Payung Hukum
Hukum di sini bagai lampu mati
tak tahu arah hendak ke mana
bergentayangan mencari pegangan
menabrak sana-sini tak peduli
Payaung hukum tak mampu menaungi
ia memilih siapa yang mau membeli
pasal-pasal menghambur seperti hujan
yang miskin makin menggigil tanpa naungan
ke manakah keadilan
seperti apakah wajahnya
apakah ia bersembunyi di ketiak hakim
yang tak mampu dan buta
membedakan hukum dan keadilan
Palu Hakim
Daun bergoyang pelan
ketika palu hakim menggebark meja
seorang terdakwa tersenyum gembira
Apakah arti julah tahun
jika bisa dibeli
menjelang peringatan hari kemerdekaan
Pencuri babak belur
pejabat tertawa pongah di penjara
itu kepastian hukum
bukan keadilan!
Mata Pisau
Di ujung mata pisau
jejak luka darah membeku
di tubuh kaku ada bekas peluru
jelaga tetringgal dalam daging yang koyak
mata pisau dan peluru
pernah hadir di tubuh layu
menjadi Tanya melahirkan praduga
bahkan berita yang tak berkabar
mata pisau dan peluru
menuliskan cerita hilang plotnya
riuh dibaca di layar kaca
tanpa ujung cerita
Mayat Berbicara
Mayat berbicara
Dengan perantara luka
Tiap nganga melisankan kata-kata
Di ujung jari dokter forensik terbacalah fakta.
Mayat berbicara
Menggerus kasak-kusuk
telinga hukum tersumbat
mata keadilan terpejam
Mayat berbicara
Dalam senyap tanpa saksi
Di meja otopsi
Di bawah lampu operasi mayat berbicara
Dengan dirinya sendiri
Menjawab sebab kematiannya.
Agus Buchori, penulis kelahiran Kampung Nelayan Paciran, Lamongan. Puisinya Perahu di Dinding Candi terpilih sebagai favorit 1 oleh Yayasan Hari Puisi Indonesia dalam lomba puisi grup FB HPI tahun 2022. Bisa dihubungi via agusbuchori@gmail.com
0 Komentar
Andai bisa klaim Honor untuk karya puisi dan cerpen yang tayang sejak 1 April 2024