Rumah Bayangan
Puisi A. Musabbih
Sekarang aku sudah punya rumah bayangan
Siapa saja boleh bertandang
Satu-satunya syarat untuk dapat berkunjung
adalah bingung.
Ingat, sebelum kamu masuk
rumah ini tidak akan pernah punya alamat
Tapi aku yakin kamu akan senang
sebab banyak benda abstrak
yang dapat dimainkan.
Hai, bukankah sebentar lagi lebaran?
seharusnya aku bersih-bersih ruangan
dan merapikan kemungkinan-kemungkinan
Siapa tahu kamu benar-benar bertamu
membawa buah tangan;
sebingkis masa depan.
Bukan melulu kenangan
dan beberapa alasan usang.
April 2023
Sungai
: 2012
Puisi A. Musabbih
Di sinilah aku temukan sungai
mengalir bukan untuk segera sampai hilir
ada sumber yang harus dijaga dari sesumbar
tapi apakah desa-desa masih bisa
menjaga ucapannya? Bukankah kota
telah tayang di jam-jam senggang.
Polutan yang sulit ditangkis
apalagi hanya dengan kata-kata puitis
Meski tetap optimis, pantang pesimis
aku memang harus mawas
dengan berbagai macam limbah
yang diam-diam masuk ke arus suci ini
Sungguh. Susah dan payah adalah ihwal
di balik yang kau pandang indah
Kadang seseorang berdiam di tepian
memancing atau apapun demi menangkap
ikan. Bagiku sedekah adalah keiklasan
yang disembunyikan. Maka sesekali
mereka juga ingin duduk di bawah pokok
rindang. Meresapi repitisi. Menyelami metonimi.
Merasai bagaimana metafora bekerja
menunda dan menebar makna:
daging lezat yang sembunyi
dalam serat-serat kalimat
Mari kita nikmati sungai ini
sampai lupa bertanya, siapa pemiliknya?
April 2023
Perjamuan Nastar
(Ingat Jokpin)
Puisi A. Musabbih
Setelah tiga puluh
Sesudah telor dan tepung tidak lagi berjarak
gula dan mentega saling rekat
dalam suhu sekian ratus derajat
ia pun siap diangkat
berpindah mukim dari muslim ke mukmin
Adakah yang lebih indah dari saling merasa
bersalah? Sedikit selai nanas dalam daging
akan menghangat saat kita berjabat
Jangan ingin merasa paling bulat,
mengkilap, tanpa retak.
Permohonan maaf yang lembut
akan ditelan pelan-pelan
ketika sebuah kudapan
dapat didorong dengan rasa iklas
Wahai, siapakah yang menolak tandas
saat sirup baru keluar dari kulkas?
April 2023
BIODATA SINGKAT PENULIS
A. Musabbih, lahir di Tegal 1986. Alumni Sastra Indonesia UNY. Menulis puisi dalam beberapa antologi bersama dan media massa baik online maupun cetak. Buku kumpulan puisi pertamanya berjudul Sajadah Katulistiwa (Wadahkata, 2020) merupakan nominasi Penghargaan Prasidatama Balai Bahasa Jawa Tengah 2021., dan diterjemahkan ke dalam Bahasa Jawa dengan judul Pasujudan Katulistiwa oleh Eko Wahyudi. Sedang mempersiapkan buku puisi terbarunya yang berjudul Surat Sore Hari. Selain menulis puisi juga berkegiatan di Dewan Kesenian Kab. Tegal.
(ILUSTRASI)
0 Komentar
Andai bisa klaim Honor untuk karya puisi dan cerpen yang tayang sejak 1 April 2024