lukisan perjalanan sang penyair
lukisan perjalanan sang penyair
Gimien Artekjursi
Daftar Isi:
LUKISAN PERJALANAN
(larilah segala pada-Mu) 1
Kereta penghabisan. 2
Lagu dari taman. 3
Lukisan merah dalam taman. 4
Route. 5
Nyanyian musim gugur 6
Nyanyian buat pengembara. 7
Potret pejalan malam. 8
Potret kelabu. 9
Lukisan perjalanan. 10
Ode. 11-12
Potret hitam putih. 13
Lukisan. 14
Nyanyian cinta buat Sunia. 15
Sajak biru buat Sunia. 16
Penyesalan. 17
Perjalanan musim kemarau 18-19
Nyanyian laut. 20
Elegi. 21
Dalam perjalanan. 22
Nyanyian pengembara di tengah gurun. 23
Nyanyian dari negeri mimpi. 24
Nyanyian mimpi. 25-26
Nyanyian kanak-kanak. 27
Elegi dari perantauan. 28
i
Perjalanan (sebuah tanya) 29
Lapangan Astina, Gianyar, sehabis hujan. 30
Kita pernah bertemu, aku yakin itu kau. 31-32
*ODE SANG PENYAIR*
Ode sang penyair. 37-38
Seharusnya aku. 39
Selamat pagi, embun. 40
Hanya mimpi yang bisa kita bangun. 41-42
Yang sisa hanya mimpi 43
Catatan Perjalanan Kesekian 44-46
Kepada seorang biarawati. 47-48
Bunga dan angin. 49
Episode mimpi-mimpi. 50-54
Hujan pagi. 55
Tanah menangis. 56
Warisan. 57
Iblis si kambing hitam. 58
Air mata. 59
Sepi menepi. 60
Bukan salahku. 61
Pledoi pembunuh pertama. 62
Banjir. 63
Apalagi yang kau harap. 64
Isyarat 65
Daun yang melayang. 66
Sejarah kejahatan. 67
Ii
Tuhan di atas kita. 68
Sajak tentang anak-anak. 69
Tuhan, cintamu terjatuh di rerumputan. 70
Pada batu dan rerumputan. 71
Episode kematian Tuhan. 72-73
Rumah cinta sang penyair. 74-75
Musim hujan. 76
Kalau maut. 77-78
Ziarah. 79-80
Selamat jalan. 81-82
iii
LUKISAN PERJALANAN
larilah segala padaMu
menggoncang sepi
anak-anak di gerbong tidur melingkar
puas hanya itu, berhenti sampai di situ
tapi perjalanan: adalah dariMu, berakhir padaMu
dapatkah aku memintas
dan TanganMu lepas
kiranya sulit mengerti
rasa dingin dan sunyi kehidupan
kebosanan langkah kembali padaMu
1
KERETA PENGHABISAN
roda kereta berderak-derak sepanjang jalan
pengendara memacu dengan dada terbuka dan pada
genggaman tangan
cemeti terayun-ayun menjawab setiap tantangan
berpacu kereta, berpacu dengan kepastian
yang terlanda, terhempas rebah
terkapar dengan jeritan pada rengkah-rengkah tanah
akan adakah yang memberi kesaksian?
makam-makam baru bertambah juga sepanjang jalan
dendangpun menjauh mengikut arah suara derak roda
kereta
menjauh tak kembali lagi
di antara jalan bebatuan dan lereng bukit gersang tinggal sisanya
mungkin sedu anak-anak gembala di padang kering
akan mengganti?
esoknya perempuan-perempuan tua yang lewat
membawa cerita sehari-hari
hanya menyaksikan jejak dan kenangan samar-samar
sedikit tertinggal, memberi kabar:
kereta telah lewat dan menjauh dari sini
2
LAGU DARI TAMAN
ketika aku menyilang tangan
di balik baju
tiba-tiba tuhan berseru
--tengadahkan wajahmu--
dan para malaikat mengibaskan sayap-sayapnya
melepas satu-satu
tiba-tiba aku merasa haus
dan ingin menangis dengan rasa cinta
kau tiba-tiba telanjang
berlari putar setengah lingkar
dan tiba-tiba aku terjatuh
dan tiba-tiba kau bersujud menangis
menjilati tubuhku yang terluka
kemudian kita berpelukan
(tuhan tersipu-sipu)
3
LUKISAN MERAH DALAM TAMAN
sekali waktu pernah terjadi
kau lari di taman tanpa berkata-kata
gelas di tangan penuh anggur tumpah
dari jauh kupanggili namamu
waktu angin bertiup terbangkan jubahmu
kau tutup muka dengan tangan pucat
menunduk terisak
dari jauh kupanggili namamu
4
ROUTE
inikah saat kekalahan kita
selangkah maju dan terhenti
di muka jalan panjang berbelokan
segera kita mendekat
sebuah tanda sebagai perhitungan
dan itu kita lupakan sejak semula
tanpa melihat kitapun tahu
ada perhentian di sana
tapi tahukah kita
berapa jauh hilang di belakang
di muka: tanda peringatan semakin banyak
terpancang sepanjang tepian tingkungan
di sini: tak satupun bisa dimengerti
5
NYANYIAN MUSIM GUGUR
musim gugur daun-daun gugur
gugur di padang, di ladang
sebelum datang angin
gugur pula bulu-bulu beruang padang
yang mengembara dengan jerit-jerit panjang
dan kian jauh:
kita memburunya membidikkan senapan
searah angin tanpa berkedip
kita menatap, masing-masing lihat:
anak beruang mungil menggelepar
tanpa jeritan bulu-bulunya berguguran
bercampur pasir dingin
kemudian pergi, di sini meneguk anggur penghangat
dan panggang burung yang terjatuh mati beku
tanpa bulu-bulu sayap terjerat hancur
aku yakin, ada yang coba mengerti
bertanya hilangnya catatan sehari-hari
di balik tenda:
tertimbun runtuhan dahan-dahan lapuk
atau karena kesal menempuh pengembaraan
melelahkan
sementara tak ada putik bunga berkembang
tanpa gairah kita di bawah pohon gundul
bersandar: menanti musim akan datang
6
NYANYIAN BUAT PENGEMBARA
panas hari ini tergantung beku pada ranting-ranting
burung-burung bertengger segenap kicau menjauh
dalam kantuk mengangguk-angguk penuh angan
makin biru sayap-sayap putih
luruh di saat daun-daun bersemi
datangnya kemarin senja pun tiada tahu
hari ini terbang sia-sia
tanpa kicau, bulu-bulunya lembab
terkapar di rantau sendiri tanpa tangis
pun doa serasa hanya melayang
adakah di bangkainya ulat atau cacing
yang memberinya salam sebelum pesta
atau hujan akan datang menyeretnya
tanpa memberi kesempatan kita melihat
sementara hari-harinya yang berikut berlalu tanpa cinta
7
POTRET PEJALAN MALAM
tanpa sapa:
pejalan malam bergegas pergi
senandung sia-sia tertinggal
di jendela-jendela terbuka dan atap dingin
menikam gumpalan kabut turun
tanpa mengerti, tanpa sapa
sementara nyanyian esok kian menjauh
tanpa kabar kelanjutan
di tangannya masih ada janji
pun sedu-sedannya tersimpan
:ketika bulan pudar
melintas juga ke malam selanjutnya
dengan senandung sia-sia
tak juga usai dinyanyikan
ketika belum juga ada kepastian
terangnya kembali bulan pudar
sedu-sedannya turut menjauh
terbawa jejak yang hilang
8
POTRET KELABU
-Buat Sunia-
pada kubur pertama
cinta yang kau genggam lepas ketika bulan bersinar
menentang matamu dari balik bubungan
--kau jeritkan doa
kau teriakkan sedalam dosa yang terulang-ulang--
dan lonceng gereja berdentang kian perlahan
tapi gemanya masih terdengar sampai esoknya
makin senyap, kau tak tahu lagi
bayi terkapar di rerumputan taman kota
tangisnya tertelan deru kereta yang bergegas
meninggalkan stasiun demi stasiun
penuh penyesalan
pada akhir cerita sehari-hari
tapi tak terjawab sebuah pertanyaanpun
dan kau terus melangkah meski resah
bisikmu tapi masih kudengar
amat nyaring:
--cintaku terkubur di sini--
9
LUKISAN PERJALANAN
kupacu kudaku dengan ringkik gegap-gempita
bersama derap sepanjang kelak-kelok jalan
dan berkibar jubahku
dan berkibar surai kuda
mengibas debu-debu beterbangan
melompat juga di atas bongkahan tanah-tanah kering
(kubur gembala mati kehausan)
berderak, saudara, dangau roboh terhempas angin
kubawa jerit petani, kubawa
ke utara, membuka keranda-biru berkerudung-biru
kupacu, saudara, kupacu kudaku
terkibas debu, terkibas jubahku
nyanyikan maut demi maut yang melayang
dan gegap-gempita
ringkik kuda ke utara menghentak-hentak
dan gegap gempita
dan terguncang aku memandang jauh
ke utara, saudara
memacu mimpi-mimpi memuja kemesraan maut
10
ODE
telah kulepas sebuah kereta perang lagi
ke padang pertempuran
telah kulepas, kekasih
sebelum berakhir hari ini
kau akan dengar ringkiknya amat pilu
juga kembali malam nanti
langkahnya tersaruk-saruk
sepanjang jembatan, merintih dan terkantuk-kantuk
telah kulepas, kekasih, ke padang pertempuran
sebuah kereta perang lagi
seperti kau pernah tidur pertama kali
mimpikan dosa abadi lekat di tangan
kau akan dengar jeritnya
bersama lepasnya pedang telanjang, jangan menangis
dan sekian ribu jiwa lagi akan menyusul
bersujud di roda-roda melaju
pasrah diri
:ikrar pahlawan-pahlawan baru
11
jangan menangis
bila esok kautemukan kereta pecah berserakan
dan pengendara mati tanpa tangis
jangan diratapi, kekasih
aku siap lepaskan kereta perang
yang baru lagi
12
POTRET HITAM-PUTIH
sepanjang gugus pasir pantai kelabu
merapat perahu-perahu
terbawa alun kidung: nyanyi mimpi bocah-bocah
terpanggang cahaya matahari
--tetes demi tetes darah mengalir
membasahi tanah kelahiran yang terlupa--
terseret arus ke tengah-ke tepi
dan terdampar
di tepi pelabuhan penghabisan tuhan melukis
bayangku: berserak
hitam-putih
13
LUKISAN
belum habis perjalanan
berlalu unggas-unggas mengikuti peralihan musim
di jiwaku, sebelum gugur yang lain gugur
merekahkan hari semaikan serbuk-serbuk
bunga hijau daunan alam
pada setiap kelahiran sebelum mati yang mati
tiba-tiba sebuah dunia terbuka
menerimaku mengantar sampai ke lembah
entah habis perjalanan lupa pula, nyatanya
yang kuingat cuma musim sudah menjauh
ke dunia baru, samar-samar
dalam bayangmu lepas
di belakang tinggal sendiri mengubur segala ihwal
di mana diriku lahir pernah menangis dengan cinta
14
NYANYIAN CINTA BUAT SUNIA
kalau sudah demikian jauhnya antara kelahiran dengan
kelahiran
kau mestinya mengingat dimana harus menggali
kubur-kubur baru di tanahmu
di sini jarak telah terhapus, jarak yang diharap semakin
rapat
(dari mana dulu kita mulai sebuah kehidupan)
sama sekali terlupa sebab tak ada kini kata merdu buat
merayu
juga ini dengan kemiskinan sehari-hari kita hadapi
pergantian waktu
tanpa gelisah berhias menjaga ajal sewaktu-waktu
merenggut
dan musim demi musim kita biarkan gugur memutih
menutup garis-garis percintaan tahun-tahun lalu
tak ada yang mesra antara kita dalam keabadian
atau memagar sendiri halaman tanpa mau peduli di
mana lewat
sebab kau tak ada aku tinggal sendiri bercanda
tanpa kata pun mati setiap ayat al-kitab sebelum
menjelma doa
15
SAJAK BIRU BUAT SUNIA
kaki siapakah yang patah di sampingku?
tangan siapakah yang terkulai di depanku?
tangis siapakah yang terisak di telingaku?
air mata siapakah yang menetes di pangkuanku?
hati siapakah yang tergeletak di dadaku?
mimpi siapakah yang terjatuh di kepalaku
membangunkan tidurku yang lelap?
(maafkan
aku tak tahu kalau semua itu
milikmu
tidurku terlampau lelap
setelah semusim lalu tak bisa tidur
mencari dirimu sepanjang mimpi yang menyelimuti
malam)
16
PENYESALAN
akhirnya kita menyerah
meneguk anggur penghabisan dan mabuk
di luar hujan membenam halaman
sama-sama lupa
kebun jauh sudah tertinggal
sekeliling hanya rimba
di tengahnya sama-sama kita termangu
(sampaikan maafku)
17
PERJALANAN MUSIM KEMARAU
i
kita kubur matahari di padang
sebelum sungai di sudut lembah kering-kerontang
kira kubur matahari di padang
sebelum kelopak mawar berkembang
kita kubur sedalam-dalamnya
di tanah ini
tapi jangan lantas menangis
karena gelap dan kau buta mata
18
ii
kita kubur matahari
di padang gersang sebelum pengembara menyeberang
kita kubur
di sudut yang tersembunyi
dan paling basah
tapi jangan lantas menangis
karena gelap dan kau tak tahu siapa yang lewat
kita telah sepakat mengubur matahari
dan mematikan cahayanya
berdoalah....!
19
NYANYIAN LAUT
kapal-kapal beku di laut dalam dinginnya waktu
dan tulang-tulang kelasi telah menjadi santapan hiu
dan jika kaulewat memaksa menyeberang juga
akan membentur karang-karang tak bertanda kata
tapi di benua seberang kau bisa jadi raja, manis
tapi matimu lebih mengerikan dibandingkan kena kutuk
nenek moyang
sebab negeriku penuh dendam pada pengembara
yang tak berpedoman pada bintang dan tanda alam
tapi di bumiku kau letih mati juga
tapi matimu pada sajak-sajak kumal
tapi aku bisa kubur kau di dasar lautan, pada intan-intan
dengan mimpi seluas perut hiu lapar
20
ELEGI
lewat asinnya garam membikin pulauku
dari buih dan ganggang laut
yang ditiduri anak nelayan dengan tembang
derak karang pecah
sementara aku buat ranjang dari jaring koyak
kaupahatkan tangis di tiang layar
angin mengantar sampai ke laut lepas
yang tinggal: hanya pekik elang laut
yang kembali mengembara
meninggalkan uap air yang mendekap
tubuhku dalam mimpi
21
DALAM PERJALANAN
dan tiba-tiba aku berhenti
sebuah padang terbuka
begitu luas untuk ditatap
(aku merasa patah kakiku)
dan tiba-tiba aku berhenti
sebuah kubur terbuka
begitu sunyi ketika kutatap
(aku merasa lepas sukmaku)
dan tiba-tiba aku berhenti
sebuah jarak terbuka
begitu jauh ketika kutatap
(aku menempuhnya tanpa sadar)
22
NYANYIAN PENGEMBARA DI TENGAH GURUN
setiap hembusan angin mengubah tangis pengembara
jadi nyanyian ke segenap waktu, mengisi
kesepian gurun dengan detak nafsu
kubangun rumahku dari timbunan pasir
dan angin menjadi tiang-tiang yang kokoh
dan hujan segera menyanyikan cintaku
pada daun semak dan rerumputan
--di bawahnya kau akan temukan jasadku lumat
terkubur tanpa tanda, tanpa perlindungan
23
NYANYIAN DARI NEGERI MIMPI
gemuruh negeri kami karena mimpi
bagai pesta sorgawi memabukkan kesadaran
bernyanyi di angin, di atas kemarau
dan serupa bocah kau menyapa kami yang lelah
mengantar jiwa-jiwa ke padang perburuan
waktu sesekali berhenti menghitung kerdip mata kami
yang menyimpan kantuk semalam bagi bumi
sampai pagi: yang tampak hanya sebaris kabut
bintang-bintang dan angin, bertiup
lebih dingin di rumput kering
dan serupa bocah kau menyapa kami
serupa bocah kau menyapa
dan turut mengantar kami yang lelah mengubur diri
tanpa cinta di kesunyian semesta
24
NYANYIAN MIMPI
setiap kali mimpi muncul: pohon semak, sungai dan
. langit
tanpa gerak --mestinya sudah di depanku
tak ada sama sekali
bumi hanya bernyanyi sendiri
dan mimpi jadi gemerlap oleh tawa yang mengembang
menciumi keningku
dalam kemurnian semesta
dan di mana aku mengisi gelas-gelasku, di padang lain
yang lebih hijau, bahkan hampir sepekat jelaga
cuaca semakin kabur
aku yang sekarat atau burung atau tumbuhan, tak ada
beda
di sana semua bicara dalam bahasa yang tak
dimengerti
dan doa yang memasuki mimpi
beku sama sekali
dan sebatang pohon di tebing tanpa gerak menerima
cahya bintang
kuangkat gelasku dan minum bagi kesejahteraan maut
yang mencipta kerajaan baru dalam mimpi-mimpi
25
lebih jauh lagi --tapi tidak di padang hijau, lebih jauh
dari itu
semua juga hampir tanpa gerak
--kecuali mimpi yang semakin gemerlap menciumi
keningku
angin dan kabut berputar saja, merah-padam
angin dan kabut berputar, merah-padam karena cinta
dan serupa mimpi aku berhenti bersuara dan bernyanyi
demi kesejahteraan maut
yang mencipta kerajaan baru untukku
merah-padam aku, o lihatlah, merah-padam mukaku
karena cinta
26
NYANYIAN KANAK - KANAK
suara kanak-kanak tanpa kata
yang di atas embun pagi harinya hanya gema
menyusup dalam matamu cahya pun mati
dan sajak-sajak bertinta hitam tak kau mengerti
tak ada dunia murni pagi hari
tangan kanak-kanak telah melempar ke alam mimpi
yang lewat kemudian hanya kaki-kaki lelah
tak mengenal tangis pun tak ada istirah
yang ada kini: dulu mainan kesukaan kanak-kanak
yang ada kini: dulu dunia permainan kanak-kanak
tapi kini kaubikin doa di tengah dunia
tapi kata-kata tak lagi sejernih air mata
27
ELEGI DARI PERANTAUAN
gugurnya bunga adalah tanda akhir musim
di bawah sungai mengalir, di puncak bendera
pengembara berkibar
di mana kemahnya? jejak menurun ke lereng dan
nyanyi tertinggal
dalam genangan hening: pengembara mati di atas
timbunan bunga gugur
o kicau burung tanda akhir percintaan
tak kau lihatkah matahari menyinari mayat
pengembara?
gugurnya bunga adalah tanda akhir musim
mimpi yang tercecer jadi penambah kuburnya
tinggal catatan dalam agenda kau baca:
--aku lahir ketika cinta tumbuh dan hatiku merasakan
sejuknya angin--
(kau mengerti arti cinta, bukan?)
maka kenang saja apa yang masih mungkin:
hari yang panjang, musim yang berganti, tanah yang
dipijak
atau air mata yang sisa dan sekian mimpi untuk esok
yang tak sempat kau dengar
musim berakhir, di puncak hanya bendera berkibar
mayat pengembara di atas timbunan bunga gugur
menanti cinta
28
PERJALANAN
(SEBUAH TANYA)
apakah yang ada setelah perjalanan panjang?
stasiun tempat berhenti
stasiun tempat mulai
dan burung-burung menggaris-bawahi tiap tanda
yang tercecer mungkin terlupakan
pada tiap tingkungan, pada tiap tanjakan
pada stasiun-stasiun antara stasiun
yang membeku, yang terkubur di bawah debu
bahkan yang tak tahu lagi arah
lantas apa yang sisa setelah perjalanan?
jejak, kenangan, sebuah kesia-siaan?
:stasiun-stasiun kosong
tangis mengering
cinta tak berkesampaian
hanya matahari yang jelas masih bersinar
bertahan entah sampai kapan
(pengembara keburu lelap sebelum menemukan cinta)
29
LAPANGAN ASTINA GIANYAR SEHABIS HUJAN
di sini puluhan bayangan turun
titisan balatentara mahabarata?
o cuma bayangan cinta
pengembara tengah mencatatnya di bawah jejak
seriapan daun beringin menggugurkan lagi
sisa hujan dan suara yang dingin
bukan cinta semata, air mata lengkap dengan tangisnya
dan bayangan di tangan pengembara mencatatnya
terlalu sore, katamu dan meninggalkan rerumputan
basah
serombongan anak berlarian menyanyikan kekalahan
pasukan kurawa
tapi di sini tak ada perang
hanya pengembara yang tengah bermimpi
membayangkannya
30
KITA PERNAH BERTEMU AKU YAKIN ITU KAU
--In Memoriam Kriapur-
Kukubur bulan di kali
Sehabis gerimis. Mengikis tangis
Langit mati. Sepanjang jejak setapak
Jiwa-jiwa kita menghantar sampai pekuburan
di jalan ini kita pernah bertemu
aku yakin itu kau
tapi kau tak tahu aku
pun ketika kukatakan tentang bunga yang sama-sama
kita kagumi
kau tak mengerti
memang sulit untuk percaya
aku di sini sangat bersahaja, jauh dari kata mewah
pun sepotong ucapan yang masih baru sama sekali
tak kukenal
sedang kau bukan cuma pengembara yang berpikir
tentang maut
(tapi di luar semua itu kupikir keadaan kita tak berbeda
kau pengagum langit, aku merindukan musim bunga
jalanan sekali waktu jadi tumpuan pelepas jemu)
31
dan di jalan ini kita bertemu
kau demikian ria berbicara tentang langit kekagumanmu
meramalkan maut dan mengatakan semua sangat
mengagumkan
"bolehkah semua orang berpikir demikian?" tanyaku
ternganga
tapi kau tak dengar
lantas datang malam daun-daun gugur mengganti
cuaca
kau ceritakan tentang mimpi, kisah-kisah mawar
desau rumputan dan laut yg bermain di atas badai
tapi aku yg tak mengerti
mataku berat pun ucapanmu terlalu asing
aku hanya ingin melihat bunga yang berkembang
dan di jalan ini kita bertemu
dan aku yakin itu kau
tapi kau tak tahu aku
pun ketika kukatakan tentang bunga yang sama-sama
kita kagumi
tak juga kau kunjung mengerti
memang sulit untuk dipercaya
tapi kita memang pernah bertemu
dan aku yakin itu kau
lantas setelah itu kau lewat setelah bercerita
sementara aku sendiri ternganga dalam pesona
kau lebih mengagumkan daripada ceritamu
32
setelah itu, setelah lewat musim dan aku di jalanku
yang lain
aku hanya mendengar kisahmu dari orang lalu
ceritamu sendiri padaku cuma sepotong yang masih
. kuingat
dan ketika kupikir lagi:
kita memang berbeda
kau pengembara yang tidak cuma berpikir tentang maut
sedang aku selalu merindukan musim bunga
dan ingin tidur lelap sambil bermimpi
33
34
*ODE SANG PENYAIR*
35
36
ODE SANG PENYAIR
aku berada di sini semata-mata karena cinta
jika akhirnya kita bersama
hanya karena nasib baik yang mempertemukan
aku datang dari ketiadaan
sejarahku masa lalu yang tak tercatat
tanah airku negeri antah berantah
jika para petani rindu datangnya hujan
seorang penyair yang sampai di negeri ini
tak pernah mengerti apa yang diinginkan
sampai suatu ketika nanti aku tiba pada kematian
akan kupersiapkan upacara penguburanku sendiri
keranda terbuka lebar dan aku berkalung mimpi
tak ada air mata menetes untuk kematianku
sekalipun di jalan bertabur bunga
tak sekuntum tertuju pada penyair
apalagi doa atau nyanyian duka
di pintu kubur saja tak satu malaikat akan menyambut
sedang tuhan sendiri mungkin tak pernah
mencantumkan namaku dalam bukunya
37
memang sia-sia, semuanya, juga puisi
tapi tak ada lain yang bisa dilakukan karena cinta
dan seorang penyair di negeri ini hidup atau mati
semata-mata karena cinta
38
SEHARUSNYA AKU
lihatkah kau bagaimana burung-burung
memuji kebesaran tuhan, langit terpesona
semak-semak, rerumputan menyerahkan diri
bagi keagungan semesta?
aku sudah lelah bicara
tapi tak juga semesta mengerti
berdiri di bawah kakiku aku menatap sepi
hanya mimpi berkali-kali berjatuhan dari cabang-cabang
pohon
memenuhi tidurku, menutup jalan-jalan, menimbun
kuburku
lalu bagaimana aku harus bicara?
ajarilah aku bicara!
angin hanya tahu ranting, uap air
kedinginan cuaca
membeku di lereng
duhai, mengapa aku tahu dan mengerti
sedang dari daun-daun gugur musim mengubur kesepiannya sendiri
seharusnya aku diam!
ya, seharusnya aku diam
tetapi.......
39
SELAMAT PAGI, EMBUN
selamat pagi, embun
bersama kita akan menyongsong matahari
membiarkan diri menguap dalam teriknya
mengangkasa dalam pengembaraan
untuk kembali jatuh
di bumi
untuk kembali bermimpi
pengembaraan kita memang tak pernah berakhir
dari musim ke musim
meski selalu mimpi yang kita bawa dan temui
meski selalu mimpi
terimalah seperti adanya
kita senasib sebenarnya
selamat pagi, embun
selamat menyongsong mimpi
40
HANYA MIMPI YANG BISA KITA BANGUN
setiap waktu mimpi dibangun
di bawah langit dan hembusan angin
seperti dulu seperti ketika adam dan hawa pertama kali
mencatat perjalanan panjang di atas sejarah yang
kering
apakah yang bisa diperbuat
selain membangun mimpi demi mimpi
di atas jalan yang sekian kali kita lalui
hanya batu yang bisa tahan
dan rumput dan pohon dan kita hanya jadi debu
pun setiap tetes keringat setiap darah yang bersimbah
sia-sia mengalir tak menembus kubur
"tapi tuhan mengutus kita mendirikan istana!"
bantahmu ketika malam lewat dan bintang-bintang
bersinar di balik langit
gema hanya jawabnya berputar-putar di atas gurun
(dunia yang tenggelam)
dan angin terus menghempas segala yang hidup
cinta demi cinta
tersuruk dalam kubur masing-masing
tapi mimpi cuma yang tetap bisa kita bangun
pun dalam kubur adam dan hawa
41
apa lantas yang harus disesali
di atas jalan yang sekian kali kita lalui
hanya batu yang bisa tahan
dan rumput dan pohon dan kita hanya jadi debu
42
YANG SISA HANYA MIMPI
di bumi ini
kedamaian, ketenangan, kemerdekaan dan
kebahagiaan tinggal kenangan
yang sisa hanyalah mimpi
bukalah jendela dan tengoklah:
apa yang kau lihat?
hanya mimpi, mimpi dan mimpi
di ladang para petani menabur benih menuai mimpi
di laut para nelayan menebar jala menjaring mimpi
di rantau para musafir mengejar harapan meraih mimpi
burung-burung terbang ke langit hanya kicaukan mimpi
semesta mendendangkan mimpi dalam desah
sehari-hari
pagi hari mimpi melayang-layang di tengah kabut
siang hari mimpi merayap sepanjang jalan
mimpi menggenangi halaman pada musim hujan
kita berpayung mimpi di bawah terik matahari musim
kemarau
mimpi pun tumbuh dalam detik-detik kematian
tak perduli cinta
ada atau sia-sia
jadi, apalagi yang kau harap dari dunia rapuh ini?
jangan harap kau bisa menemukan yang lain
lantaran yang sisa hanya mimpi
43
CATATAN PERJALANAN KESEKIAN
selamat pagi!
kubuka jendela seperti ketika tuhan membuka semesta
dengan sapuan tangan-nya
dan menyapa setiap makhluk
sambil menjanjikan mimpi-mimpi hari kemudian dengan
menghadirkan adam
dan pagi adalah hari pertama adam
menatap cerlang matahari, merasakan sejuk embun
di kaki
di rerumputan surga dengan segenap kesegaran dan
gumpalan ilusi
yang tiba-tiba dirasa telah hadir dalam diri
tatkala tuhan memberikan pedang kekuasaan tentang
pengetahuan semesta
yang tak disadari adam
bahwa yang ia dapat itu sebenarnya tak lebih dari
mimpi
demikianlah akhirnya setelah pagi pertama itu
adam menapakkan kaki dengan keyakinan: surga
adalah milikku!
menyapa setiap yang lewat dengan senyum
keangkuhan sang penguasa
pun kepada iblis yang kemudian disebutnya 'penghianat
terkutuk' itu
dan tak satupun makhluk membeberkan rencana tuhan
yang sesungguhnya
44
sampai ketika tiba-tiba adam mendapati diri telanjang
tanpa apa-apa:
tanpa keangkuhan, tanpa kekuasaan (kecuali sisa-sisa
mimpi)
semua tumbuhan merunduk
para malaikat menyembunyikan diri di balik jubah
masing-masing
dan ketika tuhan datang -–dengan sikap tak pernah tahu
tak satupun ada yang mau jadi saksi
apalagi pembela
demikianlah
kemudian surga dinyatakan tertutup bagi manusia
dan adam harus mempertaruhkan jiwa untuk hidup
di bumi
tertatih-tatih meratapi semesta, meratapi
mimpi-mimpinya
sampai ke kubur
begitulah bermusim-musim kemudian
aku senantiasa mengucapkan 'selamat pagi' pada
semesta
membuka jendela dan menyapa setiap yang lewat
seperti ketika adam di surga
tapi dengan kesadaran: keangkuhanku hanya
ilusi sia-sia
45
karena aku tahu
sesungguhnya surga hanyalah impian buat manusia
sesungguhnya duka-lara dan nestapa adalah kehidupan
bukan kutukan
sesungguhnya dosa adalah garis takdir yang harus
dibuat manusia
sesungguhnya hanya mimpi milik manusia satu-satunya
hanya mimpi, hanya mimpi
46
KEPADA SEORANG BIARAWATI
buat Reina C
i
jika tuhan hanya tempat pelarian
apa arti kehidupan?
manusia hanya punya mimpi
jika kehendakmu menggapai bintang
langit makin mempertinggi tempatnya
memang sia-sia, juga hidup ini
karena itulah anak adam bersekutu dengan iblis
untuk mengusir tuhan
dan kini di tengah ganasnya angin kehidupan
masih bisa kau rasa dengus nafsu angkaranya
dalam dirimu
47
ii
jika tuhan hanya tempat pelarian
apakah artinya doa?
bisa jadi tuhan tengah menertawakanmu
saat bibir dan hatimu memuji kebesaran-nya
bisa juga mencibir sinis bahkan marah
apalagi ketika membaca sanubarimu
tapi tanganmu yang menggapai
hatimu yang menangis
akan jadi pernyataan jiwa yang sejati
selama kau masih tahu warna rerumputan depan biara
48
BUNGA DAN ANGIN
bunga itu masih bermimpi
memimpikan dunia
ketika angin tiba-tiba bertiup
menggugurkannya
dan ketika angin yang sama
lewat di tempat itu semusim kemudian
bunga itu masih juga bermimpi
di bawah tumpukan daun-daun gugur
angin kemudian menelusup di bawah guguran
daun-daun
menciumi bunga yang gugur semusim lalu itu
karena angin juga tengah bermimpi
memimpikan hal yang sama
49
EPISODE MIMPI-MIMPI
I
mimpi-mimpi kita terpendam di sini
di bawah lumpur dan basahnya cuaca
masihkah kita bisa melukisnya
tanpa mentari dan cahaya langit?
50
II
tak perlu lagi kau pejamkan mata
mimpi akan selalu lewat
mengucap selamat pada kehidupan
sebelum tidur mendengkur dalam kubur
dan rerumputan, kupu-kupu
biar menyusun doa baru bagi kelamnya semesta
sebab mimpi-mimpi kita masih ada di sini
:di dada
51
III
mimpi yang tengah malam
kau kubur dalam tidur
kini tumbuh menjadi doa
ranting-rantingnya bercabang
menjalar
mengejar tuhan
52
IV
mimpipun tumbuh dalam detik-detik kematian
tak perduli cinta
ada atau sia-sia
53
V
baiknya taburkan mimpi-mimpi
di atas kubur kita
bunga-bunga akan layu
di atas kubur
jadi, taburkan saja mimpi-mimpi
mimpi-mimpi kita
yang abadi
54
HUJAN PAGI
hujan pagi ini penuh mimpi
masih lelapkah tidurmu
teruskan
batu-batu, rerumputan
biar aku yang jaga
55
TANAH MENANGIS
tanah menangis
saat tuhan akan mengubahnya jadi manusia
karena tanah tahu
ia akan jadi pencipta dosa
56
WARISAN
ketika akan dicipta sebagai manusia
adam tak pernah membayangkan bagaimana hidup ini
jadi ia tak menolak saat tuhan meniupkan ruh dalam
tubuhnya
dan tatkala pertama kali kakinya terasa perih
melepuh terbakar panasnya pasir gurun
segalanya telah terlambat
tinggal kita kini mewarisi derita itu sepanjang masa
sebagai balas budi pada tuhan
yang telah memberi kita mimpi-mimpi
57
IBLIS SI KAMBING HITAM
bahwa warisan satu-satunya dalam hidup ini adalah
mimpi
tak seorangpun tahu
tidak juga adam
maka waktu adam terpedaya dan terusir dari sorga
semua kesalahan dibebankan pada iblis
lantaran ulah iblis adam telanjang dan tuhan murka
hingga kini iblis menerima saja segala sumpah dan
serapah
yang kita lontarkan padanya
karena iblis juga tak pernah tahu tentang warisan kita
58
AIR MATA
yang pertama air mata
lalu batu
yang dicipta tuhan
setelah menggelar bumi
maka ketika pertama kali tiba di bumi
adam tersentak
: yang membanjir-mengalir di hadapannya
(yang kemudian disebut sungai atau laut)
tak lain adalah air matanya sendiri
yang menetes deras
sebelum melangkah ke luar meninggalkan sorga
59
SEPI MENEPI
sepi menepi
ke tengah belantara semesta
saat adam tiba pertama kalinya
di bumi
sepi menepi
ke ujung batas semesta
saat adam berteriak pertama kalinya
di bumi
sepi menepi
ke dalam kubur semesta
saat anak adam lahir pertama kalinya
di bumi
60
BUKAN SALAHKU
sebatang rumput tengah memimpikan dunia
menjerit tiba-tiba kesakitan
--kakimu menapak di atasnya--
suaranya keras memecah kesunyian
membangunkan adam dan hawa
dari tidur abadinya
"bukan salahku," seru adam
menatap cermin di sisinya hawa merenung
wajahnya masih seperti dulu, ayu
"tapi kau telah mewariskan dosa demi dosa
lewat anak cucumu," teriak cermin
"bukan salahku," isak hawa
61
PLEDOI PEMBUNUH PERTAMA
embun di balik kelopak bunga tahu:
tuhan yang mengasah pedang
di tanganku
tuhan yang mengayunkan pedang
di tanganku
menikamkan ke dada saudaraku
menebas lehernya
embun yang bersembunyi di balik kelopak bunga
yang tahu
62
BANJIR
merpati yang kaulepas lewat jendela kemarin
telah kembali
di paruhnya terjepit selembar daun
(pertanda banjir telah surut)
ujarnya setelah menyerahkan daun:
--banjir telah surut
tapi banjir air mata di jiwa
makin menjadi
lantaran hati manusia
tak lagi mampu membendung dosa-dosa yang tiba
63
APALAGI YANG KAU HARAP
apalagi yang kau harap dari tuhan
selain rahmat?
ampunan?
o sia-sia
karena doa-doa
kini juga berlumur dosa
64
ISYARAT
tuhan
jika kau lewat dalam mimpiku
berilah aku isyarat
agar aku tahu kalau kau yang datang
agar aku bisa melihat-mu
meski hanya sekilas
65
DAUN YANG MELAYANG
daun kering yang melayang
dekat jendela kemarin
turut terbawa mimpi-mu
dan ketika akhirnya terjatuh di tanah
bercerita pada angin apa saja yang kau impikan
(maafkan aku, tuhan
aku juga turut mendengarkan
karena itu aku jadi tahu
sesungguhnya bukan aku yang ada dalam mimpi-mu)
66
SEJARAH KEJAHATAN
sejarah kejahatan diukir anak adam yang pertama
dengan darah
dan ketika gagak, si bulu hitam itu, menunjukkan
upacara penguburan
sejak itu setiap kita menemukan cara untuk
menyembunyikan kejahatan dan dosa
kubur-kubur dalam kita gali sampai ke dasar hati
untuk menyembunyikan darah dan dosa yang kita
ciptakan sendiri
karena percaya: segala yang terkubur tak satupun ada
yang tahu, juga tuhan
maka tangis bumi yang berkepanjangan setiap musim
tak lagi menggetarkan hati
daftar dosa yang siap terpampang di ujung maut
tak mengusik perasaan sama sekali
karena percaya: segala yang terkubur tak satupun ada
yang tahu, juga tuhan
begitulah, selamanya kita bersembunyi dari satu dosa
ke lain dosa
kita kubur kesalahan dengan kesalahan yang lain
kita tutup kecurangan lama dengan kecurangan baru
kita timbun kelicikan demi kelicikan dengan kelicikan
selajutnya
karena percaya: segala yang terkubur tak satupun ada
yang tahu, juga tuhan
67
TUHAN DI ATAS KITA
"di mana kau sembunyi, adam?" tanya tuhan
--adam di balik belukar sorga--
tapi di mana kita sembunyi sekarang
tuhan di atas kita
dan tak ada belukar di bumi
kecuali selembar daun
secarik kain dan kertas yang gampang berterbangan
dihembus angin
tuhan di atas kita
menatap ke mana-mana
"kenapa kau sembunyi, adam?" tanya tuhan
--adam telah makan buah larangan--
tapi apa yang bisa kita sembunyikan sekarang
tuhan di atas kita
dan tak ada belukar di bumi
kecuali selembar daun
secarik kain dan kertas yang gampang berterbangan
dihembus angin
tuhan di atas kita
menatap ke mana-mana
68
SAJAK TENTANG ANAK-ANAK
"akulah tuhan"
"aku malaikat"
"aku dokter"
"aku ayah"
"siapa yang jadi anak?"
(adam turun di padang ilalang memburu mimpi
sementara hawa menangis kehabisan air susu
tapi anak-anak di halaman tak pernah tahu
apa arti matahari untuk hari ini
pun seonggok sampah penuh timbunan
penyakit, jadi tempat mainan)
"kalau mati aku pilih masuk sorga"
"aku juga"
"enakan di neraka, bisa lihat bintang film"
"aku juga pilih di neraka"
"kalau kalian mati, aku yang menghabiskan kembang
gula di laci"
(sementara hawa menatap firdaus yang tenggelam
dalam kedinginan kabut
adam mempertahankan mimpi di bibir jurang
tapi anak-anak di halaman tak pernah tahu
berlarian ke jalan mereka melepas tawa)
69
TUHAN, CINTAMU TERJATUH DI RERUMPUTAN
rasanya cintamu terjatuh di sini
di atas rerumputan, di balik belukar
bukankah begitu, tuhan?
bukankah cinta yang kau ulurkan padaku sore lalu itu
terjatuh di sini?
rasanya memang di sini
ketika tanganmu berkelebat mengulurkan cinta itu
sore lalu
aku yang tengah tenggelam dalam doa
menunggu isyaratmu
tersentak kaget
lalu cinta itu terjatuh
sebelum tanganku sempat menggenggamnya
cinta itu terjatuh di rerumputan
cinta itu terjatuh di rerumputan, tuhan
dan sampai sekarang aku masih mencarinya
lantaran tanganmu rasanya tak mungkin datang lagi
terulur di hadapanku membawa cinta seperti sore
lalu itu
70
PADA BATU DAN RERUMPUTAN
pada batu kutitipkan cintaku
lantaran batu tak pernah ingkar
pada rerumputan kuserahkan kejujuranku
lantaran rerumputan tak pernah dusta
71
EPISODE KEMATIAN TUHAN
tuhan telah tiada
sudahkah kau dengar itu?
tuhan telah tiada
setelah berabad-abad mengembara
tak menemukan secuilpun tempat berpijak
sejak adam dinobatkan sebagai penguasa
tuhan terusir dari bumi ini
bermusim-musim ia mengembara
mencari pemuja dirinya
tak seorangpun diketemukan
pernah sekali waktu kulihat
tuhan termangu di bawah rindang pohon
lelah, putus asa
memandang lalu-lalang manusia
mengumbar kepalsuan-kepalsuan
di balik wahyu kebesaran yang ia berikan pada mereka
kudengar desahnya
berat
dan air mata menetes di pipinya yang keriput
tua, termakan batin
--kenapa kau ciptakan makhluk seperti itu, tuhan?--
tanyaku hati-hati dengan rasa iba yang mendalam
72
ia tak menyahut
gurat penyesalan cuma yang tampak
amat dalam
dan kepedihannya makin dalam
kala tahu makin lama manusia makin jauh darinya
sampai hari itu
di sebuah jalan yang tak pernah dilewati manusia
kulihat tuhan tergeletak tak bergeming
gemetar berlutut kuraba seluruh dirinya
:ia telah tiada
tuhan telah tiada
tuhan telah mati
dan tak seorangpun yang menangisi
kecuali burung-burung dan rerumputan
dan angin dan ombak lautan dan pepohonan
tafakur berduka atas kepergiannya
tuhan telah tiada
tuhan telah mati
di bumi tua penuh dosa ini
kumakamkan
73
RUMAH CINTA SANG PENYAIR
dalam rumahku silahkan anda singgah
silahkan, kubuka pintu buat siapa saja
tak ada anjing penjaga atau pagar besi menghadang
rumahku buat siapa saja
silahkan, tuan, silahkan, nyonya, singgah
mungkin anda lelah dan perlu istirahat
seharian telah mengerahkan tenaga
sebaiknya berhenti barang sejenak
di sini anda tak perlu berpikir tentang perang
sulitnya hidup atau kesalahan kemarin
rumahku tempat perdamaian atas nama siapa saja
dan penenang batin anda dari segala kesusahan
jangan tuan dan nyonya ragu
jika lewat depan rumahku singgahlah sebentar
tak ada beda siapa anda
rumahku buat siapa saja yang punya cinta
aku tak memandang anda dari warna kulit
bahasa atau bangsa atau sinar mata
aku akan membantu anda melepas kesulitan
rumahku buat siapa saja yang ingin cinta
74
bukankah anda selalu berpikir tentang kesulitan
tak ada salahnya melupakan barang sejenak
hari ini kita bisa bersahabat dan berdamai
kita lupakan, tuan, kesalahfahaman dan sengketa
atau kita rundingkan tentang suasana baru
jangan tergesa anda marah walau musuh yang salah
di rumahku kita berpikir secara jernih
perdamaian sebelum memulai perang dan permusuhan
mari, tuan, mari, nyonya, untuk anda kubuka pintu
untuk anda yang datang ke rumahku kujamu
jangan ragu, aku tak membedakan siapa anda
rumahku rumah cinta segala cinta
75
MUSIM HUJAN
musim yang menggantung
di bawah langit
hari ini
kuyup
burung-burung menghitung mimpinya
satu-satu
beku
sudah malam, ujarmu sambil menutup pintu
angin tiba-tiba berhenti
bisu
kaku
beku
sementara malam lama sudah berlalu
menerjang pepohonan
menerjang belukar
menerjang mimpi
beku
di dalam kita masih sibuk
menghitung waktu
:adakah sudah berganti?
76
KALAU MAUT
I
kalau maut datang menjemput
yang berjalan berjalan sendiri dengan bayangan
yang bicara bicara sendiri dengan bayangan
yang menangis menangis sendiri dengan bayangan
dan monumen cerita yang tertulis dalam agenda
jadi teman setia
ketika sepi ketika malam ketika mimpi
menggantikan tangis agar tak berkepanjangan
77
II
kalau maut turun di jalan
jejak terendam di lumpur di jalan
mati satu-satu tanpa doa
kaukah yang menggigil di bawah angin?
mati satu-satu
terbawa musim terus lewat
terbawa angin dan melayang jauh
sampai mimpi tinggal bayangan
tak kau kenal pun baunya sangat asing
tiba-tiba saja kau dibuatnya terjerat
(suatu saat waktu kau tak ingat)
78
ZIARAH
I
hanya bunga yang bisa kupersembahkan sebagai sesaji
hanya bunga dengan doa
maafkan, tanpa kusertai cinta
karena cintaku terlanjur kering di dasar hati
79
II
lama sudah
doa ini kutaruh di sini
di atas kuburmu
di sisi nisan
tapi kenapa masih utuh
sampai sekarang?
80
SELAMAT JALAN
adikku Sarti Ningsih
selamat jalan!
adakah yang lebih berkesan selain ucapan ini?
tak pernah aku tahu
hanya jika membayangkan rerumputan
terlalu asing:
rasaku kau masih ada
bersama tawa, rasa ingin dan mimpi hari depan
selamat jalan!
aku rasa ucapan ini memang paling akrab
dengan sedikit doa, kenangan
dan sekali waktu upacara kecil
karena setelah itu, setelah semua berlalu
payung lama sudah dikatupkan
dan keramain tanda duka usài
kita berada dalam dunia yang berbeda
kau bisa lebih tenang
dibanding ketika masih bersama
melepas masa kanak-kanak dan berharap
suatu saat mendapat hari baik
81
tak usah sedih
duniamu kini lebih baik
jangan sedih
pun setiap ada air mata menetes mengingatmu
itu cuma kenangan lewat
seperti angin: bisa menidurkan dan dikejutkan mimpi
selamat jalan!
aku akan menyusulmu --suatu ketika
82
GIMIEN ARTEKJURSI
Lahir, 3 Agustus l963, di Banyuwangi. Menulis puisi di media cetak dan online di Indonesia.
Antologi bersama: Penyintas Makna (2021), Pujangga Facebook Indonesia (2022), Jazirah Sebelas: Laut dan Kembara Kata kata (2022).
83
0 Komentar
Andai bisa klaim Honor untuk karya puisi dan cerpen yang tayang sejak 1 April 2024