Lestari Sastra
Masam di Pandang Mata
Sekejap senyum merekah di balik pintu
Isyaratkan kelabu
Kau indah, namun duri
Kau menawan, namun menyayat hati
Bisikan raut-raut masam pun bertengger di depan mata
Kau ini siapa
Apa tanda yang ingin kau cari
Jelas-jelas di pandang mata masih terlihat abu belum resmi
Sebab hanya bilangan angka
Asumsi dan opini kian beterbangan di raut masa
Apa yang sebenarnya kau cari
Bukankah Ia adalah milik kita bersama?
Lasem, 22 Juni 2023
Jalan Tol Menuju Neraka
Gina sangat sedih
Mendengar hati ibu kian mendayu-dayu lirih
Ibu mengadu padaku
Perihal rasa iri dan dengki
"Nak, apakah aku salah menyembunyikan kemegahan ini didepan bapakmu?"
Sudah barang tentu
Ayahmu akan merajamku
Karena merasa ia sangat direndahkan
Lalu, Gina pun bergumam di bawah pohon cemara yang berlenggak-lenggok malu
Seraya mengelus kambing gimbalnya
Seandainya kau bisa menafsirkan hati bapakku
Kau akan melakukan apa?
Lalu, terkejutnya Gina melihat reaksi kambing itu mengelus rambutnya
"Gina, andaikan aku bapakmu. Aku akan berkata jika aku sangat bangga. Karena kambing yang dapat berbicara ini bisa menolongmu untuk tak terperosot menuju ke jalan tol neraka"
Lasem, 22 Juni 2023
Fantasiku
Diammu, simfoniku
Senyummu, misteriku
Teduhmu, kebutuhanku
Pesonamu menggodaku
Hanya sebuah titik dimana koma tak akan cukup untuk menghentikan fantasiku
Cinta adalah hierarki
Apabila hierarki itu runtuh
Rusak susu sebelanga
Ia ibarat air yang jernih
Jika diobok-obok
Ikannya akan mabok
Seperti cintaku padamu
Lasem, 22 Juni 2023
Ajak Aku Jejal Duniamu
Dari satu waktu yang terukir di atas semesta
Hingga tak habis pikir
Apa saja pamrih yang harus ku berikan tuk malammu
Kau...
Bagai bintang yang masih bingung
Untuk siapa dikau berpijar
Entah itu padaku
Atau pada langit yang lain
Aku sadar...
Kau belum leluasa merajah di atas langit-langit hatiku
Hingga kau masih carut marut
Dan memaksakan untuk berhias diri ke berbagai langit langit kelabu
Jangan sekali-kali kau menoleh di samping laramu sendiri
Dengan luka-luka dan asumsi ragumu di masa lampau
Dengan meneguk kopi dingin dan membaca buku lusuhmu terkoyak habis-habisan tertelan kenangan
Ajak aku
Untuk menjejal semua cerita dunia ini
Dengan banyak rasa
Dan derap langkah sedikit memaksa seperti kala itu
Lasem, 29 Juni 2023
Bukankah Kau Sayang Padaku
Ayah, bukankah kau sangat sayang padaku?
Namun, acap kali kau seperti geli menatapku
Dan memalingkan kecut wajah pasimu
Aku hanya ingin sekedar mengeja A B C sampai Z
Seperti dulu saat waktu belum bisa ku jamah
Dan disaat aku masih belum mengerti
Mana air kencing dan mana air susu ibu
Ayah, bukankah kau sangat ingin memelukku?
Sedari kecil sampai anakmu secantik primadona yang kau kagumi di film nona biru
Tapi sering kali pantatmu terasa dingin untuk sekedar duduk bersanding
Seraya mendengar cericit burung sutra merpati
Dalam hati terbersit tanya yang menggebu deru, "Bagaimana aku bisa mencintai lelaki selain dirimu, jika kau saja tak bisa memberiku kasih sayang layaknya ayah dan anak?"
"Salahkah aku, menuntut bahagia?"
Lalu sang ayah menjawab, "maafkan ayahmu, Nak. Ayah hanya bisa melihat tanpa mendekat. Ayah hanya tidak bisa mengekspresikan rasa itu tertuang secara penuh di cangkirmu dengan khidmat."
Semenjak hari itu
Sia
ng enggan menggulung teriknya
Dan hanya bisa berharap culas
Aku tertunduk dan berpekik
"Cukup paham".
Lasem, 15 Juli 2023
0 Komentar
Andai bisa klaim Honor untuk karya puisi dan cerpen yang tayang sejak 1 April 2024