Di atas kertas
negeriku dipuja-puja
sebagai zamrud di khatulistiwa
keindahannya bak surga
Di atas kertas
negeriku dipuja-puja
kekayaan alamnya tiada tara
penduduknya ramah bersahaja
Di atas kertas
negeriku senantiasa dipuji
luasnya membentang tak terperi
tambang-tambang menunggu digali
Di atas kertas
negeriku senantiasa dipuji
rakyatnya sungguh berbudi
sikapnya penuh toleransi
Tapi...
itu hanya di atas kertas
kenyataannya korupsi jadi prestasi
kekayaan dieksploitasi
bukan untuk rakyat sendiri
Tapi...
itu hanya di atas kertas
katanya kaya hutangnya merajalela
katanya toleransi rakyat diperkusi
katanya cipratan surga....
Ah, sudahlah
kutahu sekarang ternyata....
negeri hanyalah
negeri di atas kertas
Malang, 9-08-2023
Abdul
Mukhid, lahir di
Malang 22 Februari 1974. Alumnus Jurusan Pendidikan Bahasa
Inggris IKIP Malang (sekarang Univeritas Negeri Malang). Karya-karya cerpen
dan puisinya tersebar
di puluhan antologi
bersama, yang terakhir terbit bersama 50 puisi pilihan Hari Puisi
Indonesia, dan antologi Dua Kota Dua Pulau (2021). Buku sastra tunggal yang
pernah diterbitkan yaitu kumpulan puisi tunggal Tulislah Namaku Dengan Abu
(2006) dan Tahu Bulat Tanda Kiamat (Mudilan Med, 2018), dan kumpulan cerpen
tunggal Lelaki Yang Mengandung Bidadari (Penerbit Pelangi Sastra, 2018). Juga
menulis buku motivasi, Bertanya atau Menjadi Keledai (Penerbit Pinus, 2009).
Sekarang menjadi penerjemah lepas, dan menjadi Anggota Dewan Seniman Bidang
Sastra Dewan Kesenian Malang, No WA 08179614773
0 Komentar
Andai bisa klaim Honor untuk karya puisi dan cerpen yang tayang sejak 1 April 2024