005

header ads

Kisah Yaksa Agus, Seniman Penyintas Hemofilia




NEGERIKERTAS.COM - Yogyakarta, Yaksa Agus, seniman asal Yogyakarta yang juga penyintas hemofilia, mengungkapkan perjalanannya hidup berdampingan dengan kondisi genetiknya melalui karya seni. Sejak 31 Desember 2024, ia memulai proyek "Art Therapy" berupa jurnal harian berupa sketsa di atas media bekas kemasan obat injeksi hemofilia. Proyek ini bukan hanya catatan pribadi, tetapi juga eksplorasi emosional dan filosofis yang mendalam.

Inspirasi utama karya Yaksa Agus berasal dari pengalaman rutin menyuntik obat hemofilia untuk mencegah perdarahan. Setiap sketsa merekam emosi, peristiwa, dan harapannya sehari-hari. 

"Catatan harian ini adalah cara saya berdamai dengan hemofilia, yang sebenarnya bukan penyakit, melainkan kelainan genetik," ujar Yaksa Agus. Proyek ini akan berlanjut hingga 31 Desember 2025.

Diagnose hemofilia sejak kecil setelah mengalami pendarahan hebat saat sunat, Yaksa Agus menghadapi berbagai tantangan sosial, termasuk bullying dari teman sebaya dan guru. "Seringkali saya diejek dan dianggap difabel, padahal secara fisik terlihat sehat," kenangnya. Ia bahkan mengalami bullying dari guru olahraga dan guru ngaji di kampungnya.

 

Namun, dukungan dari para seniman muda membantunya melewati masa-masa sulit. "Mereka memberi saya kepercayaan diri dan mengarahkan bakat saya dalam melukis," katanya. Proyek art therapy ini awalnya bertujuan untuk membangun rasa percaya diri pada penyintas hemofilia muda dan memandu bakat mereka. "Menggambar dan melukis tidak harus untuk menjadi pelukis terkenal, tetapi setiap ilmu pengetahuan melibatkan visualisasi," jelasnya.      
                           
Yaksa Agus berharap karyanya dapat menginspirasi penyintas hemofilia lainnya untuk mengekspresikan diri dan menerima kondisi mereka. Ia juga menekankan pentingnya dukungan keluarga dan lingkungan sekitar untuk mencegah dampak psikologis negatif.

Hemofilia adalah kelainan genetik yang menyebabkan darah sulit membeku. Pengobatannya melibatkan injeksi faktor pembekuan darah, seperti Faktor VIII (untuk hemofilia A) dan Faktor IX (untuk hemofilia B). Penggunaan obat ini memiliki manfaat, tetapi juga terdapat efek samping.

Yaksa Agus, seniman kelahiran Bantul, Yogyakarta (23 Agustus 1975), adalah seorang perupa yang perjalanannya diwarnai oleh eksplorasi diri dan refleksi sosial. Lulusan SMSR dan ISI Yogyakarta, ia telah mengadakan banyak pameran tunggal dan kelompok, baik di dalam maupun luar negeri, menunjukkan konsistensinya dalam berkarya. Dari pameran "Seni untuk Kemanusiaan" hingga "Yaksapedia", karyanya mencerminkan pergulatan batin dan pengamatannya terhadap lingkungan sekitar. Prestasi yaksa Agus termasuk kemenangannya di AIAA Awards 2005. Ia juga aktif sebagai kurator dan penulis dalam berbagai proyek seni. Hubungi Yaksa Agus melalui yaksa.agus@gmail.com atau temukan karyanya di Facebook (Yaksa), Instagram (Yaksapedia), dan Twitter (studioBodo@yaksapedia).

(*)

Erna Wiyono - Visual Artist, Writer, Journalist, Visual Arts Educator, Creative Director, Indonesia Dancer.



Posting Komentar

0 Komentar