepala juga menggunakan warna merah sehingga bentuk penari sama semua, dalam penampilan karya ini koreografer menghadirkan gerakan yang begitu bagus dan teknik sangat bagus akan tetapi menjadi perbincangan, Karena salah seorang penari perempuan yang digendong oleh penari laki-laki.
Tempat pertunjukan sangat mendukung bagaimana pertunjukan berlangsung dan untuk siapa pertunjukan itu diperuntukan, dalam karya ini ditampilkan dalam perkampungan adat Sijunjung, Terlihat dari nama sudah jelas nagari yang masih kental dengan memegang teguh adat istiadatnya sehingga gerakan yang mempertontonkan menjadi sebuah sumbang caliak.
Sedangkan seorang perempuan minangkabau sangat kental yang masih menjaga marwahnya, dimana perempuan minang juga disebut sebagai bundo kanduang dan limpapeh rumah nan gadang. Akan tetapi perempuan minangkabau sangat dijaga oleh seorang laki-laki yang disebut dengan ninik mamak, dan mereka sangat menaati dan menghormati ninik mamaknya, secara tidak langsung peran ninik mamak sangat tinggi dalam masyarakat minangkabau.
Dalam karya sudah jelas ingin memperlihatkan dan mempertontonkan sebuah kebebasan dan kesetaraan perempuan terhadap laki-laki, akan tetapi dalam karya ini koreografer ingin menyampaikan dan menyuarakan kebebasan perempuan, sedangkan perempuan-perempuan bumi mande sako disana sangat kuat dengan adat istiadat yang kuat .
0 Komentar
Andai bisa klaim Honor untuk karya puisi dan cerpen yang tayang sejak 1 April 2024