Pepatah-Pepatah Tua
Suara datang buka akang bola mata
Banyak carita yang lahir di atas para-para
Banyak peribahasa yang masuk di talinga
Banyak makna macam cahaya dari sumbu pelita
Kata-kata lebih manis dari gula-gula
Seng pernah ada di halaman buku pustaka
Kecuali aroma dari bahasa yang cinta.
Di meja makang, Bapa-Mama jaga bilang
Pohon kelapa yang tinggi pasti dapa pukul dari angin setiap hari
Jadi kalau su jadi tunas, jang pernah lupa akar
Bajalang seng boleh bagoyang
Seng boleh basar pasak daripada tiang
Tetap berjuang walau katong hidup kasiang
Seng boleh gengsi yang penting seng pancuri
Bisa ketawa sadiki saat senang
Bisa saja senang tapi jang lupakan Tuhan.
Bukang orang punya, jadi harus berusaha
Susah tetap tabah seng boleh cepat menyerah, harus kuat deng doa
Karna basuara saja, Tuhan pasti tolong.
Seng boleh iko rame, karna di kota itu rame
Belajar supaya tetap balayar di jalur yang benar
Tetap rendah hati, Jang jadi matahari
Lebih puji Tuhan, kurang tetap puji Tuhan
Seng boleh lupa sombayang
Karna saat susah, samua orang pasti ilang
Inga, kalo katong ini orang kurang
jadi cari perempuan yang tarima lebih deng kurang,
yang bisa tarima deng sayang keluarga.
Mama deng Bapa seng perlu dia pung cantik deng gelar,
yang penting dia pung hati tulus, itu mama pung pesan.
Beta sering-kali dapa bilang
Kalau su jadi orang, jang lupa sapa yang topang
Kalau belum jadi orang, maju palang-palang toma akang
Bapa deng mama pasti kerja banting tulang,
yang penting sekolah sampe di ujung
supaya bisa lia ade-ade dong,
harus jadi ana tangga par Ade dong pung langka
Supaya bisa bantu-bantu, karna Bapa deng Mama makin hari tambah tua.
Ini yang beta masih ingat dari Nene
Harus jadi orang bae-bae, harus biking bae
dan kalo orang seng balas, pasti Tuhan yang balas.
Lebih biar sadiki harus baku bagi, Seng boleh makan sandiri,
Biar cuma satu piring tapi semua harus rasa,
Satu susah semua susah
Satu senang semua senang.
Kalo ada bilang ada
Kalo seng ada bilang seng ada
dan kalo seng ada jang paksa bilang ada.
Hidup susah atau senang, harus inga sudara
Biar baku marah tapi seng boleh angka sumpah
Satu suara yang satu bale muka
Satu susah yang satu datang bantu
Laeng Jang buang laeng
Laeng harus sayang laeng
Laeng harus jaga laeng
Laeng harus tolong laeng
Laeng harus lia laeng.
Di piring yang taisi dengan kasbi
Ada ribuan arti yang beta maknai
Selalu dan selalu saja di ajari
Yang kurang ditambah
Yang lebih harus dibagi,
Jang takaruang walau kurang
Jang pencuri walau seng pung sama skali dan
Jang paksa kalo menang seng bisa
Apa adanya saja yang penting jaga nama.
Ambon, 23 Juli 2023.
Bisik-bisik Dari Mulut Tik-tok
Telinga-telinga masih saja mendengar ketidakadilan mengukir tangisan
Mata-mata masih saja melihat penguasa bersenda gurau menatap pilu
Jalan-jalan masih lapar memakan poster yang samar
Batin-batin mendesah di ranjang pemerintah
Jiwa-jiwa masih disiksa dengan rencana
Alam-alam masih menangis diperkosa malam
Makam-makam masih menertawakan hukum
Hutan-hutan masih menghitung berapa hutang negara
Ikan-ikan masih menjadi jaminan modal di kantong,
Korek-korek masih saja meledak di lapangan politik
Rumah sakit masih taat menyantap tubuh mayat
Kantor-kantor masih saja angker seperti kubur
Tikus-tikus masih memakai dasi di atas kursi
Pejabat-pejabat masih saja menjilat piring rakyat
Anggaran-anggaran masih dikelola dengan laci meja
Karcis-karcis masih saja membeli aktivis
Bendera-bendera partai masih saja berdiri di jembatan yang mati
Abdi-abdi yang menjulang tinggi masih saja lupa diri
Tanah-tanah hilang perawan ditelan perusahaan
Nurani-nurani masih saja tersakiti menyaksikan
Nelayan dan petani yang mati di atas lutur api
Pesisir-pesisir masih ditampar sampah yang terdampar
Sekolah-sekolah masih sama seperti kandang domba
Siswa-siswa meminta ilmu kepada tentara
Ijazah-ijazah masih mengemis lowongan kerja
Pendidikan masih menyedihkan di balik juatan rupiah
Kolong-kolong jembatan masih menjadi rumah
Anak-anak masih terlantar seperti plastik
Taman-taman yang sudah terang, masih menertawakan
Tukang sapu yang memeluk lambung
Lampu-lampu yang masih terus menyala di kota
Menutup mata yang melihat ke dalam desa
Kamera-kamera masih saja memanipulasi data
Aplikasi-aplikasi masih saja menjual harga diri
Bola-bola di lapangan pernah juga menelan nyawa
Agama-agama masih saja bersenggama di mana-mana
Mata-mata uang masih menukar kejujuran di mahkamah agung
Orang-orang dalam masih menjadi jalur malam
Seragam-seragam masih saja menabur garam
Berita-berita masih berbicara tentang luka dan duka
Amplop-amplop masih menjamin pembunuh itu hidup
Perempuan-perempuan masih menjadi tempat kepuasan
Pemerkosaan-pemerkosaan masih seperti pemeran
Jabatan-jabatan masih sama seperti alat kelamin
Kekuasaan-kekuasan masih menjadi alat kejahatan
Kepentingan-kepentingan masih saja membunuh kesadaran
Kesepakatan-kesepakatan masih membunuh kemanusiaan
Awan-awan masih saja menghapus keresahan
Cakrawala masih setia menjatuhkan air mata
Matahari sering patah hati melihat semua yang terjadi dan
Pelangi mengucapkan selamat memaknai.
Ambon, 10 Agustus 2023.
WAKTU
Niat yang terus melaut
Merawat setiap menit
Menyambut hadiah langit
Menjahit baju semangat
Di selat hidup yang berlanjut
Ketika orang-orang menyebut
Waktu adalah berkat.
Otak mengelola detik
Jejak mengisi babak
Dibentuk oleh yang buruk
Detak jantung mendesak
Merujuk harapan di benak
Lekuk jalan berjiwa bijak
Ketika orang-orang meyakini
Waktu adalah guru yang baik.
Serius menjadi rumus
Proses mekarkan tunas
Mengemas beberapa tangis
Mengurus rasa cemas
Melintas di jalan arus
Menembus lalu lintas, dan
Terus melaju lebih keras
Ketika orang-orang menjelaskan
Waktu adalah emas.
Langkah tarus menjelajah
Tabah dalam lautan yang riuh
Meski patah dan jatuh
Lelah berusaha berubah
Ketika orang-orang berkata
Waktu adalah anugerah
Menghitung angka peluang
Berjuang dalam gelombang
Mendung mengajak bertarung
Berunding di tengah jurang
Tentang mimpi dan harapan
Ketika orang-orang memandang
Waktu adalah uang.
Eksplorasi waktu sebagai suatu investasi
_18 september 2023
PESAN
Jika ada yang datang
Sampaikan padanya
Aku sudah tenang
Jika ada yang menyapa
Sampaikan padanya
Aku sudah tertawa
Jika ada yang pulang
Sampaikan padanya
Aku sudah begitu asing
Jika ada yang menghampiri
Sampaikan padanya
Aku sudah merawat hati
Jika ada yang kembali
Sampaikan padanya
Aku sudah membaik
Jika ada yang ingin merubah
Sampaikan padanya
Aku sudah terlanjur pulih
Jika ada yang katakan cinta
Sampaikan padanya
Aku tak lagi percaya
Jika ada yang meneteskan air mata
Sampaikan padanya
Aku sudah menelan luka
Jika ada yang meminta maaf
Sampaikan padanya
Aku sudah menghapusnya dari syafaat
Ambon, 23 September 2023
TANYA
Di sore yang merona
Senja itu bertanya
Dimanakah dia
Yang aku cinta
Melebihi indah warnanya ?
Di pagi yang seri
Pelangi itu bertanya
Dimanakah dia
Yang aku akui
Cantiknya melebihi hadirnya ?
Di malam yang tentram
Rembulan itu bertanya
Dimanakah dia
Yang aku kagumi
Senyuman yang melebihi cahayanya ?
Di siang yang terang
Matahari itu bertanya
Dimanakah dia
Yang aku sayangi
Melebihi kesetiaannya ?
Di pasir yang lembut
Laut itu bertanya
Dimanakah dia
Yang aku peluk erat
Melebihi pasang surutnya ?
02 September 2023
_____________________________________________________
Aldian Dahoklory, pria kelahiran Yawuru, 16 Oktober 2002. Pecinta Puisi. Statusnya sebagai mahasiswa di Universitas Pattimura, jurusan Sastra dan Bahasa Indonesia.
0 Komentar
Andai bisa klaim Honor untuk karya puisi dan cerpen yang tayang sejak 1 April 2024