DIALOG, AGE JUHDI ALFANI
DIALOG
Rintik hujan berbisik
Pada daun telinga reranting pepohonan
Pelan berucap aku bersamamu,
Sampai waktuku benar-benar berlalu
Basah meresap melalui pori-pori
Pada tubuh yang mulai me-mohon tegak
Menggenggam erat sela-sela jari akar
Sembari berkata bukankah basahmu karena rindu jua
Dikala langit kelabu
Hembusan angin menyapu
Dan kau tetap menguatkanku
Mengobati harap yang sekian lama telah kaku
Kering oleh terpaan cuaca yang kian tak menentu
Oh, beginikah rindu?
Jember, Desember 2019
Jeda.
Jika kata telah lelah akan makna
Berhambur entah kemana
Maka diam adalah jeda
Memberi ruang mengenal diri kita
Mengapa aku diperkenankan ada?
Karena kehendak-Nya dan aku hendak apa?
Jember, 28 Desember 2019
Nuansa pagi ..
Ku buka jendela kamar
Embun membasahi dedaunan
Reranting enggan patah
Tanah menjadi basah
Sementara senyummu masih bergelayut mesra
Beriring pagi yang benar apa adanya
Jember, 3 Januari 2020
Dan Tuhan tempat berlabuh
Merebahkan segala penat
Muara dari berbagai tangis dan tawa
Segalanya soal tanda tanya dari suatu langkah
Yang harus kita jawab dengan semampunya
Kekasih
Biarkan, biarkan kaki ini terus melangkah walau pelan
Bukankah derita dan bahagia adalah warna?
Jember, 19 Januari 2020
Ada rindu yang mungkin tak terucap
Ada rindu yang mungkin tak tersusun oleh kata kata
Ada rindu yang mungkin tak tertuang dalam secangkir abjad
Seperti halnya sunyi yang bisa dinikmati oleh rasa
Sunyi adalah doa yang paripurna
Saat harap kian senja
Dimana huruf enggan menyusun kata
Dan rindu menjadi kata kerja yang begitu langka
Jember 15 Mei 2020
Jutaan orang menyusun kata rindu
Memungut yang berserak
Merangkai penuh daya dan upaya
Tapi tak pernah usai
Biarlah
Rindu kita bukan perbincangan atau pun rangkaian kata
Kita yang rasa
Berjalan dengan keyakinan
Rasa saling percaya
Kebahagiaan kita rangkai bersama
Jember 15 Mei 2020
0 Komentar
Andai bisa klaim Honor untuk karya puisi dan cerpen yang tayang sejak 1 April 2024