1. Berikan karyamu ke orang-orang terdekat, untuk menerima apresiasi dan kritik mereka.
2. Penerbit major, misalnya gramedia yang menanggung semua biaya, bayaran penulis berupa royalti 10% dari harga jual buku,
misal harga 50.000 kita dapat 5.000 dipotong pajak 15%,
jadi 8,5% dari harga jual buku, yang 5% adalah hak penulis,
maka royalti setelah dipotong pajak adalah 4.250,
itu jumlah yang lumayan besar karena kita tidak perlu keluar uang sendiri untuk modal percetakan,
3. Biasanya naskah tulisan yang kita kirim dipertimbangkan penerbit berkisar 3 bulan,
kita bisa pakai waktu menunggu itu untuk bikin karya lagi,
itu yang membuat saya bisa produktif sampai 48 novel.
4. Penulis akan ditelpon penerbit apabila naskahnya diterima,
namun jika belum ditelpon, penulis jangan segan bertanya ke penerbit tentang bagaimana nasib naskah kita,
tanyakan apakah bakal diterbitkan atau tidak.
5. Jika naskah kita tidak diterima bukan berarti jelek, mungkin sudah ada naskah yang serupa,
karena penerbitan major jadwal penerbitannya penuh, maka kita bisa cabut naskah dan kita bisa lempar ke penerbit lain.
6. Kebahagiaan penulis itu ketika karya kita diapresiasi oleh pembaca, menerbitkan buku adalah salah satunya,
ada banyak cara lain, misalnya dengan sistem antologi, penerbitan indie, POD print on demand (cetak sesuai pesanan) biasanya cetak lebih mahal harga cetaknya, dan penerbitan major.
7. Penerbit sekarang sudah banyak yang tidak lagi menunggu pengiriman naskah dari penulis, tapi menjemput bola, hunting penulis dari media sosial, maka upload saja karyamu di facebook, blog, dll. Jika beruntung ada editor penerbit yang menghubungimu, hingga diskusi dengan editor untuk proses penerbitan buku.
8. Setiap penerbit punya karakter penerbitan. Ada yang memuat tulisan politik dan sosial saja, ada yang hanya menerbitkan kisah cinta2an remaja, khusus dewasa muda, ada yang puisi, dll.
Maka perkuat karakter, jangan berusaha jadi orang lain, pasti ada penerbit yang cocok dengan karektermu, asalkan karaktermu sangat kuat. .
9. Penerbit selalu mencari kelebihan dari karya yang kita tulis, misalnya klimaksnya dimana, bagian menariknya dimana.
Penulis bukan sekedar menulis karya yang membuat pembaca merasa ini "gue banget", tapi bisa membawa membaca menemukan hal baru dari tulisan itu, bukan berarti harus hal hal besar, banyak hal sederhana yang menarik untuk kita tulis.
10. Perlukan follower?
perlu dan tidak perlu, penerbit besar adalah industri, butuh biaya operasional untuk gaji karyawan dan lain-lain,
adanya follower mengurangi resiko buku tidak laku,
namun ada juga yang follower tidak banyak, tapi naskahnya bagus berkualitas, yang dilihat penerbit adalah kualitas.
11. Selain menunggu ada penerbit yang menemukanmu, bisa kamu lakukan dengan cara lama, kirim email ke penerbitnya.
12. Jangan pernah puas terhadap karya, sekali berarti sudah itu mati, seperti kata Chairil Anwar, rasa puas itu menandakan kita sudah pensiun dari profesi penulis.