Oleh: Ahmad Rizal
Aku lupa menutup jendela
Tiba-tiba malam masuk ke dalam kamar
Hinggap di pelupuk mata
Mungkin aku sedang tak berkhayal
Atau khayal yang sedang mungkin;
Bahwa kita sedang mematung di ujung dermaga
Menanti nahkoda menepikan kapalnya
Antara sepi dan riuh rendah gelisah hati
Angin kota Sarang mungkin sama
Di sampingmu- di sampingku
Bila dingin akan sama-sama dingin
Dan kampung halaman memanggil begitu gigil
Aku sedang tak berkhayal;
Bahwa Kau dan aku tetap menanti di ujung dermaga
Menghitung satu, dua perahu yang berlalu malam ini
Menenggelamkan ketakutan akan kemungkinan lain
Di hadapan waktu yang terus melaju
Silau cahaya
Layaknya matahari yang terbit suatu pagi
Di kamar ini rindu mengepul lebih lebat dari yang kau tau...
Oleh: Ahmad Rizal
Engkau berdiri menyulut tubuh di pilar-pilar rumah yang resah
Memanggil dzikir dan do’a-do’a riuh di sepanjang mata baramu
Nafasmu harum mendulang penuhi kelebat riuh pembaringan
Semerbak melati dan seribu dupa aroma padamu
Meriuh gaduh dari mantra-mantra
Menguras rongga di keramaian yang kemarau
Dan tubuhmu semakin menghabisi usia
Menutup doa dengan debu dan mata yang masih merindu deru
Tubuhmu melambai lunglai
Mengitari tangan yang tak henti mencumbu Tuhan mendesah mengaromai harum fatihah perjalanan...
Republik Raas saat ini tercatat sebagai Mahasiswa Pascasarjana Universitas Islam Negri Maulana Malik Ibrahim Malang. (UIN-MALANG)
0 Komentar
Andai bisa klaim Honor untuk karya puisi dan cerpen yang tayang sejak 1 April 2024