:Gimien Artekjursi
NYANYIAN BANGSA YANG TERUSIR
di tanah ini seharusnya kami berkubur
karena air ketuban kami di sini menetes
lalu keringat terkadang darah
dan juga nyawa
berabad-abad moyang kami berdiam di sini
tiap jengkal, tiap depa tempat ini kami kenal
seperti kami kenal garis tangan kami
setiap hela nafas, setiap jejak langkah
sudah tertanda di seluruh wilayah ini
sedari kami masih lelap sampai kembali berbaring
tak satupun terlewat
karena itu sudah seharusnya kami berkubur disini
bertanda nisan dan taburan bunga-bunga
sebagai kenangan bagi anak cucu kami
tapi sudah bermusim-musim ini
tak pernah lagi kami bisa tenang sejenak di halaman kami
orang-orang asing saling berdatangan
menginjak-nginjak, memporak-porandakan tempat tinggal kami
menghancurkan jerih-payah kami
bahkan membantai kami
tak terhitung nyawa keluarga dan saudara melayang
sia-sia kami melawan
pedang dan tangan kami tak bisa membalas mesiu mereka
segala daya upaya kami tak guna menandingi mereka
sia-sia kami melawan
kini kami berada di tebing kepunahan
tanah tempat mula leluhur telah tiada
bukan hanya keluarga
suku dan bangsa kami pun semakin tumpas
di tepi hari kini kami hanya bisa berdiri
menanti detik-detik menggulung keluarga terakhir suku kami
lenyap musnah dari muka bumi
Kumedung, 2023
GIMIEN ARTEKJURSI, lahir 03 Agustus l963. Tinggal di desa Kumendung, Muncar, Banyuwangi. Puisinya dimuat di media cetak dan online di Indonesia. Antologi bersama: Penyintas Makna, Pujangga Facebook Indonesia, Laut dan Kembara Kata kata (Jazirah Sebelas), Larung Sastra, Sulur Kembang Sri Tanjung, Deklarasi Puisi Untuk Negeri, Rendezvous!, Anak-Anak Merah-Putih.
Memenangkan lomba cipta puisi Sanggar Minum Kopi Denpasar 1989, dan Negeri Kertas .com 2022, Nominasi Anugerah Sastra Apajake 2023.
WA: 085333554684
FB: Gimien Artekjursi.
FB: #gartpoeisi
#gartpoeisi23
0 Komentar
Andai bisa klaim Honor untuk karya puisi dan cerpen yang tayang sejak 1 April 2024