ODE BUAT DIRI |
Penulis ???
Kehidupan berjalan
dan pulang adalah kematian
Aroma putus asa
mengerang keras jadi propaganda
suara mobil dan kelaparan
jadi seremonial di kepala manusia
di antara gedung-gedung Jakarta
di bawah flyover dan lampu-lampu
jalanan
di sekitar lingkungan kota yang ganas,
yang dipetakan oleh pemerintah,
kehidupan diwarna benar-salah
dan kekecewaan tergeletak di
samudera jiwa manusia.
Kehidupan berjalan
dan pulang adalah kematian
Tapi kegagalan?
Kehidupan berjalan
dan pulang adalah kematian
Sejarah manusia
amatlah fana
kata-kata hanya mengingatkan
kita pada batu-batu kematian
lalu dilupakan.
Tapi berulang-ulang kita
rayakan kemenangan fana
yang akhirnya juga kalah.
Kehidupan berjalan
dan hati manusia meminta bagiannya
di sekitaran aspal-aspal retak
yang diiringi alunan adzan subuh
dan menerbangkan bahaya ke langit
menembus pintu sorga.
Kehidupan berjalan
dan pulang adalah kematian
Mudah-mudahan tersimpan
doa-doa di sekitaran bibir kecut
yang paling pasrah.
2023
Acap kali
acap kali kita mengenal
nama-nama kehidupan
dan bentuk-bentuk lainnya, dengan
neraka kesepian, atau bara
kesengsaraan, dan tak sedikit
kita lupakan jatuh dan putus asa
acap kali kita mendekati
jurang neraka di jalan-jalan kehidupan
kemudian berbaring-baring
menatap mega-mega di langit kota
dan membisu dengan aroma
payah yang diulang-ulang.
2022
Cara menenangkan pikiran dan perasaan
Pikiran jangan
kau terombang-ambing
walau tsunami informasi dan
pengetahuan
datang menghancurkanmu.
Pikiran janganlah
jangan kau hancur
walau propaganda
membumihanguskan
hidupmu.
Perasaan jangan
kau lelah dan keluh kesah
walau serangan bertubi-tubi
hampir membunuhmu
Perasaan jangan
putus asa
walau bencana kehidupan
mustahil dihindarkan.
Hei, pikiran, hei
perasaan
Janganlah
jangan kau mati dulu.
2022
Tuhan kesehatan
Dalam rangka menyelamatkan
umat manusia
Bersatulah dan kibarkanlah
bendera WHO
katakanlah kepada umat manusia
--bahwa ini tangan Tuhan--
penawar rasa sakit sudah di
temukan, sudah dipersiapkan
segala (kemungkinan) kesehatan,
untuk kemaslahatan. Namun,
ingat semua itu harus bayar,
harus segera dicatat sebagai
hutang.
2022
Katakanlah duhai musim semi
: In memoriam al-Khansa'
(1)
katakanlah, duhai
musim semi, inilah aku,
adalah al-Khansa'.
Akulah syair,
Akulah elegi.
Ketika syair menembus Najd, meraba pasir dan kuping-kuping jahiliah,
al-Khansâ’ berkata:
"Seolah mataku dicelakai kebutaan".
Orang-orang melongo, dan keindahan nempel dalam debu pasir itu.
Kemudian ia datang bersama Bani Sulaim, Ia simpan estetika di kantong
hatinya. Kecantikan syairnya memancar ke debu pasir, lalu sampailah ia di depan Nabi, dan tersenyum, dan dibacakannya beberapa syair yang asyik dan menghidupkan.
(2)
katakanlah, duhai
musim semi, inilah aku,
adalah al-Khansa'
Ketika berita Kematian
dikumandangkan Umar Bin Khattab,
tak ada cemas dalam
jiwaku. Hanya tenang dan kagum, dan
sesederhana ia berkata:
Katakanlah
Ya Yazid anakku. Ya Muawiyah
anakku, Ya Amr dan Amrah.
Qadisiyyah adalah kenikmatan.
Katakanlah
Ya, Anakku. Aku ingat panggilan
itu, ketika kau berangkat
ke Medan Jihad, Ibu
hanya menitip senyum pasrah,
yang tak akan kutemui lagi
dalam sinar mentari pagi.
Duhai, tidurlah, tidurlah anakku.
(3)
Ketika peristiwa itu terlewat,
Ia pulang dengan rasa yang menggelora.
Bayang-bayang kemenangan berhamburan di depan wajahnya,
dan ia berkata:
"Aku ingin kau
mencintai-Nya dengan sempurna."
Dan katakanlah, duhai
musim semi
Akulah syair
Akulah elegi
Adalah al-Khansa'.
Ciputat, 2020
AHMAD RIZKI, lahir di Tangerang, 04 Agustus 1999. Saat ini sibuk menggelandang, membersamai, dan menikmati hidup di sekitaran Ciputat, Tangerang Selatan. Beberapa puisi omong kosongnya kebetulan termaktub di media daring/cetak. Kumpulan puisi yang kebetulan terbit: Sisa-Sisa Kesemrawutan (2021) & Sebuah Omong Kosong Cinta Masa Remaja (2022). Informasi tambahan dapat dijumpai di Instagram @ah_rzkiii & email ahrizki048@gmail.com
0 Komentar
Kirimkan Artikel dan Berita seputar Sastra dan Seni Budaya ke WA 08888710313