Puisi : Rianda Akbari
Editor : Erna Wiyono
satu buah tustel terbujur kaku
warisan
dari suami yang tiada
lelah
menjepret objek demi objek
perlahan,
tanganku
meraba
gulungan
lembar film tak sempat tercetak
cahya
bohlam jatuh memendar
terawang,
sketsa gelap putih tak bergerak
O,
dadaku
berkembang
angin
bulan April menggelitik tengkuk
dekap
aku
kecuplah
segarang anjing melolong
bagai
gerayangan lensa membidik
ayam
dan ikan
kue
kue cantik menawan
warna
warni sirup menyilap
menggendamku
sekian lama
tercekat,
buih
melayang bak gelembung sabun
kaki
ku ramping tak berdaging
suami
baru begitu bodoh
merajang
ku hingga mendidih
dengarlah anak ku
enyahkan kidung kidung kasih
mendayu bagai nyiuran kelapa di
Palabuhanratu
sekali tidak!
Aku beranak dan vonis racauan dari
negri nun jauh menghunjam kita
“Malam terasa panjang, saat lelaki miskin
kawin”
bukan, tapi
“Seratus tahun terasa panjang, janda
beranak disesap lelaki miskin”
izinkan sekali saja
kurentangkan tambang 10 hasta
agar memilit leherku
hingga hancur
hancur
(*)
Bionarasi :
Rianda Akbari, lahir di Sukabumi, Jawa Barat pada 13 April 1995, adalah seorang penulis yang aktif menyuarakan kepedulian terhadap satwa liar dan lingkungan hidup. Sejak tahun 2019, ia telah berkontribusi dalam berbagai media online dengan karya-karya tulisnya yang mengangkat isu-isu lingkungan. Dedikasi Rianda terhadap pelestarian alam tercermin dalam dua puisinya, "Aku Rempang" dan "Bebaskan!", yang dimuat dalam Buku Antologi Puisi Bela Rempang (2024). Karya-karyanya yang lain dapat ditemukan di berbagai situs daring. Rianda saat ini berdomisili di Kp. Sukaharja RT/RW 001/007, Desa Sukaharja, Kecamatan Warungkiara, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat dan dapat dihubungi melalui nomor WhatsApp: 0838 1542 2668.
0 Komentar
Kirimkan Artikel dan Berita seputar Sastra dan Seni Budaya ke WA +62 811-8860-280