KEPADA PEREMPUAN HUJAN
Datang
Dan dekaplah
Bawa hangat nafas gairahmu
Aku sedang kedinginan
Menggigil berselimut taburan rinai hujan
Memeluk kabut hitam
Datang
Dan dekaplah
Jangan lepaskan sebelum aku terbakar
Aku telah kembali
Jatuh dalam pelukmu lagi
Perempuan hujanku
01 Januari 2017
CATATAN KECIL UNTUK MENTARI
dan
dalam ini
telah kau patahkan lagi kepak sayapku
entah mengapa
aku bisa terjebak dalam lingkaran permainan ini
aku terlena
dan lupa
GRINGSING, 20 Oktober 2017
PUISI KEPADA HUJAN
Hujan
Sendirian kau datang
Tak lagi mengajak dia bergandeng tangan
Menemuiku diujung jalan
Hujan
Kau tahu dimana dia sekarang?
Aku selalu terkenang
Tak pernah lelah mencintainya
Hujan
Kau tahu tentang dia?
Pencarianku terhadang tembok penghalang
Menjulang angkuh mengekang
Pemisah cerita masa lalu yang tak pernah padam
Hujan
Kau membuat kangenku meradang
Apa dia juga masih punya rasa sayang?
Kau tentu tahu
Setiap waktu aku dibakar rindu
Ingin sedetik saja bertemu
Memupus penantian panjangku
Hujan
Datanglah
Bawa serta dia untukku
Aku masih menunggu
TEMANGGUNG, 27 Desember 2017
MANTERA ARJUNA
Memanterai diam
Memanggil kemenangan
Perang tanpa suara lantang
Memanterai diam
Hadirkan pertanyaan
Bagaimana aku mengadu senjata
Mengalahkan musuh tanpa luka
Menaklukkan wanita tanpa menggoda
Mereka hanya perlu tahu
: aku tak terkalahkan
selalu menjadi pemenang
Memanterai diam
Sukma melayang
Berkelana setiap malam
Menikmati wanita tanpa bosan
Dan inilah jalan hidup sang petualang
Takdir alam untuk lelaki pilihan
Arjuna tak berhak menentang
GRINGSING, 29 Mart 2017
RHE
: AKU HARUS MEMILIH SIAPA ?
Rhe…..
Aku tak bisa memilih
Di jalan bercabang langkahku terhenti
Kau atau dia
Aku pilih yang mana ?
Rhe…..
Aku harus bagaimana ?
Kau dan dia tak bisa kutinggalkan
Juga tak mungkin kupilih bersama
Rhe…..
Tak seperti siang dan malam
Pilihan ini membingungkan
Dua hati yang berseberangan
Aku lelah
Tak lagi bisa memutuskan
Rhe…..
Aku serahkan semua pada hujan
Biarlah dia yang memilihkan
Maaf,
Jika nanti pilihan itu
……….bukan kamu
GRINGSING, 01 Oktober 2017
LIARMU MELUKAI MATAHARI
Kau tahu ?
Mataharipun menangis saat kata-kata tajammu menghujam
Robek keinginan yang terucap semalam
sejenak terpaku
terbayang kembali masa itu
ketika separuh hati masih erat menyatu
sebuah masa
dimana sebuah cerita menghampar
tentang flamboyan yang menunggu datangnya hujan
sendiri meniti musim
tak goyah
meski godaan datang tawarkan pilihan
Mengapa kau sia-siakan ?
Bukankah kau juga sedang mencoba merangkai kisah baru
- yang kau harapkan mampu mencairkan kebekuanmu?
Mengapa pula kau patahkan sayap sang camar
- yang mencoba mengepak lagi setelah terhempas?
Kau tahu ?
Hujan tak mau luruh
Tarian liarmu membuat awan berlarian menjauh
Embun juga enggan mengakhiri malam
Apakah kau tetap bersikukuh dengan separuh hati
- yang kau sendiri tah tahu keberadaannya itu?
12 Oktober 2017
CERITA TENTANG HUJAN ( 04 )
Kau tahu arti hujan ?
“Hanya senja basah”, katamu
Duh.......
Bukan itu maksudku
Tapi makna nyanyian hujanlah yang kutanyakan
Aku kagum
Karena setiap tetsnya bercerita sendiri-sendiri
Riuh bersahutan
Hingga tak satupun dapat kupahami
“Untuk aoa kau ingin tahu?”, tanyamu lagi
Ah,
Kau tak pernah mau mengerti
Asal kau tahu
Hujan sangat berarti bagiku
Hujanlah yang membawaku ke sini
Menemui dia di sudut kota
Dan menghirup sejuk keangan masa lalu
“Kau aneh”,
Apa ?
“Hanya membuang waktu”, katamu ketus
Tidak
Aku bahagia dalam hempasan hujan
Tak peduli tajam airnya perih menoreh luka
“Lalu, apa yang telah kau dapat ?”
Aku mendapatkan segalanya
Tapi erat kusimpan
Tak boleh ada tahu
“Obsesimu pada hujan telah melampaui batas kewajaran”
Kata siapa ?
Aku tak pernah mengatur sang hujan
Aku biarkan hujan berbicara semau hatinya
Toh dia hanya lewat
Tanpa singgah
Seperti kehadiranmu yang hanya sekilas
GRINGSING, 23 Februari 2017
PERGILAH PADA PELANGI ITU
Tutup ceritamu
Aku ingin pergi saja
Kisahmu terlalu berbelit
Tanpa ujung
Tak berakhir
Aku tak lagi berharap ada dalam pelukmu
Karena aku tak mau jadi pijakan saat kau menggapai pelangi
Aku juga sudah melupakan hadirmu
//
Pergilah
Tutup cerita itu
Aku tak punya rindu
Angin telah meniup ke arah yang lain
Mengubah keinginan hati
Seperti yang dulu pernah kau lakukan
GRINGSING, 12 Juli 2017
Edi S Febri
lahir di Batang Jawa Tengah pada 06 Februari dibawah naungan zodiak Aquqrius.
Menulis sejak duduk di bangku sekolah dan mengkhususkan diri hanya menulis puisi dengan ciri khas Liar, Nakal tapi Romantis.
Puisinya terangkum dalam puluhan buku antologi yang ditulis tunggal maupun keroyokan bersama teman-temannya.
Tetap tampil cuek, puisi Edi S Febri rutin menghias halaman sastra beberapa media di tanah air.
Saat ini Edi S Febri bekerja sebagai Jurnalis.
Kontak email : febriesf007@gmail.com
#PUISI
0 Komentar
Kirimkan Artikel dan Berita seputar Sastra dan Seni Budaya ke WA 08888710313