AANG
M,Z
HAKIKAT CINTA
Bayang-bayang merajalela di benak mahkota
Menjadikanku padat pada bahasa
Hingga segumpalan imajinasi-diksi
Ternoktah pada puisi
Dari sudut godaan tak mempan
Menerobos bilik-jeruji hakikat cinta
Pada kedua orang tua
Penyebab jarak tak bisa di pandang oleh mata
Meski wanita surga
Menghampiri kebadatan bahasa
Munyuguhkan bunga-bunga semerbak
Pada benihnya yang ingin menembak
Namun apa nyatanya, di usir mutlak
Sebab terlalu dalaa
Yang melahirkanku ke alam
Disutulah cintaku pertama bermuara.
Annuqayah
2019.
AKU MELAMUN
Aku melamun
Dengan kata-kata
Hingga jadi puisi cinta
Yang masih terbata-bata
Inilah puisi di bawah ini
Aku ingin jadi lautan di rumah kecilmu
Biar kau leluasa berenang bersamaku
Semisal ada aspirasi di sanubari
Tancapkanlah ke hatiku
Baik sebulir surga
Api-berapi membara pada keringat
Akan kuterjal meski karang jadi tirai
Demi permintaanmu, zahda.
Namun sebelum beranjak ke angan-anganmu
Ada satu kalimat dariku
“Apakah hatiku ada di perasaan kalbumu”
Jika tidak.
Aku tak akan menelusuri lebih petang dari anganmu
Sebab aku tak ingin membuang bebiji keringat
Bila diriku tak ada bayang-bayang
Di noktah relung hatimu
:
“tapi itu hanya naluri setan belakangan”
Sakral akanku berusaha
Meski gerak batinmu tak hidup-hidup
Melainkan bersamaku
Karna aku dahaga rindu
Yang bergelombang pada riak kecantikanmu
Ada pinta dariku
Setelah kurangkul permintaanmu atau tidak
Catat di bilik mata
Perihal yang kujalani dimasa ini
Biar tau keturunanmu kelak di masa purba.
2019.
SESAKA DALAM BERSETAPAK
Lidahkaki
telahmenjilatilorong-lorongkerontang
Kemaraudalambersetapak
Yang
menempuhjaraktakbisa di pandang
Sampaiatautidaksampainya
Tergantungdariperistiwa
alam
Apalagimati di
hulubersetapak
Jikakemarauberganti
hujan
Makatakakansampaikemuaratujuan
Sebabkegigilanmenjadisesaka
Jikakemaraumasihsetia
Berartiperjalankitatakakan
Sampaipadatangkaiharapan
Apalagikemaraumembumbuipanasdaribawahtanah
Makapasti lidah kaki
timbulretak di indraprabamati
Mari kitaberhentiperjalanini
Sebabangan-anganmenghantuinya
2019.
SURAT UNTUK IZZATI
Semenjak kau beringsut kelain hati
Disitulah batinku retak tapi tak Nampak
Namun aku tabah meski karam di lautan kasih
Rumah kecilku yang benih penuh cahaya
Kini suram oleh kata-kata
“kemarau yang ku
alami”
Adakalanya hujan bertadang di musim kemarau
Dan adakalanya negeriku ada taburan salju
Disanalah ia tak sanggup melihat deritaku
Sungguh getir tanganku, izzati
Menulis surat suci
Yang lahir di Rahim hati nurani
Di kala aku karam di pangkuanmu
Inilah izzati,
“sudikah engkau
dating kepekarangan.
Meski titahmu
kita tak punya hubungan lagi
Namun masih
berharap bersamamu izzati.
Menahan derita
Menetap di
ranjang, menjadikanku panjang saban waktu,
Akankah
kedatanganmu menjadi surge di pelupuk ke arifan batinku
Yang semula karam
di lautanmu
Meski tak
sempurna pernama
Inilah suratku, untukmu.
2019.
BERLAYAR KE KOTA IMPIAN
“Risau dalam otak
Berputar sama
impian yang tak pasti”
Namun usahaku serupa laut
Yang ingin mengakar kedasar angan
Mari kita pikirkan secara malam hingga kelam
“ bumi terus bergerak perlahan-lahan
Hingga mencapai muara siang-malam”
Jika berkaca pada peristiwa alam,
Justru itu bisa?
Khayalan seluas samudra
Tak berarti bagiku.
Bila tak ber gemuruh dengan usaha.
Maka bagiku,usaha harus berlayar kekota impian
Jangan sampai terpasung di bibir pantai
Jika ingin sampai ketitik tujuan.
2019.
MENUNGGU
JAWABANMU
;putri raja
Sudah lama
menahan rindu
Yang usang
terpendam
Pada rembulanmu
yang indah bagiku
Hitam manis
kulitmu membuatku jadi pecandu
Pada tubuhmu
yang sahdu
Segala resah
hilang begitu dalam
Menjelma
banyangan
Gairahku
bertunas darimu
Sehingga terlena-lena
dengan kebijakanmu
Jika rindu di
ranting tubuhku bisa di timbang akan ku lakukan
Biar kau tau
padamu aku merindu
Senyum ranum di
bibirmu terkatung-katung di mahkotaku
Yang semakin
membara hingga menjadi pelipur lara
Wahai
rembulanku
Di sinilah aku
ingin mengatakan cinta lewat sajakku
Sebab
mencintaimu adalah sufi
Bisakah
engkau menjadi kekasihku?
Kini aku hanya
mengharap jawabanmu
Yang selaras
dengan sajakku
serta menanti seluruh tubuhmu berpolitik pada
tubuhku
: sekarang aku sekat kamrat dalam kemarau
yang mananti hujan darimu.
,2019.
BOLEHKAH AKU MENGENALMU
Wahaiwanitabercadar
Akuinginbertaarufdeganmu,
lewatpuisiku yang setengahbisu
Kalimatpertamahanyainiuntukmu:
Siapanamamu?
Sebabpertemuankita
yang sama-samamenatapkelopakmata
Di perahu yang
sebadan
Hanyamenyisahkanbayangan
Sebabkitatakbisamengulangikejadian
yang semula
Akumasihingatdenganpakaianmu
Yang
berwarnasehati-hatiku
Warnabiru-merahkalaugaksalah
Setelahsampai di
ambangpintudermaga
Di
situlahperpisahandimulai
Hanyabayanganmubersama
di asaku
Sampaiketangkaipekarangan
Sore telahtiba
Bayanganmusemakinmembara
Di
saatsenjaingintengkurup
Menjadikunang-kunang
Di
situlahwajahmuialahbuihkeindahan
Hinggamenjadiberibu-ribupenasaran
Karenakitataksalingmengenal.
2019.
HARAPANKU YANG
HILANG
Akubegitukagumpadamu
Ketikabatinkubersungguh-sungguh
yang kerapmembangun
Istana surgadi
palungdadamu
Entahkenapaengkaumembantahdengancaraberlari
Sehinggaakutakdapatmelihatmulagi
Yang
merangkulpelangi
Di tendapurnama
yang kaumiliki
Mengapaengkaumenjalaniperihalitu?
:biar tau penyebabkepergianmu.
2019.
MENUNGGU
KEDATANGANMU
Melihatkotapadakidul
Takbisa di
pandang
Kerlap-kerlipsuluhbintang
Padasudutperumahan
Yang bisadi
pandang di malampetang
Di ambangbatasdermaga
yang jadisaksibisu
Padaperihalitu
Desiranginterasadingin
Padatubuh yang
kaku
Sebabsinarrnutakmenyinarikegelapan
Namunhanyalahbayanganrembulanmu
Datangmenyeruapketidakpastian
Hinggamenjadiresah-gelisah
Asabisamelintassekejapmata
Membawamukesamudramahkota
Tapisanubari
takbisamelintassedemikianrupa
Melainkanhari-perhari
ingin bersua
Jikasanubarisekejapmatamelintassepertiasa
Makatakkanadakerinduan
di pelupukbatinku yang baka
Kasih,
kembalilahpadasatusaatkebenihmu
Sebabakusudahmenantipadakehadiranmu
Akankutunggukedatanganmu
di dermaga layu
Dengandiambukanberart
bisu
Tapikedatanganmuakanmenjadikebahagiaanku
Yang
hakikisabanwaktu.
2019.
KE BATAVIA, MENANGIS DARAH
Berlayarlahaku
Ke Batavia
untukmencapaihakikatrindu
Dalamkebahagiaanku
“kata ibu”
Akujalaniperintahibu
Meskiangin,badaidanpanasmenamparbatin
yang ambigu
Di
situlahakutabah di samudrabiru
Untuksampaipadaperintahibu
Namunkiansampaikemuara
Akuhengkang di
pelabuhankarang
Yang
penuhcacimakioleh orang
Di
sanalahakumenangisdarah
Yang
menjadikanperintahibutaksearah.
2019.
DOAKU
; Adinda
Akumenjamuseorangwanitalewatdoa
Bersetubuhbersamatuhan
yang mahaesa
Untukmenyatukanperasaancinta
BersamaAdindanamanya
Deburombakriuh-bergemuruh
Terdengarpadatubuh
Yang
menjadikankuangkuh
Di atassejadah-membacadoaberistijabah
Harapankuhanyasatu
IalahsatukanperasaanAdindapadabatinku
Karenaakuinginmembawa-menujusurga
yang satubersamanya
Di
bibirpantaiaku di saksikan
Olehpenduduksamudra
yang berkeringatan
Meskipunsudah di
selimutiolehkebasahaan
Sebabdiataksanggupmendengardoa
Yang lahir di
firmantuhan
:
Kabulkanlahpermintaankupadasatutitik
Biartidakberletik-letik.
2019.
SALING MENGENAL, MENYAPALEWAT SENYUMAN
;
adinda
Padahal kita saling mengenal nama dan
makna
Antara 3th-2th kita mengenal
Namun ketika kita berpapasan pada kelopak
mata
Dua mataku hingga menjadi empat mata
Di antara kita tak saling menyapa
Apakah kita sungkan untuk menyapa
Atau punya perasaan yang tidak bisa di
ungkapkan,
Jujur saja batih ini yang ingin
berevolusi kerap untuk menyapa
Apalah daya lisanku tak bekuasa,
Karena takut tak ada respon dari
lisanumu
Meskipun kamu tak menyapa
Namun engkau memberikan sesungging
senyum manismu padaku
Membuatku tak jemu
Sebab senyum ranum bibirmu bermuara dari
istana surga
Hingga tercipta ayat-ayat suci di rahim
puisi.
2019.
DI
PANTAI
Malam semakin rembulan
Aku di bibir pantai
Bersama perahu lumpuh,
Semilir angin mengajakku
Bedansa dengan riak gelombang yang riuh
dan gemuruh
Sehingga akupun berteduh
Pada kegigilan yang berseduh.
2019.
KERONTANG
Tubuh yang kerontang
Udah usang terbujur dan
terguling-guling saban waktu
Hingga terlukis bentuk
tubuhmu
Di ranjang
Bulu kudukku berdiri
Kian melihatmu
Yang kerontang dan
perilakumu sehari-hari
Ia tak bias berjalan dengan
waktu
Sebab tubuh yang lumpuh
Kerlingan air mata
bergerimis
Kala berlabuh pada tubuh
kerontang.
2019.
PERTEMUA PERTAMA
Aku terjebak pada satu raga
seorang wanita,
Dia memanahku lewat mata dan
senyum ranumnya,
Hinggah hatiku terpasung
dengan aliran mantra,
Yang membuatku terpaku,
Dan membuatku tak jemu
padamu.
2019.
ANTARA LIDAH-API
Lidah yang licin
Bersenang-senang
mengeluarkan kata beraroma surga-neraka
Jika membuat kerancuan akan
melintas tajamnya belati
Sedangkan api binal pada
benda-benda
Yang menjadikan abu.
2019.
PERJALANANKU
Dari sumber mengalir
Hingga jadi hilir
Namun di pertengahan hilir
Ada keindahan yang tersumbat ke kolapak
mata yang sayu
Hingga seketika membeku
Setelah lindap
Akhirnya mengalir lagi
Bersama sisa ke kelopak mata
Sampai ke pekarangan samudra.
2019.
*Nama
dari pena ACH ATIKUL ANSORI.
Lahir 18-05-2001 di pulau Gili Raja
Sumenep.Alumni Nurul Huda II, Dan Sekarang Nyantri di PP. Annuqayah
daerah lubangsa selatan.AntologipuisinyaadalahRahasiarasa publisher(2019)janji senja JSI,
(2019), Penaartas (2019), Serta nangkring di media Nusantaranews.Kiniaktif di SanggarBasmalah.
Email;aangmz009@gmail.com/083893021726
0 Komentar
Kirimkan Artikel dan Berita seputar Sastra dan Seni Budaya ke WA 08888710313