:Gimien Artekjursi
SAWAH TERAKHIR
(balada seorang petani)
"tanamlah, kau pasti memanen"
itu pesan orang tuanya
orang tua yang dengan kegigihan dan kepiawaiannya
bisa mewariskan sawah kepada anak-anaknya
dan telah berpuluh tahun
ia isi hari-harinya mewujudkan pesan sang orang tua
meski satu demi satu
milik saudaranya berpindah tangan
ia berusaha keras menjaga dan melestarikan warisan itu
berpuluh tahun hampir selalu
pagi ketika matahari baru mulai menampakkan semburatnya
ia susuri pematang sawah
menerobos rimbun jagung atau sayur kala musim palawija
dan beceknya lumpur kala musim padi
baru pulang ketika petang mulai datang
sepanjang hari mengolah sawah
tak peduli terik matahari memanggang
berteduh hanya ketika lelah atau hujan mengguyur
tapi menjadi petani tradisional di negeri ini
hanya memiliki sawah ratusan meter persegi
sama sekali tak menjanjikan kemewahan
masih untung bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari
itu pun harus diiringi perjuangan tiada henti
sementara anak-anak masa kini
punya semboyan sendiri:
tak menanggung beban berat
tapi merasakan kelebihan nikmat
maka satu demi satu warisan saudaranya dijual
demi kemauan anak-anak:
untuk usaha baru dan keperluan lainnya
ia sendiri berusaha bertahan
semula di tangan petani lain
sawah-sawah itu masih setia menumbuhkan tanaman
ketika masa berganti
ketika pengembang perumahan mulai merambah wilayah itu
sepetak demi sepetak
sawah-sawah ganti ditumbuhi rumah-rumah bersubsidi
harga petak-petak sawah yang semula murah
semakin hari makin bernilai rupiah
sementara mengurus sawah semakin hari makin susah
membuat petani tergiur menjual sawah
dan beralih mencari lain pekerjaan
dan perumahan terus merambat
menggusur sawah-sawah petak demi petak
sampai tinggal sawah miliknya yang sisa
itupun terganjal masalah
mulai dari pengairan yang sulit
jalan keluar masuk ke sawah tempatnya juga tertutup
maka tak ada lagi pilihan
ditukarnya sawah warisan itu
dengan lembar-lembar rupiah
sementara mencari sawah pengganti di tempatnya kini
sudah tak ada lagi
menyesal tapi tak ada lagi jalan keluar
ziarah ke kubur kedua orang tuanya usai urusan jual beli sawah
terucap lirih suara sesal dari bibir tuanya:
"maafkan, aku tak bisa menjaga amanahmu"
Kumendung, 5 Agustus 2023
0 Komentar
Andai bisa klaim Honor untuk karya puisi dan cerpen yang tayang sejak 1 April 2024