005

header ads

Azza Kaseko Dan Triana Rosantini, 2 Sepupu, 2 Gaya Pada Pameran Lukisan

Pada Rabu malam, 21 Agustus 2024, dua orang pelukis yang merupakan saudara sepupu, yakni, Azza Kaseko dan Triana Rosantini menggelar acara pembukaan pameran lukisan karya mereka di Balai Budaya, di Jalan Gereja Theresia No.47 Jakarta Pusat. Pameran Lukisan tersebut bertajuk, "2 Sepupu, 2 Gaya"  telah berlangsung dari 21 hingga 27 Agustus 2024.  Acara dimulai pukul 19.00, dan dihadiri oleh Profesor Doktor Meutia F. Hatta Swasono, yang merupakan putri mantan wakil presiden, tokoh proklamator Indonesia, Mohammad Hatta. 


Syahnagra Ismail, selaku Kepala Balai Budaya, dalam kata sambutannya menyampaikan bahwa Balai Budaya selalu terbuka bagi siapapun seniman yang ingin menggelar acara seni-budaya, karena kesenian harus terus berdenyut dan berbicara sebagai penghalus budi dan batin masyarakat di era zaman yang sangat terbuka saat ini.


"Balai Budaya tentunya selalu disibukkan dengan banyak kegiatan kebudayaan seperti misal pameran lukisan 2 Sepupu, 2 Gaya  ini, karena kebudayaan harus selalu dihidupkan setiap saat, sebagai cara seniman membangun kesadaran kepada masyarakat luas tentang estetika kehidupan melalui karya seni. Dan karya seni itu sendiri bagian atau produk dari ekosistem kebudayaan. Saya sering dan tak lelah berkata bahwa Indonesia harus memiliki Menteri Kebudayaan yang terpisah dari bidang lain. Agar ekosistem kebudayaan tumbuh kuat, masyarakat dapat teredukasi tentang seni dan budaya secara baik. Serta segala persoalan kebangsaan dan kenegaraan dapat diselesaikan dengan pendekatan kesenian dan kebudayaan. Hal ini yang sesungguhnya dibutuhkan oleh masyarakat kita saat ini."Ujar Syahnagra menegaskan.


Azza Kaseko adalah pelukis yang dalam berkarya menawarkan berbagai tema dari berbagai obyek seperti, aktivitas sosial manusia, para tokoh, kota, alam dan sebagainya, secara representatif sesuai dengan keadaan real dari obyek. Pria yang pernah mengenyam pendidikan pada Fisip UI, Fakultas Seni Rupa Desain Interior Institut Kesenian Jakarta (FSDI KJ) dan Arsitektur Universitas Mercubuana, ini menuturkan bahwa sangat membutuhkan kesabaran dalam melukis, terlebih ia sangat memperhatikan bentuk detail dari obyek yang dilukisnya. Tampak beberapa lukisan karyanya yang ia pamerkan, seperti, sosok Soekarno (Proklamator RI), Gusdur, Monalisa dan Kota New York, aktivitas penyapu jalan, pasukan brimob, taruna Akabri, dan lain-lain


"Saya memang lebih memilih untuk melukis obyek-obyek yang realis, seperti aktivitas dari berbagai lapisan masyarakat, beberapa tokoh bangsa, suasana alam dan perkotaan, dengan tetap menghadirkan sesuatu yang berbeda, menarik perhatian, serta kedetailan obyek. Ada pula pesan kesatiran terhadap situasi bangsa dan negara saat ini yang sengaja saya tampilkan. Untuk gaya abstrak sendiri saya hadirkan sebagai background, dengan tetap menampilkan obyek realis sebagai obyek utama lukisan. Ada sekitar 20-an karya lukis yang saya pamerkan, lukisan-lukisan tersebut saya persiapkan sejak lama sambil menunggu jadwal untuk bisa berpameran di Balai Budaya ini." Ungkap Azza Kazeko. 


Profesor Doktor Moetia F. Hatta Swasono, yang merupakan mantan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Kabinet Indonesia Bersatu (2004 hingga 2009) pimpinan Susilo Bambang Yudhoyono, sekaligus dosen pembimbing Triana saat menyelesaikan studinya di jurusan Antropologi UI, ia malam itu berkenan memberikan kata sambutan sesaat sebelum proses gunting pita ketika membuka pameran dan memasuki ruang pameran di balai budaya,


"Saya mengapresiasi pameran lukisan dua bersaudara, Azza Kaseko dan Triana Rosantini ini, kerja kreatif mereka telah menghasilkan karya-karya indah yang menghadirkan semacam penawar estetis bagi situasi bangsa saat ini. Dan mereka sangat fokus untuk itu, seperti apa yang dilakukan Triana, dari tidak suka melukis, namun sekarang telah menjadi pelukis dan menggelar pameran. Sebagai Antropolog memang harus mempunyai kesukaan terhadap hal lain di luar bidang Antropologi, saya bersama Triana sudah sering melakukan perjalanan riset dan penelitian ke berbagai daerah, satu di antaranya adalah ke Papua, di sana tepatnya di puncak jayawijaya terdapat danau yang asin. Seperti Triana saya pun memiliki kesukaan atau hobi di luar antropologi, yakni memotret, dengan memotret saya dapat merekam berbagai aktivitas manusia, alam, hewan-hewan, tempat-tempat yang memang menarik perhatian saya, atau lain-lain. Ada benang merah antara melukis dan memotret saya rasa, karena ada cerita dan warna-warna dari keduanya. Saya mengerti Triana sangat menyukai warna biru dan dia pernah berusaha untuk melukis bunga warna biru, maka saya menyesuaikan dengan mengenakan pakaian saya saat ini, tetapi saya yakin lukisan Triana itu kaya dengan warna-warni. Dan acara pameran seperti ini sangat positif sebagai cara untuk terus menghidupkan seni dan budaya di negara kita tercinta ini." Tutur Moetia. 


Triana Rosantini, ia lebih senang melukis bunga dengan permainan komposisi warna untuk menyampaikan energi dari obyek, melalui pemilihan warna cerah yang menonjolkan gradasi warna dan unsur pencahayaan pada lukisannya, sehingga tercapai kesan keindahan estetik yang diinginkan pada lukisan karyanya. Dalam proses kreatifnya. Perempuan yang merupakan alumni dari jurusan Antropologi UI ini mengungkapkan bahwa ia sangat mendalami dan menghayati obyek bunga, dan hal tersebut memberi energi positif kepada dirinya sebagai timbal balik. 


"Awal ketertarikan saya terhadap seni lukis adalah saat almarhum adik saya yang saat itu tengah menempuh pendidikan di fakultas seni rupa IKJ, menyarankan kepada saya untuk menyalurkan hobi melukis sebagai cara mengisi waktu luang saya di rumah. Awalnya saya bahkan tidak tertarik saat ia mencontohkannya di atas kanvas sembari bertanya hal apa yang saya sukai. Saya katakan kepadanya bahwa saya menyukai bunga, maka ia pun berkata lukislah apa yang saya sukai itu." Ungkap Triana.


Dan Triana pun mulai melukis di ruang tengah rumahnya sambil mendengarkan lagu yang disetel dari handphonenya serta bernyanyi mengikuti lagu itu. Ia gulirkan imajinya pada kanvas, namun saat ada keperluan rumah tangga atau ada tamu yang datang, ia hentikan proses melukis dan dilanjutkan kembali saat urusan di luar melukis selesai tanpa terganggu ide yang tadi telah tertuang sebagian pada kanvas. Dan keluarganya sangat mengapresiasi kegiatan melukisnya.


"Suami saya adalah pengkritik paling keras terhadap karya saya, tapi ia juga pendukung paling setia untuk kegiatan saya, begitu pula anak dan menantu saya," tutup Triana.


Liputan: Wahyu Toveng 












Posting Komentar

0 Komentar